"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERSINGKAPNYA HIJAB".
Abu 'l-Azaim mengatakan tentang penyaksian -penyaksian ini :
'Terkadang ,
ruh itu tampak sangat indah, hingga seolah ia menjadi gambaran
yang menampilkan Diri-Nya".
Artinya ,
beliau telah menyaksikan contoh gambaran , sama ihwalnya
dengan matahari yang tampak di dalam sumur.
Pada kesempatan lain beliau mengatakan :
"Nur-nur-Nya telah menutupi diriku dari eksistensiku
dalam penyaksianku, hingga tampaklah Dia seperti dzat hidupku".
Kalimat "Hingga tampaklah Dia seperti dzat hidupku" bisa dipahami,
bahwa ia menyaksikan Allah dengan Allah sehingga Allah
merupakan pandangannya dan sifat dzatnya yang ditampakkan
oleh-Nya untuknya.
Dan pada kesempatan lain ditampakkan kepadanya nur - nur ruh nya :
"Dengan tampaknya Allah , maka tampaklah hakikat ruhku,
hingga aku mengenali diriku dari penerangan nur Ilahi :
Dan aku pun menjadi tahu akan derajatku dalam alam semesta.
Aku adalah penampilan yang memberikan rumus tentang ad-Daihur".
Ad-Daihur adalah asma Allah yang luhur, yakni al-Baqi.
Makin tinggi tangga yang dinaiki oleh shufi ,
makin bertambah pula kekagetan yang menimpa jiwanya
oleh sebab apa-apa yang dilihatnya.
Hingga karenanya terkuncilah pemikirannya,
dan ia pun tak tahu lagi apa yang harus dikatakan,
sedang keadaanpun semakin tidak bisa dimengerti olehnya.
"Dekatnya adalah jauh ,
pertalianku adalah pemisahannya.
Ketidakmampuanku adalah kemampuanku, dan
akhirku adalah awalku".
Demikian itu merupakan suatu kondisi
yang mendekati pada hilangnya akal (daya ingatan).
Terkadang, kondisi seperti ini telah mengantarkan seorang shufi
kepada suatu keadaan yang disebut ishthilam, yakni
hilangnya kontrol terhadap jasad, hingga ia menjerit, berseru,
jatuh bangun, menari dan melompat dalam kecintaan,
DR. Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar