"CINTA ILAHI"
Dalam pandangan cinta Ilahi,
kerinduan orang yang menyintaai Dzat-Nya lebih baik ketimbang
kerinduan yang ada pada cinta manusiawi, lantaran Allah
tidak ditentukan tempat.
Dan kerinduan yang ada dalam cinta Ilahi merupakan pertanda
kesegaran (kecemerlangan) .
Akan halnya yang tampak pada cinta manusiawi, maka hal itu
merupakan pertanda keputusasaan dan kekhawatiran akan
keterpisahan yang sama sekali tidak ada obatnya.
Sedang dalam cinta Ilahi,
maka itu merupakan pertanda kekayaan, keluasan dan
perolehan .
Cinta lelaki terhadap wanita pada hakikatnya adalah kecintaan
pada diri sendiri..
Sebab , dari lelakilah wanita keluar, dan disitulah tempat ketenangannya,
yakni tempat asalnya.
Dan nafsu syahwat itu sendiri merupakan ekspresi perumusan kembali
kepada asal, yaitu dengan cara mengisi kekosongan
melalui "percampuran" lantaran ketidakmungkinan bersatu.
Wanita dan lelaki adalah ibarat papan (lembaran) dan qalam (pena)
atau aksi dan reaksi.
Barangsiapa menyintai wanita berdasarkan cinta syahwat ,
bukan cinta Ilahi , maka akan hilanglah darinya esensi permasalahan
(lantaran dia hanya menyintai rumus dan lupa akan yang dirumuskannya)
Lagi pula , syahwat itu sendiri merupakan hijab, dan karena itu pula
Allah swt, mensyari'atkan perkawinan sebagai langkah penenangan,
hingga terangkatlah hijab-hijab-nya dan tampaklah apa yang ada
di baliknya.
"Jika kukatakan bahwa
aku cinta Zainab , atau Tsuraya, atau Sulaiman
maka ketahuilah olehmu...
Bahwa itu adalah rumus yang indah dan bagus ,
di balik itu ada pakaian luhur yang sudah diketahui.
Aku adalah pakaian bagi pemakainya ,
dan pemakainya tidak diketahui".
DR. Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar