"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB"
Ibnu 'l-Faridh mengatakan dalam pendalaman yang amat jauh,
dimana beliau mencampuradukkan antara Tuhan dengan hamba-Nya.
Bahkan beliau hampir menghapus sama sekali sifat kehambaan dirinya.
Beliau berkata melalui lisan Tuhannya :
"Tak ada yang hidup kecuali bahwa kehidupannya itu
berasal dari kehidupan-Ku.
Setiap jiwa yang menjadi murid menuruti apa yang Ku-kehendaki.
Tak ada yang berbicara kecuali bahwa ia berbicara dengan lisan-Ku
Tak ada yang melihat kecuali bahwa ia melihat dengan mata-Ku
Tak ada yang berbicara kecuali bahwa ia mendengar
dengan pendengaranku.
Tak ada yang membalas kecuali bahwa ia memakai kekuatan-Ku
yang azali.
Tak ada yang berbicara selain Aku,
Tak ada yang memandang dan mendengar di antara makhluk
selain Aku.
Dan di alam tarkib (dunia) , setiap gambaran yang tampak indah
adalah perhiasan-Ku".
Ini merupakan ekstremitas penyandaran seluruh pekerjaan
hanya kepada Allah , yang berpengertian menafikan perhitungan amal
dan meruntuhkan tanggung jawab .
Kita akan melihat bahwa Ibnu 'l-Faridh tidak memaksudkan hal itu
sebagai tindak kekufuran ,lantaran ia merupakan ungkapan kecintaan
dan kekangenan yang telah menguasai dirinya,
Keadaan nya persis seperti apa yang dikatakan oleh seseorang kepada
kekasihnya pada saat kerinduan melanda dirinya :
"Aku adalah orang yang kucintai, dan
orang yang kucintai adalah aku.
Kami adalah dua ruh yang menempati ragaku".
Sekali lagi Anda bisa membaca ekstremitas penyandaran
semua pekerjaan kepada Allah dalam bait-bait sya'ir Ibnu 'l-Faridh:
"Dalam zaman kesendirian,
anggaplah engkau bakal menjumpai segala sesuatu
yang terlihat olehmu , bukan dalam masa yang panjang.
Semua yang kausaksikan adalah pekerjaan yang Mahatunggal sendiri,
tetapi dengan hijab-hijab makhluk.
Apabila hijab terangkat, hanya Dia-lah yang kaulihat,
dan semua bentuk yang meragukan akan sirna.
Dan engkau bakal menjumpai hakikat pada saat kasyf,
bahwa melalui nur-Nya engkau akan beroleh petunjuk
kepada pekerjaan-pekerjaan-Nya dalam kegelapan".
Dan saking begitu dalam kemabukan cintanya kepada Ilahi,
hingga ia pun bisa memaklumi kesesatan setiap orang yang sesat.
Beliau berkata melalui lisan Tuhannya :
"Sesungguhnya penyembah api majusi yang tak pernah padam,
seperti telah dijelaskan oleh berita-berita, meski seribu hujjah
(menyerangnya)
Mereka tidak bermaksud selain Aku, meski (pada lahiriahnya),
mereka mengarah kepada selain-Ku, dan meski mereka
tidak menampakkan niatnya.
Mereka melihat cahaya nur-Ku sekali,
lalu mereka menyangkanya api,
hingga tersesatlah mereka dari hidayah
hanya lantaran cahaya api".
Itulah yang disebut sebagai lumpur-lumpur ketauhidan
yang banyak menenggelaamkan tokoh-tokoh shufi seperti,
Ibnu 'l-Faridh daan al-Hallaj, dan terlebih lagi adalah
shufi-shufi peringkat bawah.
DR. Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar