"KESAKSIAN TAUHIDI DAN TERBUKANYA HIJAB"
Menurut pendapat kami,
pada dasarnya puncak ketauhidan Islami hanyalah seperti
jeritan yang diucapkan oleh Abu 'l-'Azaim dalam keadaan tajarrud-nya
(terlepasnya dzat beliau dari jasadnya) :
"Aku berkhalwat (menyendiri) ,
lalu untuk siapakah aku menyendiri,
sedang alam seluruhnya merupakan penampilan -Nya ?
Dia menampilkan nur-Nya kepada kita dalam tirai keaneka-ragaman".
Maksudnya,
kenapa aku harus bertajarrud, sedang semua alam lahir merupakan
susunan keanekaragaman yang lahir dari "Satu
(Dia menampilkan nur-Nya kepada kita dari balik keanekaragaman)".
Segala sesuatu berasal dari Allah dan semua akan kembali kepada-Nya.
"Aku,
jika kubukakan sebagian pengetahuanku,
tak lain adalah nur yang luhur,
bukan takabur".
Di antara dwikeasalan yang qadim dalam alam wujud dan
sifat Wahdaniyah yang mencakup dan menguasai
(karena dalam pengetahuan Allah tercakup semua yang qadim dan
semua dzat yang azali dan tetap , dan Dia menguasai kesemuanya itu ,
berkuasa menghukum, menciptakan dan melenyapkan)
Dan dalam lautan inilah ...
pemikiran Hindu tenggelam terbawa arus pemikiran
wihdatu 'l-wujud yang watsani.
DR.Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar