Rabu, 14 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG -"AKU"

Al-Adam, menurut pendapat Ibnu 'Arabi , 
bukan berarti tidak ada (ma'dum).
Tapi, 
ia disisi lain dari kemutlakan yang berlawanan 
dengan eksistensi Allah Yang Mahamutlak.
Gelap adalah lawan terang, 
nafi adalah lawan itsbat, dan
neraka adalah lawan dari surga.

Tentang pengertian ini, Abu 'l Azaim memberikan komentarnya :

"Segala sesuatu selain Engkau adalah api yang panas.
 Dan yang selalu kugandrungi adalah , bahwa 
 diriku akan memperoleh kesertaan-Nya".

Ibnu 'Arabi memberikan gambaran tentang permulaan 
dengan gaya bahasa yang sarat dengan isyarat rumzi,

"Pada dasarnya,
 sejak permulaan al-'adam (ketiadaan) berfungsi sebagai cermin
 bagi wujud yang mutlak.
 Dengan demikian, 
 wujud bisa melihat gambaran dirinya melalui cermin tadi,
 seperti hal-nya ..
 ketiadaan pun dapat melihat gambaran dirinya melalui cermin wujud.
 Kini,
 setiap dzat memiliki dua sisi yaitu , al-'adam dan al-wujud.
 Ia menerima limpahan berkah dari Allah dan bisa mengetahui 
 keadaan dirinya melalui cermin Allah.
 Sedang sebelumnya,
 semasa masih al-'adam , ia tak mengetahui  keadaan dirinya.
 Akhirnya,
 dzat-dzat merasa rindu kepada al-wujud dan menginginkan keluar
 dari lingkup al-adam (al-'adam adalah api).
 Kemudian, 
 melalui tsubuti , ia meminta kepada Allah agar Dia mewujudkannya.
 Maka,
 Allah pun memberinya rahmat dan mengabulkan keinginannya, 
 hingga terwujudlah ia.
 Dan Allah pun melimpahkan keberkahan dari sebagian 
 asma-asma dan sifat-sifat-Nya.
 Pada akhirnya,
 tiap  dzat hanya  mampu menerima limpahan keberkahan Allah ini
 menurut bakat masing-masing.

 Jika ia adalah merak, maka bentuknya pun merak, dan
 jika bakat asalnya adalah babi , maka ia pun keluar dalam wujud babi.
 Sebab, 
 jiwa yang pertama berasal dari jiwa merak, maka ketika di alam wujud
 ia tidak bisa menerima kecuali gambaran merak.
 Begitu pula lainnya,
 jika berasal dari pembawaan babi, maka ia tidak bisa menerima
 selain gambaran babi.
 Tetapi , 
 Allah melimpahkan keberkahan-Nya terhadap semua dari wujud-Nya 
 yang tak terbatas, lalu masing-masing menerimanya sesuai dengan
 hakikat dirinya.
 "Kami tidak menguasaimu,
  tetapi memang demikianlah keadaanmu",
  demikianlah yang difirmankan Allah kepada semua makhluk kelak
  di hari kiamat.

 "Dalam dirimu tidak tampak kepastian kodrat dan sifat-sifat nya, 
  melainkan  hanya itulah keadaan diri dan dzatmu.
  Sebagaimana engkau dalam alam tsubuti -mu, 
  maka engkau pun tampak dalam alam wujudmu.
  Kamu sekali-kali tidak menerima di alam wujud ini,
  melainkan hanya sifat-sifat asalmu, dan
  Aku tidak memastikanmu ,
  melainkan hanya apa yang kau pendam dalam keinginanmu.
  Aku tidak memberimu ,
  melainkan hanya apa yang ada pada niatmu, dan
  Aku tidak melarangmu ,
  melainkan hanya apa yang kau haramkan bagi dirimu.

  Barangsiapa memendam  keinginan  untuk berubah, 
  maka Aku buat ia berubah, dan
  barangsiapa menginginkan dirinya bersih,
  maka Aku jadikan ia bersih".

DR.Musthafa Mahmud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar