Kamis, 19 Mei 2016

MURID ATAUKAH MUHIB

MURID ATAUKAH MUHIB

Bismillahir rahmaanir rahiim
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim

Wangi Naqsybandiyya
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani 

 dalam Mercy Oceans Secrets of the Heart

London, 17 Maret 1992
14 Ramadhan 1412

Dalam setiap ceramah atau asosiasi, 

kita menempatkan diri kita di bawah ayat
 “Ati'ullaha wa ati'ur rasula wa ulil amri minkum” (An-Nisa' 59). 
 “Kalian harus mematuhi Allah , kalian harus patuh kepada Rasulullah , 
 dan kalian harus mematuhi para pemimpin kalian.” 
Allah juga berfirman dalam al-Qur'an bahwa 
“Siapa pun yang mematuhi Rasulullah seolah-olah dia telah mematuhi Allah .” 
(An-Nisa' 80), “Man yuti'ir rasula faqad ata'allah.”

Siapa pun yang patuh kepada guru 

yang menunjukkan jalan Rasulullah 
dan menerangkan kepada kita bagaimana cara mendekati Rasulullah , 
berarti telah mengikuti ajaran Rasulullah . 
Oleh sebab itu kita memerlukan panduan untuk menunjukkan kita 
jalan terbaik untuk melakukannya. 
Jalan yang tersedia sangat banyak. 
Rasulullah bersabda, 

 “At-thuruq ilallah ‘azza wa jalla ‘alaa ‘adad anfasil khla'iq,” 

Jalan menuju Allah sebanyak jumlah nafas manusia (tak hingga).”

Kalian bisa mendatangi Tuhanmu dengan berjuta-juta jalan. 

 Ada yang pintas, ada pula yang panjang. 
Setiap orang 
pergi menurut jalan yang telah ditetapkan Allah di dalam hatinya. 
 Setiap orang 
mempunyai jalan yang berbeda-beda. 
Kalian semua tidak mempunyai jalan yang sama, 
karena kalian bukan orang yang sama. 

 Setiap orang mempunyai cahaya dan rahasia 
di dalam hatinya yang secara istimewa 
telah dianugerahkan Allah kepadanya. 

Siapa yang dapat mengeluarkan rahasia itu?
 Kalian tidak dapat melakukannya sendiri. 
 Kalian memerlukan seseorang untuk mengeluarkan rahasia 
dari dalam hati kalian dan menunjukkannya kepada kalian.

Orang yang akan menunjukkan rahasia kepada kalian 

 harus menemani kalian sepanjang hidup. 
Jika tidak, 
bagaimana dia akan mengetahui 
apa ada di dalam hatimu dan mengeluarkannya? 
Salah seorang guru di zamannya, 
Sayyidina ‘Abdul Qadir Gilani , 
suatu saat memberi perintah kepada murid-muridnya sebagai berikut, 
“Potonglah seekor ayam di tempat yang tidak diketahui seorang pun, 
lalu bawalah ayam itu kepadaku.” 
Beberapa orang melaksanakan perintah itu secara harfiah 
dan berpikir bahwa mereka telah menjaga hal ini sebagai rahasia semata. 
Yang lain berpikir, seperti sebagian orang di antara kita, 
bahwa Syaikh serakah dan ingin menyimpan persediaan ayam. 
Berpikir seperti itu adalah suatu perilaku buruk.

Setelah beberapa jam, murid-murid itu kembali, 

masing-masing membawa ayam yang telah dipotong. 
 Ketika waktu Maghrib tiba, 
salah seorang di antara mereka masih belum muncul. 
Syaikh bertanya, 
“Di mana si Anu?” 
namun tidak ada seorang pun yang dapat memberitahunya. 
Waktu ‘Isya pun tiba, 
dan keesokan harinya masih belum ada orang yang mengetahui 
di mana murid yang menghilang itu. 
Siang harinya 
murid itu datang dengan membawa seekor ayam di tangannya, 
 tetapi ayam itu belum dipotongnya. 

Syaikh berkata kepadanya, 
“Ke mana saja engkau selama ini? 
Setiap orang membawakan ayam mereka kepadaku dalam keadaan disembelih 
kecuali engkau. 
Apa itu?” 
Dia menjawab, 
“Wahai Syaikhku, 
perintahmu kepadaku adalah memotong ayam ini 
di tempat yang tidak dilihat oleh seorang pun. 
 Kemarin Aku telah mencobanya seharian, 
 sepanjang malam dan pagi hari Aku berusaha menemukan tempat 
yang tidak diketahui oleh Allah , Rasulullah dan engkau sendiri, 
tetapi Aku tidak dapat menemukannya, 
bagaimana Aku dapat memotong ayam ini?

” Sayyidina ‘Abdul Qadir Gilani berkata, 
“Ini adalah penerusku yang akan mengajarkan kalian 
mengenai adab dan memberimu teladan yang baik untuk diikuti, 
karena dia mengetahui bahwa Aku berada dalam hatinya selama 24 jam, 
dan tidak pernah meninggalkannya.”

Syaikh tidak seperti orang yang pergi ke mimbar untuk memberikan ceramah. 

Mereka bukanlah Syaikh, melainkan penceramah dan 
Syaikh bukanlah penceramah. 

Seorang Syaikh ditujukan untuk tarbiya, pendidikan dan pengajaran.

 Syaikh bersahabat dengan seseorang yang merupakan mukmin sejati 
dan mempelajari karakter baik dan jalan hidupnya. 

Banyak penceramah yang akan mempersiapkan dan menyampaikan ceramah 
yang sangat baik untukmu, tetapi bukan memperaktekkan khutbah mereka. 
Mereka memberikannya kepadamu, tetapi apa manfaatnya? 
Dari mana kalian mendapatkan ilmu? 
Dari buku-buku atau ceramah? 

Kalian harus menemukan orang 
yang mempraktekkan apa yang dia baca dan dia pelajari.
Belajar dengan jalan ego tidak penting dalam Thariqat Naqsybandi. 
Kalian harus belajar untuk menggunakan jalan hati. 
Ini adalah hal yang sangat penting dalam ajaran Naqsybandi.

Alhamdulillah, 

kalian mengikuti seseorang 
yang di tangannya tersimpan rahasia Thariqat Naqsybandi. 
Setiap 24 jam, 
Guru yang kalian ikuti wajib menghilangkan beban kalian 
dan datang ke kehadirat Rasulullah dengan berkata, 
“Ya Rasulullah , 
ini adalah para pengikutku, 
beban mereka ada padaku, 
Aku bersedia menanggung beban mereka, 
dan apa pun perbuatan baik dan ibadah 
yang telah kulakukan pada hari ini, 
Aku berikan kepada mereka. 
Aku mohon terimalah mereka.” 
 Oleh sebab itu, 
jangan menjadi beban yang berat bagi Syaikhmu. 
Jangan berkata, 
“Kami melakukan ini atau itu.” 

Jagalah agar dirimu tetap terkunci di sudutmu 
 mengerjakan apa yang perlu kalian lakukan untuk dirimu-
tidak perlu melihat saudara-saudarimu 
dan menyebutkan kesalahan mereka di depan orang lain. 

Lindungilah mereka dan Allah akan melindungi kalian. 
Sembunyikan kesalahan mereka, 
Allah akan menyembunyikan kesalahanmu. 
Sebaliknya 
jika kalian menunjukkan kesalahannya 
maka Allah pun akan menunjukkan kesalahanmu.

Dalam suatu pertemuan para Awliya, Sayyidina Abu Yazid al-Bistami berkata, 

“Jika murid-murid mengetahui 
bagaimana para Awliya akan mengembalikan siksaan 
yang dibebankan kepada mereka oleh para pengikutnya, 
mereka akan menyiksanya lebih hebat lagi.”

 Para Awliya diperintahkan untuk membalas 
orang-orang yang menyiksa dan menyerang mereka dengan kebaikan. 
 Sementara bagi orang-orang yang mengatakan kebaikan kepada mereka 
dan menunjukkan mereka perilaku yang baik, 
maka para Awliya itu akan menaikkan derajat mereka.

Kami mohon saudara-saudari 

dapat menghormati Syaikh dengan sebaik-baiknya. 
Saya tekankan hal ini karena kita perlu mendengarnya. 
Adalah mudah untuk membuka hal yang lain, 
tetapi inilah yang perlu kita ketahui sekarang, 
disiplin dengan Syaikh kita.

Kalian berada dalam pengawasan yang cermat 

dari orang banyak. 
Mereka ingin mengetahui 
bagaimana tingkah laku kalian sebagai pengikut Syaikh. 
 Jika kalian berperilaku baik,
mereka akan mengatakan bahwa 
Syaikh adalah orang yang sangat baik. 
Jika kalian berperilaku buruk, 
maka reputasi buruk akan menimpa Syaikhmu 
dan ini tidak dapat diterima oleh semua orang. 

Tidak ada seorang pun di antara kalian 
yang akan mentolerir peristiwa yang terjadi 
karena perilaku buruk kita. 
Oleh sebab itu perbaikilah perilaku kalian 
baik di dalam maupun di luar kehadirannya. 

Di luar kehadirannya, 
sangat sulit untuk memperbaiki perilaku kalian. 
 Jagalah selalu kehadirannya di dalam hatimu, 
jika kalian menjaga Syaikhmu di dalam hatimu, 
kalian akan lihat bahwa kalian akan berperilaku baik.

Suatu ketika Grandsyaikh ‘Abdullah Fa'iz ad-Daghestani berkata, 

“Siapakah orang yang akan diterima dalam Thariqat Naqsybandi?” 
Orang-orang di sekitarnya menjawab, 
“Kita semua adalah Naqsybandi! 

Dapatkah kami menganggap diri kami sebagai Naqsybandi?” 
Pada saat itu Grandsyaikh menjawab,
 “Untuk menjadi pengikut atau murid Thariqat Naqsybandi, 
mata hati harus terbuka. 

 Kalian harus mendengar ucapan para malaikat. 
Jika kalian pergi ke Ka'abah di Makkah dan memberi salam, 
 kalian harus bisa mendengar balasan salam dari Ka'abah kepadamu. 
Inilah langkah pertama dalam Thariqat Naqsybandi. 

Apakah ada di antara kita yang mempunyai kekuatan ini? 
Jika ada, 
biarkan dia mengangkat tangannya, 
dan Saya akan melihat apakah dia benar atau tidak.” 

Masuk ke dalam Thariqat Naqsybandi berarti 
mata hati harus terbuka 
sehingga kalian bisa melihat segalanya. 
Banyak orang di antara kita yang mengatakan bahwa 
mereka melihat malaikat, 
mereka melihat Jinn, 
mereka melihat Maulana menembus dinding, atau
 mereka melihat Maulana di mana-mana. 
Mudah saja mengatakannya di lidah, 
tetapi lain soal untuk mengatakannya dengan penuh kebenaran.

Siapakah orang yang akan mengaku 

telah berada pada tingkat pertama dalam Thariqat Naqsybandi? 

Grandsyaikh berkata, 
“Mereka semua yang datang kepadaku 
adalah orang-orang yang mencintaiku, 
dan Aku mencintai mereka. 
 Aku mencintai mereka semua sebagaimana Aku mencintai anak-anakku, 
bahkan lebih dari anak-anakku sendiri, 
karena mereka telah mengorbankan segalanya dan datang kepadaku. 
Tetapi bukan berarti mereka telah menempatkan kaki mereka 
di tingkat pertama dari Thariqat Naqsybandi.” 

Untuk bisa mencium wangi thariqat ini, 
kalian harus berada dalam pengawasan 
40 Imam Naqsybandi yang telah sempurna 
baik dalam hal syari'ah maupun sufisme, 
yang akan mengamatimu siang dan malam selama 40 hari 
tanpa sepengetahuanmu untuk mengetahui 
apakah kalian melakukan penyimpangan dari syari'ah dan thariqat 
dan tidak meninggalan sunnah Rasulullah , 
bahkan sunnah yang terkecil-banyak sekali 
sunnah kecil yang dimiliki setiap orang tetapi kini telah dilupakan. 

Setelah selama 40 hari pengamatan, 
jika kalian tidak melakukan suatu penyimpangan, 
pada saat itu kalian bisa mencium wangi Thariqat Naqsybandi, 
tetapi kalian tetap masih belum memasukinya.

Situasi kita 

masih sebagai pecinta (muhibb) dari thariqat,  
bukan pengikut (murid). 

Namun demikian tingkatan berikut itu telah diperuntukkan bagi kita 
melalui janji Maulana Syaikh Nazhim dalam pertemuan dengan para Awliya 
dan dengan kehadiran Rasulullah . 

Para pengikut akan mencapai tingkat itu, 
tetapi bukan berkat kerja keras mereka, 
melainkan melalui usaha Maulana. 

Oleh sebab itu jangan pernah memberi kesempatan bagi egomu 
untuk berpikir bahwa, 
“Aku telah mengalami kemajuan.” 
Kalian bukan apa-apa. 
Satu-satunya orang yang mengalami kemajuan adalah Syaikhmu. 
Ketika kalian menganggap dirimu bukan apa-apa, 
saat itulah kalian akan menjadi segalanya.

Tanpa janji ini, 

mustahil bagi seseorang untuk masuk dan mengucapkan, 
“Aku seorang Naqsybandi.” 

Kita diizinkan untuk mengatakan bahwa kita adalah Naqsybandi dengan lidah, 
tetapi cahayanya belum terbuka kepadamu, 
walaupun diperuntukkan juga bagi kalian, 
ya, siapa pun yang berada dalam asosiasi ini adalah seorang Naqsybandi. 

Tetapi apakah kalian menginginkan agar cahaya itu dibuka? 

Jagalah apa yang diperintankan oleh Tuhanmu dan Rasulullah kepadamu, 
dan jagalah jalan yang telah ditunjukkan oleh Syaikhmu 
untuk mendekati Rasulullah saw, 
dan jagalah segala perilaku yang baik dan benar.

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar