Ibnu 'Arabi berkata ,
"Tidak mungkin seorang hamba menjadi tuan,
meski ia tampak dengan sifat ketuanannya".
Dan , selamanya , anda tidak akan pernah menjadi raja sebenarnya
hanya dengan berpakaian atau bersimbolkan kerajaan semata.
Perlu diingat, bahwa antara simbol dan aslinya
sangat jauh perbedaannya.
Pengertiannya adalah ,
bahwa hal ini hanya sekadar persamaan term belaka.
Karena itu , pahami benar-benar hal ini agar Anda
tidak terperosok ke dalam ke hina an dan kesembronoan.
Allah memiliki sifat yang sesuai dengan keadaan Diri-Nya,
seperti halnya hamba juga mempunyai sifat yang selaras
dengan keadaannya.
Karena itu, kedua sifat tadi jelas jauh berbeda,
meski satu nama dan satu istilah. Satu nama tapi lain pengertian.
Hamba tetap hamba , dan Yang Maha Penyayang
tetap yang disembah.
Abu 'l 'Aaim berkata dalam syairnya,
"Aku benar-benar tahu, bahwa diriku adalah hamba-Nya
dan seorang hamba selamanya tetap hamba,
dan ini tak bisa dielakkan lagi."
Beliau mengatakan pula bahwa
Allah amat jauh sekalipun amat dekat, dan
Mahatinggi meski tampak jelas.
"Dia amat dekat bagi orang yang dekat,
dan amat jauh dari penemuan dan pembatasan."
Allah Mahalahir dalam pemandangan.
Jauh perbedaan antara lahir dan pemandangan adalah
bagaikan khamr dan gelasnya.
Tentang hal ini , Imam Abu 'l Azhaim berkata,
"Kini , Alam semesta telah menjadi gelas khamr
(Maksudnya , menyerupakan keterlenaan orang
yang melihat Allah dengan orang yang mabuk khamr)
Atau dengan ungkapan yang lebih jelas ..,
Alam semesta ini merupakan pemandangan dari khamr Ilahi
(nur-nur sifat dan sama-Nya)
(Khamr adalah jasadku, sedang hatiku adalah gelasnya)
Pengertian minum khamr semacam ini adalah melihat Allah
melalui tanda-tanda kebesaran-Nya.
Pada saat Abu 'l Azaim mengatakan "jasadku",
yang dimaksud adalah jasad dan eksistensi segala sesuatu.
Jasad sebagai khamr nur-nur Ilahi, sedang hati sebagai gelasnya.
Dengan menggunakan analogi masa kini,
bisa dikatakan bahwa azh-Zhahir dan al-Mazhahir adalah bagaikan
tabung lampu TL (neon) dan sinar yang ada di dalamnya.
Tabung neon tersebut diibaratkan sebagai mazhahir
dengan segala ragam bentuk dan modelnya.
Tiap tabung tampak memancarkan sinar khusus yang selaras
dengan rancang bangun dan model masing-masing
yang saling berbeda-beda antara satu dan lainnya.
Ada tabung yang memancarkan sinar merah, biru, dan ada pula
yang memancarkan sinar ultra violet.
Semua warna tersebut berasal dari sinar putih dan
merupakan rincian darinya.
"Kami menyaksikan Nur Ilahi turun begitu jelasnya
dari bentuk (tingkatan) global kepada rincian."
DR.MUSTHAFA MAHMUD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar