"CINTA ALLAH".
Apa yang kita saksikan tak lain hanyalah sekadar contoh-contoh
bagi keindahan dan sifat-sifat-Nya yang ada dalam pemandangan/
penampilan yang berbeda-beda.
Tetapi,
Dzat-Nya berada dalam kegaiban yang mutlak.
Dan ketika 'arif menyadari akan hakikat ini dan sampai kepada
maqam ini (maqama 'l-khullah dan arwah-arwah yang dalam kerinduan
dan ini oleh Rabi'ah al-Adawiyyah dinamakan sebagai maqamu 'l-hubb,
yang hanya dimiliki oleh 'arif), ia menjadi mabuk kepayang terhadap
apa yang dilihatnya.
Sebab,
ia melihat Allah menyela-nyelai segala sesuatu,
hingga ia pun menghadapkan dzatnya kepada-Nya
Kemudian asma-asma-Nya menyela-nyelai seluruh dzat-nya ,
hingga nampaklah asma-asma-Nya di dalamnya
(kata al-khullah berasal dari at-takhallul yang berarti penyela-nyelaan).
Hati adalah gelas cinta , karena ia bukan dari alam yang terikat
seperti akal dan panca indera.
Dalam sebuah hadist Qudsi dijelaskan :
"Tidak bisa memuat-Ku bumi-Ku dan langit-Ku
tetapi, hati hamba-Ku yang Mu'min bisa memuat-Ku".
Abu 'l-Azaim melukiskan tentang hati ini, bahwa ia adalah yang diliputi
dan meliputi dalam maqamu 'l-Hawiyyah (maqam Dzat-Ilahi)
Beliau merumuskan demikian oleh karena kemutlakan hati dan
kelapangannya (yang meliputi) . Tetapi , meski demikian
hati masih diliputi oleh Dzat Ilahi.
Karena itu, hati adalah yang diliputi dan meliputi.
Hati adalah satu-satunya yang bisa memuat (pengertian) Tuhan.
Sebab, ia adalah ruhani yang berasal dari alam ruh dan kejernihan
bukan berasal dari alam materi (ihwalnya persis seperti beningnya air
ketika memuat gambaran bulan).
DR. Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar