Al-Adam, menurut pendapat Ibnu 'Arabi ,
bukan berarti tidak ada (ma'dum).
Tapi,
ia disisi lain dari kemutlakan yang berlawanan
dengan eksistensi Allah Yang Mahamutlak.
Gelap adalah lawan terang,
nafi adalah lawan itsbat, dan
neraka adalah lawan dari surga.
Tentang pengertian ini, Abu 'l Azaim memberikan komentarnya :
"Segala sesuatu selain Engkau adalah api yang panas.
Dan yang selalu kugandrungi adalah , bahwa
diriku akan memperoleh kesertaan-Nya".
Ibnu 'Arabi memberikan gambaran tentang permulaan
dengan gaya bahasa yang sarat dengan isyarat rumzi,
"Pada dasarnya,
sejak permulaan al-'adam (ketiadaan) berfungsi sebagai cermin
bagi wujud yang mutlak.
Dengan demikian,
wujud bisa melihat gambaran dirinya melalui cermin tadi,
seperti hal-nya ..
ketiadaan pun dapat melihat gambaran dirinya melalui cermin wujud.
Kini,
setiap dzat memiliki dua sisi yaitu , al-'adam dan al-wujud.
Ia menerima limpahan berkah dari Allah dan bisa mengetahui
keadaan dirinya melalui cermin Allah.
Sedang sebelumnya,
semasa masih al-'adam , ia tak mengetahui keadaan dirinya.
Akhirnya,
dzat-dzat merasa rindu kepada al-wujud dan menginginkan keluar
dari lingkup al-adam (al-'adam adalah api).
Kemudian,
melalui tsubuti , ia meminta kepada Allah agar Dia mewujudkannya.
Maka,
Allah pun memberinya rahmat dan mengabulkan keinginannya,
hingga terwujudlah ia.
Dan Allah pun melimpahkan keberkahan dari sebagian
asma-asma dan sifat-sifat-Nya.
Pada akhirnya,
tiap dzat hanya mampu menerima limpahan keberkahan Allah ini
menurut bakat masing-masing.
Jika ia adalah merak, maka bentuknya pun merak, dan
jika bakat asalnya adalah babi , maka ia pun keluar dalam wujud babi.
Sebab,
jiwa yang pertama berasal dari jiwa merak, maka ketika di alam wujud
ia tidak bisa menerima kecuali gambaran merak.
Begitu pula lainnya,
jika berasal dari pembawaan babi, maka ia tidak bisa menerima
selain gambaran babi.
Tetapi ,
Allah melimpahkan keberkahan-Nya terhadap semua dari wujud-Nya
yang tak terbatas, lalu masing-masing menerimanya sesuai dengan
hakikat dirinya.
"Kami tidak menguasaimu,
tetapi memang demikianlah keadaanmu",
demikianlah yang difirmankan Allah kepada semua makhluk kelak
di hari kiamat.
"Dalam dirimu tidak tampak kepastian kodrat dan sifat-sifat nya,
melainkan hanya itulah keadaan diri dan dzatmu.
Sebagaimana engkau dalam alam tsubuti -mu,
maka engkau pun tampak dalam alam wujudmu.
Kamu sekali-kali tidak menerima di alam wujud ini,
melainkan hanya sifat-sifat asalmu, dan
Aku tidak memastikanmu ,
melainkan hanya apa yang kau pendam dalam keinginanmu.
Aku tidak memberimu ,
melainkan hanya apa yang ada pada niatmu, dan
Aku tidak melarangmu ,
melainkan hanya apa yang kau haramkan bagi dirimu.
Barangsiapa memendam keinginan untuk berubah,
maka Aku buat ia berubah, dan
barangsiapa menginginkan dirinya bersih,
maka Aku jadikan ia bersih".
DR.Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar