Sabtu, 17 Oktober 2015

INTELEKTUAL MUSLIM

Tasawuf adalah salah satu khasanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan. 
Secara historis dan teologis tasawuf tampil mengawali dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat dunia akhirat. 
Tidak berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an. 
Namun fenomena sekarang justru terdapat kontradiksi dari apa yang telah di contohkan oleh Rasulullah terhadap umat manusia. 
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman terhadap tasawuf, sedangkan tasawuf adalah salah satu yang dapat mendekatkan seorang hamba pada Tuhannya. 
Sehingga melahirkan akhlak yang Mulia.

Namun fana mempunyai interpretasi yang multi makna. 
Orang yang merenungkan apa yang telah disebutkan oleh para sufi tentang fana akan menemukan arti lebih dari satu. 
Sehingga fana kadang menunjukkan sebuah arti etika saat mereka mendefinisikannya sebagai sifat sebuah jiwa (nafs) atau hilangnya sifat-sifat tercela.

Mereka juga beranggapan bahwa fana adalah sirnanya kehendak manusia, dan keberadaannya dalam kehendak Tuhan. 
Kondisi ini dapat mengacu dalam ayat al-Qur’an yang menyatakan 
“Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupanya), dan mereka melukai (jari tangannya)”.(QS. Yusuf: 31).

Fana berarti hilang atau hancur.
Setelah diri hancur, diikuti oleh al-baqa, yang berarti tetap, 
terus hidup.al-fana dalam pengertian umum dapat dilihat dari penjelasan Al-Junaid: “hilangnya daya kesadaran kalbu dari hal-hal yang bersifat indrawi 
karena adanya sesuatu yang dilihatnya. 

Situasi yang demikian akan beralih karena hilangnya sesuatu yang terlihat itu dan berlangsung terus silih berganti hingga tiada lagi yang disadari dan dirasakan oleh indra”. 

Konsep fana inilah yang mendasari serta mendominasi pemikiran tasawuf pada abad ke 3 dan ke 4 H, termasuk pemikiran tasawuf Al-Junaid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar