Kamis, 22 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG

"CINTA ALLAH"

Apa yang terjadi ,  
pada hakikatnya merupakan fenomena kemunduran .
Kemunduran kami dan kemunduran mereka.
Juga merupakan pembalikan  umat manusia kepada keprimitifan
kehidupan hewani dan kejahilan materi yang serba naluri.

Ini  jauh lebih rendah dari kejahiliahan Qurays .
Sebab, 
jahiliyah masa kini dilengkapi dengan berbagai media penerangan
dan perangkat penyebaran informasi canggih yang siap menebarkan
kuman-kuman perusak akhlak yang mampu bergerak 
melebihi kecepatan sinar.

Betapa kami dan alam semua amat berhajat kepada bisikan 
yang dalam dan hangat .
Bisikan kaum shufi yang suci  , ketika  mereka melukiskan kepada kita
hakikat cinta.
Dan dengan sayap-sayap terkembang ,  mereka membawa kita terbang 
mengarungi kedalaman makna cinta,  materi, dan sumbernya.

Ibnu 'Arabi mengatakan, bahwa cinta seks ...
merupakan hijab penghalang hakikat yang ada di balik jenis manusia.
Dan pada kenyataannya ,ia tidak bisa memberikan kepuasan,
juga tidak bisa memenuhi tuntutan jiwa yang sedang dilanda 
badai asmara terhadap orang yang dicintainya.

Ikhwalnya tak beda dengan meminum air laut yang asin.
Setiap kali peminum meminumnya, 
bertambah lah kehausan yang dialaminya.

Ibnu 'Arabi menamakannya sebagai cinta unsur, 
lantaran kecintaan itu hanya terpaterikan pada satu gambaran
atau satu unsur saja..
Dan saking lekatnya kecintaan itu pada gambaran ini, 
maka terhijablah apa yang ada di belakang gambaran tersebut
berupa unsur-unsur alam semesta dan hakikat-hakikatnya.

Lebih tinggi lagi dari cinta tadi adalah cinta alami, yakni
penghadapan jiwa kepada segala bentuk keindahan, 
seperti wanita, kupu-kupu, dan bunga-bungaan.

Di atasnya lagi adalah cinta ruhani, yakni
menyintai sesuatu secara apa adanya, dan bukan lantaran 
keberolehan kenikmatan (kelezatan) darinya.
Kecintaan tetap ada dan berlanjut , meski yang dicintai 
memisahkan diri atau tak membalas cintanya .
Sama sekali tidak ada pemikiran untuk bagaimana 
bisa bertemu dengannya, atau berbicara dan menemaninya.
Kerinduan kepadanya terlepas dari kemanfaatan 
atau kecenderungan material.
Kondisi seperti ini lebih mirip sebagai renungan (meditas).

Dan yang paling tinggi adalah cinta Ilahi.
Ini merupakan bentuk kecintaan dan kerinduan terhadap asal 
segala sesuatu dan hakikat gambaran-kesemuanya itu,
yakni Allah swt.

DR. Musthafa Mahmud.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar