Dan terhadap apa yang dilihat, Imam Abu 'l-Azaim mengatakan
tentang dirinya.
Yang beliau maksudkan adalah manusia secara mutlak :
"Aku adalah gudang Tuhanku dan simbol-Nya.
Aku adalah pemandangan bagi keindahan penampilan-Nya
Eksistensiku adalah bentuk lahiriah bagi tersingkapnya hijab
(Allah menyingkapkan Dzat-Nya dalam eksistensiku
pada kedalaman yang amat sangat).
Bentuk eksistensiku adalah bagai papan bertuliskan rahasia.
Aku adalah simbol yang mengisyaratkan gudang kegaiban.
Dan bentukku adalah bangunan yang hina.
Aku adalah tanah liat yang merupakan kaca pemantul gambaran.
(yaitu gambaran asma-asma dan sifat-sifat-Nya.)"
Semua itu adalah gambaran yang mengisyaratkan bahwa
manusia...
merupakan pemandangan lahiriah ,
dimana asma-asma dan sifat-sifat Allah
menampakkan penampilan-Nya,
sesuai dengan batas kemampuannya
dalam menerima limpahan nur Ilahi.
Jiwa manusia hanya bisa menerima,
yang dalam hal ini kadar kedalaman penerimaan
saling berbeda antara satu dan lainnya.
Ibnu 'Arabi berkata ;
"Kini,
hatiku bisa menerima semua gambaran
tempat menggembala kijang dan
kuil bagi para pendeta. dan
rumah bagi berhala-berhala , serta
Ka'bah orang orang yang berthawaf dan
lembaran-lembaran Taurat serta
mushaf al-Qur'an."
Apa yang kita saksikan berupa penampilan-penampilan
manusia di bumi, merupakan akibat dari penampilan
sifat-sifat dan asma-asma Ilahi yang diterima oleh jiwa manusia
sesuai dengan bakat dan kemampuan penerimaannya.
Segala yang tampak dalam dirimu dan dari dirimu,
tak lain adalah eksistensimu (eksistensi bakatmu).
DR. MUSTHAFA MAHMUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar