"CINTA ALLAH".
Kerinduan adalah derita orang yang bercita,
tetapi bukan cinta Ilahi ini.
Kebosanan dan keluhan terhadap cinta seks juga merupakan isyarat
bahwa,
"Wahai hambaku, bukan itu kekasihmu
engkau benar-benar telah salah jalan,
kembalilah kepada-Ku !".
Orang yang cinta kepada Allah selamanya tidak pernah khawatir
bakal berpisah dengan-Nya.
Sama sekali tidak ada perasan rendah diri dalam hati
seorang pecinta Ilahi seperti, menderita, rindu, terasing, dan tertekan.
Sebab, ia merasa bahwa yang dicintainya lebih dekat kepadanya
dari urat nadi lehernya, lebih dekat kepadanya dari pada dirinya,
dan ia melihat lahiriah-Nya pada segala sesuatu.
Dia ada pada kornea mata nya, pada senyuman kedua orang tua nya
dan pada tarian burung-burung pipit di pagi hari .
Ini adalah kerinduan dalam versi lain.
Kerinduan yang senantiasa bertambah selaras dengan pertambahan
penyaksian dan ke aneka-ragaman keindahan Yang Mahakekal.
Karena itu, cintanya senantiasa baru dan terbebas dari ...
kebosanan, keluhan, dan ulangan.
Pecinta memberi simbol gelas bagi dzat yang ditampakkan
oleh alam lahiriah , dan menyimbolkan alam lahiriah itu sendiri
sebagai minuman, dan semua merupakan keindahan-keindahan
milik Allah.
"Kini, alam semesta menjadi gelas khamr".
Dan meminumnya dimisalkan sebagai kemabukan di saat melihat Allah.
Kenikmatan melihat Tuhan akhirnya sampai kepada tahap fana,
yakni ketika hijab-hijab disingkapkan darinya hingga ia bisa melihat
Nur Rabbani secara berhadapan.
"Kepada hakikatku , aku rindu
Pandanganku tak bisa melihatnya
Jika bisa melihatnya,
maka hal itu bisa membunuh bidadari".
DR. Musthafa Mahmud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar