Abu 'l-Azaim berkata dalam gaya bahasa bertanya :
"Siapakah aku dan eksistensiku ini,
yang membuat hatiku sibuk ?
Ia tak tahu derajatnya dan
selalu saja menyandang dosa.
Mengaku cinta, padahal cinta itu terlarang,
dan hanya khusus bagi murid yang sudah minum
(sudah melihat Allah melalui tanda-tanda kebesaran-Nya)
Yaitu...
orang yang lupa daratan terhadap dunia dan akhirat.
Ia lari menuju kepada Allah hingga memasuki derajat jadzab
(mabuk cinta kepada Allah)".
Kemudian ,beliau menjawab sendiri pertanyaan itu :
"Jika kujawab ,
(ia) adalah cahaya pelita Yang Mahaagung.
Maka jawaban ini tidak akan bisa dipahami
kecuali oleh orang - orang seperti ku.
Atau
jika kujawab
(ia) adalah gambaran Yang Mahaluhur
yang dipenuhi nur.
Maka nur penampilan Ilahi adalah
sesuatu yang gaib lagi amat luhur
Atau
kujawab bahwa,
ia adalah genggaman Yang Mahaluhur
sejak aman azali.
Yang genggaman tersebut mengisyaratkan
kepada nur keagungan yang luhur.
Kata-kata tidak cukup untuk mengungkapkan
kedudukan dan pangkatku, kecuali dengan kebaikan
yang berlimpah bagi yang menghendakinya.
Apakah ini suatu misteri ?
Ya...,
ia tampak dalam bentuk tanah liat yang hitam,
dalam tubuhnya masih belum jelas
antara kerincianku dan keglobalanku".
Abu 'l-Azaim berkata tentang kekasih-kekasih Allah :
"Mereka terlihat dalam kacamata manusia sebagai manusia.
Tetapi,
Ruhani mereka memancarkan nur Ilahi yang luhur
dari balik kegaibannya".
Kemudian beliau berkata tentang diri sendiri :
"Lahiriahku merupakan simbol yang mengisyaratkan
keadaan bathiniahku.
Apabila tersingkap, maka memancarlah nur
limpahan berkah Ilahi.
Pasti 'kan tampak kegaiban yang mengandung misteri,
dan aku bakal melihat ajaibnya keajaiban.
Aduhai...,
andaikan rumus-rumus itu tersingkapkan,
dan menampakkan esensi hakikat.
Aku 'kan melihat ,
bahwa diriku adalah gambaran yang diperindah
dengan intisab (hubungan) ku kepada Allah".
DR. MUSTHAFA MAHMUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar