Rabu, 14 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG -"AKU"

Allah swt berfirman :
Q.S. 25:77, artinya

"Katakanlah : (kepada orang-orang musyrik),
 Tuhanku tidak mengindahkan kamu , melainkan kalau ada ibadatmu".

Bagian pertama dari ayat tadi ialah,
"Ma ya'bau bikum Rabbi" (Tuhanku tidak mengindahkan kamu) ,
mengandung hukum kedzatan Allah. 
Yakni, 
hukum yang meniadakan kaitan antara Dzat Allah dengan hamba-Nya.
Dan bagian kedua dari ayat tadi ialah , "Laula du'aukum".
(sekiranya tidak ada ibadat-mu).
Pengertian ini mengakibatkan timbulnya hukum sifat ketuhanan-Nya,
yang dengan meyandang sifat ini Dia menurunkan 
sifat-sifat dan asma-asma-nya guna pelimpahan rahmat 
kepada makhluk-Nya dan pengabulan permintaan mereka.

Dari sini bisa dipahami , bahwa Allah swt memiliki sifat khusus, yaitu
Yang Maha kaya Sendiri. 
Dan bagai hamba ada sifat khusus pula yaitu, hina dan berhajat 
sejak fitrahnya. (kedua sifat ini merupakan tangga 
untuk mencapai kemurahan dan limpahan Allah).

Dari sini pula bisa disimpulkan, 
bahwasanya tidak ada pengaburan term
antara Khaliq dan makhluk-Nya. 
Karena itu, 
seorang hamba tidak mungkin menjadi Tuhan, 
kendatipun menyandang sifat yang dimiliki Tuhannya.
Tiap pihak tetap berada pada hakikat derajat masing-masing.
Sama sekali tidak ada jalan yang bisa mengantarkan hamba 
menjadi Tuhan, kecuali sekadar pengakuan hamba itu sendiri
atas tindak kekufurannya.

Menurut pandangan Ibnu 'Arabi , 
setiap  hamba adalah memiliki junub, ia tidak boleh menyentuh mushhaf, 
kecuali telah menyandang sifat-sifat Tuhannya.
Dan ketika itu , samalah artinya bahwa memegangnya adalah 
tangan Yang Mahahaq (maksudnya dibolehkan).

Menurut Ibnu 'Arabi , 
asma-asma Allah bersifat qadim dan azali , dan 
Dia sangat berketetapan dengan nama-nama-Nya.

Hanya ada Allah dan tak ada apa-apa selain-Nya.
Pada masa itu, 
Dia mengetahui dan  menghendaki tetapnya dzat-dzat
(ruh-ruh manusia) di alam ketiadaan .
Dia hidup dengan Dzat-Nya sendiri dan melihat-Nya.
Dia esa dengan Dzat-nya sendiri.

Semua itu merupakan asma-asma yang senantiasa menyertai-Nya
sejak zaman azali seperti , 
Maha hidup, Maha Menghendaki, Maha Melihat dan Mahaesa.
Mengenai keadaan-Nya sebagai pemberi rezeki , maka hal itu terjadi
dengan kekuatan-Nya di zaman azali dan dengan amaliah-Nya 
bersama makhluk-nya .
Ini merupakan nisbat (kaitan) yang belum bisa dimengerti sebelum itu.

DR. Musthafa Mahmud.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar