Kamis, 15 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG

"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB".

Ibnu 'Arabi mengatakan tentang awal perjalanannya menuju jalan ini :
"Kutinggalkan semua yang kumiliki,
 seperti kepergian mayit dari keluarga dan hartanya".

Kata-kata tadi mengandung rumus (isyarat) yang indah tentang ikhwal
pelepasan diri, pembersihan dan pengosongan nya, 
seperti yang kami utarakan tadi.
Disini, kita bisa melihat seorang shufi yang meninggalkan harta , 
kedudukan, kekuasaan dan semua bagian keduniawiannya, dan
melepaskannya semuanya untuk menuju kepada Tuhannya.

Ibnu 'Arabi mengatakan :
"Harta (mal) tidak dinamakan sebagai harta (mal) , melainkan
 karena hawa nafsu manusia cenderung (yamil) kepadanya".

Hawa nafsu diibaratkan sebagai pujaan paling berbahaya 
yang harus kita perangi sampai tuntas.
Sebab, tidak ada sesuatu pun yang harus disembah dan dipuja
selain Allah swt. dan 
Dia tidak disembah melainkan dengan dzat-Nya.

Allah swt berfirman :
Q.S. 45:23, artinya

"Apakah kamu pernah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
 sebagai tuhannya, dan Allah menyesatkannya sedang ia mengetahui
 (bahwa dirinya sesat)".

Rasulullah saw bersabda ;
"Tidaklah seseorang di antara kamu (dikatakan) beriman,
  melainkan jika hawa nafsuya mengikuti ...
  apa yang untuknya aku didatangkan."

Disini, Rasulullah saw sama sekali tidak mengajak kepada 
pelenyapan hawa nafsu, tetapi menyerukannya kepada pelurusan
dan perbaikan tindakannya  dengan mengarahkannya
menuju kepada Yang paling Berhak disembah.

Karena itu, 
seorang zahid menjadikan hawa nafsunya 
hanya untuk perbuatan yang diridhai Allah, dan 
seorang 'arif menjadikannya untuk cinta kepada Dzat Allah.

Dengan demikian , bisa disimpulkan bahwa 
antara zuhud nya orang 'arif dengan pemeluk Hindu atau para rahib
terdapat perbedaan yang sangat mendasar.
Yakni...,
jika mereka membunuh jiwanya, maka kita justru menghidupinya.

Mereka membunuh sama sekali syahwat dan hawa nafsu, 
sedang kita memilih pengarahan yang terbaik untuknya.
Itulah perbedaan yang fundamental antara jalan Islam 
dengan jala-jalan  lainnya.

DR. Musthafa Mahmud.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar