Minggu, 18 Oktober 2015

RAHASIA YANG MAHA AGUNG.

"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB".

Tentang lenyapnya tanda-tanda , gambaran-gambaran dan jasad,
Ibnu 'Arabi menginterpretasikan bahwa semua itu merupakan 
suatu hal yang bersifat dadakan (tiba-tiba) dan hadist (baru).
Ketika berada di hadhirat (hadapan) Yang Mahamutlak, 
semua yang hadist itu lenyap, dan Dia pun melenyapkan 
hukum-hukum dzat-dzat (artinya, pakaian kehidupan dunia 
yang disandang oleh murid ).
Kemudian Dia menanggalkan hukum dan sifat-Nya sesuai dengan
pengertian hadist qudsi berikut ini :

"Senatiasa hamba-Ku,
 tetap (berupaya) mendekatkan diri kepada-Ku 
 dengan amal-amal sunnah hingga Aku menyintai-Nya.
 Jika Aku telah menyintainya... 
 maka Aku adalah 
 pendengarannya yang dipakai olehnya untuk mendengar
 dan penglihatannya yang dipakai olehnya untuk melihat,
 serta tangannya yang dipakai olehnya untuk menggenggam.".

Pengertian hadist tadi adalah, bahwa Allah swt menanggalkan 
hukum dan sifat ketuhanan-Nya untuknya.
Dari sinilah sering terjadi kekeliruan atas diri seorang shufi ,
hingga ia menjerit, "Aku adalah Allah".
Ini lantaran ia tidak bisa membedakan antara hukum dan Dzat-Nya.
Pada dasarnya , Allah  tidak melenyapkan sesuatu pun selain hanya 
hukumnya saja.
Akan halnya dzat shufi , maka ia senantiasa lenyap dan 
menyertai kedudukannya yaitu, kefakiran mutlak, lemah dan
kehambaan yang sempurna.
Karena itu , tidak ada persamaan antara kedua dzat tadi.
Hamba tetap hamba, dan Tuhan tetap sebagai Tuhan.
Keadaan tetap seperti semula , tidak ada perubahan , 
meski betapa tinggi mi'raj seorang shufi.
Ia tetap sebagai hamba yang fakir dan berhajat.
Tak ada perubahan sedikitpun ,kecuali hanya hukum-Nya saja,
lantaran Allah  menanggalkan nur-nur -Nya untuknya.

Tetapi , kondisi sesaat yang mengagetkan , ditambah kurangnya 
kemampuan menguasai diri , telah membuat hakikat ini terhalang.
Hingga yang terbayang di benaknya hanyalah bahwa hukum dan 
Dzat Ilahi adalah dia sendiri.
Karena itu ia menjerit, "Akulah Allah".

Hal ini telah mendorong Ibnu 'Arabi untuk berpesan 
kepada setiap murid :

"Jadilah engkau sekedar sifat-Nya semata, dan
  jangan engkau menjadi Dzat_Nya,
  lantaran itu adalah suatu kemustahilan".

DR.Musthafa Mahmud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar