Dan Nabi Muhammad saw menjawab pertanyaan orang
yang bertanya kepadanya,
"Bagaimana Anda melihat Tuhan mu ?"
Beliau menjawab ;
"Dia adalah Nur yang belum pernah kulihat."
Seorang 'Arif sejenak menggambarkan tersingkapnya hijab
kegaiban, sambil berkata ,
"Aku lebur dalam nur, dan
nur tersebut menyirnakan diriku,
sedang segala sesuatu pun sirna.
Yang bisa kulihat hanyalah Dia".
Ibnu "Arabi menginterpretasikan tentang nur ini, bahwa
Ia bagaikan tirai keagungan yang membakar,
yang dijadikan hijab bagi yang Mahahaq.
Orang yag melihat-Nya , akan merasa dirinya sirna.
Kemana pun ia menghadap , tirai tersebut
bukanlah Dzat Allah dan bukan Diri-Nya
Ia adalah tirai nur atau hijab nur bagi Dzat Allah .
Akan halnya Hijab yang tersingkap , itu adalah
hijab duniawi yang gelap.
Disitu , hanya ada hijab-hijab (nur) belaka.
Dan melihat Dzat Allah di dunia, adalah hal yang mustahil.
Ibnu "Arabi mengatakan :
"Mahaagung Allah dari segala bentuk .
Keadaan-Nya di atas jangkauan akal dan mata.
Dzat-Nya sangat rahasia , tak bisa dijangkau
oleh panca indera dan akal pikiran.
Keadaan yang sebenarnya tidak seperti yang bisa
dirasakan oleh mata.
Semua gambaran penampilan bersifat muhditsah
(mendadak, berubah-ubah dan terbatas masanya).
Yang ada di alam wujud ini hanyalah hijab-hijab,
dan itu pun sudah merupakan penemuan-penemuan
yang beraneka ragam."
Selanjutnya beliau mengatakan,
bahwa hanya Allah Sendirilah yang mengetahui
keadaan Diri-Nya sebagaimana Ada-Nya.
Akan hal-nya berita-berita tentang-Nya dan
penyingkapan hijab-Nya , maka hal itu hanya merupakan
keadaan-keadaan yang ditampakkan ,
derajat-derajat yang dijeniskan,
dan makna-makna yang diperagakan,
sebagai pemberitahuan bagi hamba-hamba-Nya
tentang makna sifat-nya, yaitu azh-Zhahir.
Berdasarkan pengertian tadi, bisa disimpulkan, bahwa
Ibnu 'Arabi mengatakan telah melihat Allah, dan
pada saat yang sama memustahilkannya.
DR.MUSTHAFA MAHMUD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar