Kamis, 15 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG

"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB"

Meski Ibnu "Arabi berpandangan tentang penggandaan wujud
(dwiwujud) dan berbilangnya dzat-dzat yang bersifat qadim,
yakni bahwa asma-asma Ilahi bersifat qadim dan azali, 
begitu pula dzat-dzat yang tetap inipun memiliki kebebasan 
seperti yang dimiliki Allah, namun Ibnu 'Arabi kembali mengatakan
bahwa asma-asma (nama-nama) itu menunjukkan kepada 
yang dinamainya, dan bahwa dzat-dzat sekalian makhluk yang ada
dalam liputan pengetahuan Allah pada zaman azali sebelum 
dimunculkannya ke alam wujud, kesemuanya itu berada dalam
kekuasaan Tuhan dan pengaruh-Nya.
Dengan demikian , dzat-dzat yang sekian banyak jumlahnya itu
pada saat yang lain terhimpun dalam satu, yang bilangan-bilangan
tersebut juga bersumberkan dari yang satu ini.
Akhirnya topik permasalahan kita kembali kepada teka-teki (misteri)
yang terkandung dalam Yang Mahaesa, yang tiada Tuhan selain-Nya
Tuhan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya.

Pertanyaannya ialah :
Bukankah kita bisa menemukan jalan keluar dari dzat-dzat 
yang demikian banyak itu, hingga karena nya kita bisa menyaksikan 
Allah dalam kesaan-Nya ?
Jawabannya adalah, 'iya' dan 'tidak'.

Tak ada jalan bagi seseorang untuk bisa melihat Dzat -Nya atau Dia-Nya 
(al-Huwa).
Sebab, ini adalah kegaiban di dalam kegaiban.
Tetapi, nur-nur-Nya bisa dilihat secara lahiriah .
Dan nur-nur tersebut disebut pula Subuhatu 'n-Nur (cahaya nur Ilahi)
yang menyelimuti dzat-Nya.
Untuk yang ini, bagi seorang 'arif tersedia jalan kesana, yakni
dengan cara ...
keluar dari al-'alamu 'l-kastrah (alam selain Allah).
Dan inilah yang dimaksud dengan ...
menembus cakrawala langit dan bumi.
Tetapi,
hal itu tidak akan bisa dibuktikan dengan berupaya sungguh-sungguh
atau dengan ilmu naqli dan kasbi semata.
Dan hanya dengan kemurahan dan kekuasaan Ilahi , 
hal itu bisa dibuktikan setelah terlebih dahulu mengalami 
pembersihan dan penyucian jiwa, guna persiapan ...
menghadapi kesaksian yang teramat luhur ini.

Allah saw. berfirman :
Q.S. 55:33,artinya

"Hai jama'ah jin dan manusia .
 jika kamu sanggup  menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi
 maka lintasilah...,
 kamu tidak dapat  menembusnya, melainkan dengan kekuatan (Ilahi)".

Dan itulah yang dinamakan mi'raj (naik) ke hadhirat Tuhan, yang hanya
dikhususkan bagi Nabi saw. dan para ulama pewaris 
yang senantiasa mengikuti jejak beliau .
Sedang Nabi Muhammad saw adalah satu-satunya wasilah (perantara)
untuk bisa sampai kepada limpahan kemurahan Ilahi ini.
Allah firman swt, 
Q.S. 5:35, artinya

"Dan carilah (kamu sekalian) 
 jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya".

Hal ini tidak berarti bahwa pencapaian tahap kasyf 
hanya bisa diperoleh melaui wasilah Muhammadiyah.

Ibnu 'Arabi sendiri mengatakan bahwa melalui pembersihan filsafat
dan akhlak , dan bukan melalui jalan para Nabi dan syari'at,
seseorang bisa pula mencapai tahap kasyf (melalui ruh-ruh Malaikat).
Hanya saja, 
cara itu tidak lebih hanya sampai pada tergoresnya sebagian 
gambaran-gambaran para malaikat dalam jiwa, hanya sampai disitu.
Dan hal inilah yang kita jumpai pada kalangan rahib Budha, 
penganut Yogaisme, dan pendeta-pendeta kelenteng.

Akan halnya pembersihan jiwa melalui jalan syari'at 
yang didasarkan atas petunjuk Nabi, maka hal itu
bisa mengantarkan seseorang kepada ma'rifatu 'l-Lah
(mengetahui /menyaksikan Allah).
Ini dinamakan jalur ruhani Ilahi dan petunjuk Muhammadi,
yang pada kenyataannya hal ini berbeda 
dalam pangkat/derajat dan wawasan.

DR. Musthafa Muhammad.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar