MURID ATAUKAH MUHIB
Bismillahir rahmaanir rahiim
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim
Wangi Naqsybandiyya
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani
dalam Mercy Oceans Secrets of the Heart
London, 17 Maret 1992
14 Ramadhan 1412
Dalam setiap ceramah atau asosiasi,
kita menempatkan diri kita di bawah
ayat
“Ati'ullaha wa ati'ur rasula wa ulil amri minkum” (An-Nisa' 59).
“Kalian harus mematuhi Allah , kalian harus patuh kepada Rasulullah ,
dan kalian harus mematuhi para pemimpin kalian.”
Allah juga berfirman
dalam al-Qur'an bahwa
“Siapa pun yang mematuhi Rasulullah seolah-olah
dia telah mematuhi Allah .”
(An-Nisa' 80), “Man yuti'ir rasula faqad
ata'allah.”
Siapa pun yang patuh kepada guru
yang menunjukkan
jalan Rasulullah
dan menerangkan kepada kita bagaimana cara mendekati
Rasulullah ,
berarti telah mengikuti ajaran Rasulullah .
Oleh sebab itu
kita memerlukan panduan untuk menunjukkan kita
jalan terbaik untuk
melakukannya.
Jalan yang tersedia sangat banyak.
Rasulullah bersabda,
“At-thuruq ilallah ‘azza wa jalla ‘alaa ‘adad anfasil khla'iq,”
Jalan
menuju Allah sebanyak jumlah nafas manusia (tak hingga).”
Kalian bisa mendatangi Tuhanmu dengan berjuta-juta jalan.
Ada yang
pintas, ada pula yang panjang.
Setiap orang
pergi menurut jalan yang
telah ditetapkan Allah di dalam hatinya.
Setiap orang
mempunyai jalan
yang berbeda-beda.
Kalian semua tidak mempunyai jalan yang sama,
karena
kalian bukan orang yang sama.
Setiap orang mempunyai cahaya dan
rahasia
di dalam hatinya yang secara istimewa
telah dianugerahkan Allah
kepadanya.
Siapa yang dapat mengeluarkan rahasia itu?
Kalian tidak
dapat melakukannya sendiri.
Kalian memerlukan seseorang untuk
mengeluarkan rahasia
dari dalam hati kalian dan menunjukkannya kepada
kalian.
Orang yang akan menunjukkan rahasia kepada kalian
harus menemani kalian sepanjang hidup.
Jika tidak,
bagaimana dia akan
mengetahui
apa ada di dalam hatimu dan mengeluarkannya?
Salah seorang
guru di zamannya,
Sayyidina ‘Abdul Qadir Gilani ,
suatu saat memberi
perintah kepada murid-muridnya sebagai berikut,
“Potonglah seekor ayam
di tempat yang tidak diketahui seorang pun,
lalu bawalah ayam itu
kepadaku.”
Beberapa orang melaksanakan perintah itu secara harfiah
dan
berpikir bahwa mereka telah menjaga hal ini sebagai rahasia semata.
Yang lain berpikir, seperti sebagian orang di antara kita,
bahwa Syaikh
serakah dan ingin menyimpan persediaan ayam.
Berpikir seperti itu
adalah suatu perilaku buruk.
Setelah beberapa jam,
murid-murid itu kembali,
masing-masing membawa ayam yang telah dipotong.
Ketika waktu Maghrib tiba,
salah seorang di antara mereka masih belum
muncul.
Syaikh bertanya,
“Di mana si Anu?”
namun tidak ada seorang pun
yang dapat memberitahunya.
Waktu ‘Isya pun tiba,
dan keesokan harinya
masih belum ada orang yang mengetahui
di mana murid yang menghilang itu.
Siang harinya
murid itu datang dengan membawa seekor ayam di tangannya,
tetapi ayam itu belum dipotongnya.
Syaikh berkata kepadanya,
“Ke mana
saja engkau selama ini?
Setiap orang membawakan ayam mereka kepadaku
dalam keadaan disembelih
kecuali engkau.
Apa itu?”
Dia menjawab,
“Wahai
Syaikhku,
perintahmu kepadaku adalah memotong ayam ini
di tempat yang
tidak dilihat oleh seorang pun.
Kemarin Aku telah mencobanya seharian,
sepanjang malam dan pagi hari Aku berusaha menemukan tempat
yang tidak
diketahui oleh Allah , Rasulullah dan engkau sendiri,
tetapi Aku tidak
dapat menemukannya,
bagaimana Aku dapat memotong ayam ini?
” Sayyidina
‘Abdul Qadir Gilani berkata,
“Ini adalah penerusku yang akan mengajarkan
kalian
mengenai adab dan memberimu teladan yang baik untuk diikuti,
karena dia mengetahui bahwa Aku berada dalam hatinya selama 24 jam,
dan
tidak pernah meninggalkannya.”
Syaikh tidak seperti orang
yang pergi ke mimbar untuk memberikan ceramah.
Mereka bukanlah Syaikh, melainkan penceramah dan
Syaikh bukanlah penceramah.
Seorang Syaikh
ditujukan untuk tarbiya, pendidikan dan pengajaran.
Syaikh bersahabat
dengan seseorang yang merupakan mukmin sejati
dan mempelajari karakter
baik dan jalan hidupnya.
Banyak penceramah yang akan mempersiapkan dan
menyampaikan ceramah
yang sangat baik untukmu, tetapi bukan
memperaktekkan khutbah mereka.
Mereka memberikannya kepadamu, tetapi
apa manfaatnya?
Dari mana kalian mendapatkan ilmu?
Dari buku-buku atau
ceramah?
Kalian harus menemukan orang
yang mempraktekkan apa yang dia
baca dan dia pelajari.
Belajar dengan jalan ego tidak penting dalam
Thariqat Naqsybandi.
Kalian harus belajar untuk menggunakan jalan hati.
Ini adalah hal yang sangat penting dalam ajaran Naqsybandi.
Alhamdulillah,
kalian mengikuti seseorang
yang di tangannya tersimpan
rahasia Thariqat Naqsybandi.
Setiap 24 jam,
Guru yang kalian ikuti
wajib menghilangkan beban kalian
dan datang ke kehadirat Rasulullah
dengan berkata,
“Ya Rasulullah ,
ini adalah para pengikutku,
beban
mereka ada padaku,
Aku bersedia menanggung beban mereka,
dan apa pun
perbuatan baik dan ibadah
yang telah kulakukan pada hari ini,
Aku
berikan kepada mereka.
Aku mohon terimalah mereka.”
Oleh sebab itu,
jangan menjadi beban yang berat bagi Syaikhmu.
Jangan berkata,
“Kami
melakukan ini atau itu.”
Jagalah agar dirimu tetap terkunci di sudutmu
mengerjakan apa yang perlu kalian lakukan untuk dirimu-
tidak perlu
melihat saudara-saudarimu
dan menyebutkan kesalahan mereka di depan
orang lain.
Lindungilah mereka dan Allah akan melindungi kalian.
Sembunyikan kesalahan mereka,
Allah akan menyembunyikan kesalahanmu.
Sebaliknya
jika kalian menunjukkan kesalahannya
maka Allah pun akan
menunjukkan kesalahanmu.
Dalam suatu pertemuan para Awliya,
Sayyidina Abu Yazid al-Bistami berkata,
“Jika murid-murid mengetahui
bagaimana para Awliya akan mengembalikan siksaan
yang dibebankan kepada
mereka oleh para pengikutnya,
mereka akan menyiksanya lebih hebat lagi.”
Para Awliya diperintahkan untuk membalas
orang-orang yang menyiksa dan
menyerang mereka dengan kebaikan.
Sementara bagi orang-orang yang
mengatakan kebaikan kepada mereka
dan menunjukkan mereka perilaku yang
baik,
maka para Awliya itu akan menaikkan derajat mereka.
Kami
mohon saudara-saudari
dapat menghormati Syaikh dengan sebaik-baiknya.
Saya tekankan hal ini karena kita perlu mendengarnya.
Adalah mudah
untuk membuka hal yang lain,
tetapi inilah yang perlu kita ketahui
sekarang,
disiplin dengan Syaikh kita.
Kalian berada dalam
pengawasan yang cermat
dari orang banyak.
Mereka ingin mengetahui
bagaimana tingkah laku kalian sebagai pengikut Syaikh.
Jika kalian
berperilaku baik,
mereka akan mengatakan bahwa
Syaikh adalah orang yang
sangat baik.
Jika kalian berperilaku buruk,
maka reputasi buruk akan
menimpa Syaikhmu
dan ini tidak dapat diterima oleh semua orang.
Tidak
ada seorang pun di antara kalian
yang akan mentolerir peristiwa yang
terjadi
karena perilaku buruk kita.
Oleh sebab itu perbaikilah perilaku
kalian
baik di dalam maupun di luar kehadirannya.
Di luar
kehadirannya,
sangat sulit untuk memperbaiki perilaku kalian.
Jagalah
selalu kehadirannya di dalam hatimu,
jika kalian menjaga Syaikhmu di
dalam hatimu,
kalian akan lihat bahwa kalian akan berperilaku baik.
Suatu ketika Grandsyaikh ‘Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata,
“Siapakah orang yang akan diterima dalam Thariqat Naqsybandi?”
Orang-orang di sekitarnya menjawab,
“Kita semua adalah Naqsybandi!
Dapatkah kami menganggap diri kami sebagai Naqsybandi?”
Pada saat itu
Grandsyaikh menjawab,
“Untuk menjadi pengikut atau murid Thariqat
Naqsybandi,
mata hati harus terbuka.
Kalian harus mendengar ucapan para
malaikat.
Jika kalian pergi ke Ka'abah di Makkah dan memberi salam,
kalian harus bisa mendengar balasan salam dari Ka'abah kepadamu.
Inilah
langkah pertama dalam Thariqat Naqsybandi.
Apakah ada di antara kita
yang mempunyai kekuatan ini?
Jika ada,
biarkan dia mengangkat
tangannya,
dan Saya akan melihat apakah dia benar atau tidak.”
Masuk ke
dalam Thariqat Naqsybandi berarti
mata hati harus terbuka
sehingga
kalian bisa melihat segalanya.
Banyak orang di antara kita yang
mengatakan bahwa
mereka melihat malaikat,
mereka melihat Jinn,
mereka
melihat Maulana menembus dinding, atau
mereka melihat Maulana di
mana-mana.
Mudah saja mengatakannya di lidah,
tetapi lain soal untuk
mengatakannya dengan penuh kebenaran.
Siapakah orang yang
akan mengaku
telah berada pada tingkat pertama dalam Thariqat
Naqsybandi?
Grandsyaikh berkata,
“Mereka semua yang datang kepadaku
adalah orang-orang yang mencintaiku,
dan Aku mencintai mereka.
Aku
mencintai mereka semua sebagaimana Aku mencintai anak-anakku,
bahkan
lebih dari anak-anakku sendiri,
karena mereka telah mengorbankan
segalanya dan datang kepadaku.
Tetapi bukan berarti mereka telah
menempatkan kaki mereka
di tingkat pertama dari Thariqat Naqsybandi.”
Untuk bisa mencium wangi thariqat ini,
kalian harus berada dalam
pengawasan
40 Imam Naqsybandi yang telah sempurna
baik dalam hal
syari'ah maupun sufisme,
yang akan mengamatimu siang dan malam selama 40
hari
tanpa sepengetahuanmu untuk mengetahui
apakah kalian melakukan
penyimpangan dari syari'ah dan thariqat
dan tidak meninggalan sunnah
Rasulullah ,
bahkan sunnah yang terkecil-banyak sekali
sunnah kecil yang
dimiliki setiap orang tetapi kini telah dilupakan.
Setelah selama 40
hari pengamatan,
jika kalian tidak melakukan suatu penyimpangan,
pada
saat itu kalian bisa mencium wangi Thariqat Naqsybandi,
tetapi kalian
tetap masih belum memasukinya.
Situasi kita
masih sebagai
pecinta (muhibb) dari thariqat,
bukan pengikut (murid).
Namun demikian
tingkatan berikut itu telah diperuntukkan bagi kita
melalui janji
Maulana Syaikh Nazhim dalam pertemuan dengan para Awliya
dan dengan
kehadiran Rasulullah .
Para pengikut akan mencapai tingkat itu,
tetapi
bukan berkat kerja keras mereka,
melainkan melalui usaha Maulana.
Oleh
sebab itu jangan pernah memberi kesempatan bagi egomu
untuk berpikir
bahwa,
“Aku telah mengalami kemajuan.”
Kalian bukan apa-apa.
Satu-satunya orang yang mengalami kemajuan adalah Syaikhmu.
Ketika
kalian menganggap dirimu bukan apa-apa,
saat itulah kalian akan menjadi
segalanya.
Tanpa janji ini,
mustahil bagi seseorang untuk
masuk dan mengucapkan,
“Aku seorang Naqsybandi.”
Kita diizinkan untuk
mengatakan bahwa kita adalah Naqsybandi dengan lidah,
tetapi cahayanya
belum terbuka kepadamu,
walaupun diperuntukkan juga bagi kalian,
ya,
siapa pun yang berada dalam asosiasi ini adalah seorang Naqsybandi.
Tetapi apakah kalian menginginkan agar cahaya itu dibuka?
Jagalah apa
yang diperintankan oleh Tuhanmu dan Rasulullah kepadamu,
dan jagalah
jalan yang telah ditunjukkan oleh Syaikhmu
untuk mendekati Rasulullah
saw,
dan jagalah segala perilaku yang baik dan benar.
Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar