Mawlana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al Haqqani
Rasulullah
saw bersabda, “Allah swt melihat ciptaan-Nya pada malam pertengahan
Sya’ban dan Dia mengampuni semua ciptaan-Nya kecuali orang musyrik
(menyekutukan Tuhan) dan musyahin (orang yang penuh kebencian).” ‘A’isya
ra berkata, “Rasulullah saw berdiri dalam shalatnya selama separuh
malam dan melakukan sujud yang begitu lama hingga aku mengira nyawanya
telah dicabut. Lalu aku bermaksud untuk menggerakkan tumitnya, seketika
beliau pun bergerak, jadi aku mundur. Ketika beliau mengangkat kepalanya
dari posisi sujud dan menyelesaikan shalatnya, beliau lalu berkata,
“Yaa ‘A’isya, Yaa Humayra! (si kecil yang pipinya merah) Apakah kamu
pikir Nabi telah melanggar perjanjiannya denganmu?”
‘A’isya ra lalu menjawab,
“Tidak! Demi Allah swt Yaa Rasulullah saw, tetapi aku pikir nyawamu
telah dicabut karena engkau sujud begitu lama.” Beliau membalas, “Apakah
kamu tahu malam apakah sekarang?” “Allah dan Rasul-Nya Maha Tahu!”,
jawabnya. Rasulullah lalu menjelaskan, “Ini adalah malam pertengahan
Sya’ban! Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia melihat
hamba-Nya pada malam ini. Dia memaafkan siapapun yang memohon ampun dan
Dia memberikan rahmat kepada yang memintanya. Namun Allah akan
menahannya terhadap pendengki dan orang-orang yang tidak mensyukuri
keadaan mereka.” (HR. Bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman)
Al-Azhari menerangkan bahwa
kalimat, ‘melanggar perjanjian denganmu’ merujuk kepada orang yang
berkhianat kepada sahabatnya sehingga orang yang demikian ini tidak
mendapatkan rahmat dari Allah swt. Bayhaqi menggarisbawahi bahwa hadits
ini kehilangan salah satu mata rantainya sehingga dia menganggapnya
sebagai hadits yang baik (hadha mursal jayyid). Mungkin karena al-‘Ala’
bin al-Harits mengambilnya dari Makhul, dan Allah Maha Tahu.
Ini adalah malam ke-15 di mana
rezeki kalian di tahun yang akan datang ditentukan pada hari ini dan
malam ini merupakan malam yang penuh pengampunan.
Meskipun sebagian besar
komentator hadits berpendapat bahwa “malam yang diberkati” dalam Surat
ad-Dukhan ayat 3-6 merujuk kepada malam laylat al-Qadr yang jatuh di
bulan Ramadhan, tetapi ada beberapa pendapat yang menyatakan malam itu
juga bisa berarti malam pertengahan Sya’ban (laylat al-baraa’ah).
Konsekuensinya syari’ah menganjurkan untuk mengistimewakan malam itu.
Imam Suyuti berkata, “Bagi malam pertengahan Sya’ban terdapat
penghargaan yang sangat besar dan sangat dianjurkan (mustahabb) untuk
menghabiskan malam itu dengan kegiatan ibadah sunnat.”
Antara Maghrib dan ‘Isya, dibaca surat Yaa Siin sebanyak 3 kali, dengan niat sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan maqam atau posisi seseorang
2. Memohon diberikan rezeki atau dipenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Memohon perlindungan dari musuh.
Setelah shalat ‘Isya, dilakukan
shalat yang menurut Syaikh 'Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya
Al-Ghunyatu li-Taalibiyi l-Haqq disebut shalat Khair (untuk memperoleh
keberuntungan). Jumlah rakaat dalam shalat tidak ditentukan, namun
seseorang diharuskan untuk membaca surat al-Ikhlash sebanyak 300 kali
atau 1000 kali secara keseluruhan. Ada yang mengerjakan shalat 40 rakaat
dengan tiap rakaat dibaca surat al-Ikhlash sebanyak 25 kali. Maulana
Syaikh Nazhim k sendiri mengerjakannya dengan 2-2-2 rakaat sampai
mencapai 100 rakaat dan tiap rakaat dibaca surat al-Fatiha lalu
dilanjutkan dengan al-Ikhlash sebanyak 10 kali. Meskipun demikian dapat
juga dilakukan dengan mengkombinasikannya ke dalam empat, enam atau
delapan rakaat dengan satu kali salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar