"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB".
Ibnu 'Arabi melukiskan apa yang terjadi dalam pemandangan
nurani ini, bahwa ketika itu shufi telah mencapai
derajat yang tertinggi dalam mi'rajnya.
Keadaan ini adalah saat-saat di mana segala sifat
yang bertentangan lenyap di dalamnya, dan lenyap pula
apa yang disebut sebagai arah , meski dzatnya tetap.
Yakni dalam suatu maqam (tingkatan) yang tidak ada tingkatannya
atau yang dinamakan pula maqamu 'l-Jam'i (tingkatan global)
antara dua hal yang kontradiktif, atau dinamakan pula
maqamu 'l-Muhammadi atau disebut pula al-mauqif.
Yang menamakan maqam al-mauqif ini adalah an-Niffari .
Sebab, menurut beliau, di situlah tempat berhentinya hijrah ,
hingga terjadilah tawaqquf (berhenti)
Atau dinamakan pula maqamu 'l-ithlaq (peringkat kemutlakan),
lantaran padanya lenyaplah semua batasan , gambaran dan tanda.
Penaklukan kota Mekah adalah simbol rumah Tuhan,
simbol pusat thawaf, pusat dan titik lingkaran.
Ini merupakan derajat (martabat) yang tidak akan sampai kepadanya
melainkan dengan mengenakan kesempurnaan akhlak asma-asma-Nya,
hingga pendengaran dan penglihatan Anda merupakan
pendengaran dan penglihatan Yang Mahahaq.
Ketika itu.....
Anda melihat dengan penglihatan Allah
mendengar dengan pendengaran Allah,
yang berarti...
Anda telah berhubungan langsung dengan rahasia Ilahi
yang berlaku di alam wujud ini.
Manusia , dalam derajat ini, menjadi an sich
(dzat yang terlepas dari kejasadan).
DR, Musthafa Mahmud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar