Maka Allah lingkup nya di nur Muhammad itu sendirinya
didalam perkata'an Kun Fayakun dan Nur Muhammad itu sendiri
di dalam lingkup dari pada Nur Dzat.
Semesta sekalian alam semesta ini perbuatan Nur juga,
maka barang siapa belum tahu jalan ini
jangan membaca ini kerana akan menjadikan sesat kepada dirinya dan
jika sudah tahu bacalah, kerana inilah ilmu yang haq.
Syariat tanpa Hakikat hampa dan hakikat tanpa syariat bathil atau sia sia.
Adapaun yang bernama Rahsia itu sir ALLAH JUA.
Adapun kita ini bertubuhkan Muhammad zahir dan bathin,
bertubuhkan Roh namanya maka tiada kita kenang kenang lagi hati dan tubuh hanya bertubuh bathin saja namanya artinya Muhammad jua yang jadi tubuh kita ini.
Jadi hakekatnya kita ini bertubuh kan Roh Idhafi juga,
sebab Muhammad itulah yang bernama Rahsia Sir Allah.
Adapun ujud itu ujud Allah Ta'ala,
sekali kali jangan ada ujud yang lain daripada Allah Ta'ala inilah sebenar benarnya diri.
Begitu pula kelakuan jangan ada yang lain,
kerana jika ada menjadi Nafsiah Hamba juga.
Adapun Nafsiah Robbah itu tidak menerima salah satu melainkan suci zahir bathin.
Dzat artinya Ujud Allah semata mata,
itu yang sebenar benarnya diri kita.
Jangan ragu lagi pada kata ini,
baik berjalan itu ujud Allah,
melihat itu Bashar Allah dan
berkata kata itu Kalam Allah dan lain lainnya,
jangan ada ujud yang lain jika ada maka batal.
Firman Allah
" Ana fi dzhoni Abdi " Aku berada dalam prasangka hamba Ku.
Maka sudah lengkap ujud kita ini, ujud Allah Ta'ala.
Ingat lah akan firman Allah tersebut jangan lagi mengatakan batil
jika sudah tahu ujud dirinya ujud Allah juga dan
tiada lupa dan tiada berserikat dan tiada berhakekat dan bermarifat
melainkan kudrat sendirinya.
" Al insaanu sirri wa anaa sirrahu wa sirri sifaati wa sifaatii laghairi "
insan itu rahsia Ku dan Akulah rahsianya dan
rahsia itu sifat Ku dan sifat Ku itu tiada lain dari pada Aku
Adapun Alif Allah itu
yaitu Dzat Allah Ta'ala dan diri Allah Ta'ala dan sebenar benar nya diri yaitu Roh Nabi Muhammad,
adapun sifat Allah Ta'ala itu rupa nabi Muhammad dan Af'al Allah Ta'ala itu
yaitu kelakuan Nabi Muhammad.
Maka inilah Roh Idhafi menjadi rahasia kepada kita didalam jantung tempatnya.
Adapun Akbar itu tubuh kita ini jadi boleh berlaku laku dan sebagainya.
Adapun rahasia itu sendiri memerintah hati dan
hati itu memerintah tubuh berlakunya tubuh itu berbagai kelakuan.
Inilah sebenar benarnya diri yang kita kenal siang dan malam,
sebab semuanya daripada Muhammad.
Tatkala rahsia itu sehari semalam dalam rahim ibu HU . . HU pujinya
Tatkala rahsia itu tiga hari tiga malam dalam rahim ibu
Subhanallahi pujinya artinya suci sendiri nya
Tatkala rahsia itu empat puluh hari empat puluh malam dalam rahim ibu
Alhamdulillahi pujinya artinya Dzat Allah pujinya
Tatkala rahsia itu tiga bulan dalam rahim ibu
Allahu Akbar pujinya artinya Maha Besar Allah meliputi sekalian alam
Tatkala rahsia itu sembilan bulan dalam rahim ibu
La ilaha illa Allah pujinya
Senin, 30 November 2015
ILMU KASYAF
Kasyaf adalah ilmu ALLAH yang di lupakan...
tapi Kasyaf adalah sarana dari Laduni...
Ada 5 kasyaf yang merupakan 5 tingkatan
untuk Mengenal ALLAH SWT...
MATA
TELINGA
MULUT
AKAL
HATI
Kasyaf adalah kekuatan yang di miliki para WALIYULLAH
tapi Kasyaf adalah sarana dari Laduni...
Ada 5 kasyaf yang merupakan 5 tingkatan
untuk Mengenal ALLAH SWT...
MATA
TELINGA
MULUT
AKAL
HATI
Kasyaf adalah kekuatan yang di miliki para WALIYULLAH
MEMAHAMI DUNIA DAN TUJUAN AKHIRAT
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan,
“Engkau celaka jika tidak merasa malu kepada Allah SWT,
jika engkau telah menjadikan dinar sebagai tuhanmu dan
menjadikan dirham sebagai tujuanmu.
Sedangkan engkau melupakan-Nya sama sekali.
Sungguh takdirmu telah dekat!
Karena itu, jadikanlah kedai-kedai yang kau miliki dan
semua harta untuk keluargamu adalah semata-mata karena perintah syariat,
dan hatimu tetap bertawakal kepada Allah.
Jadi, carilah rezekimu dan rezeki untuk keluargamu hanya dari Allah,
bukan dari harta dan kedai-kedaimu.
Maka, Allah SWT akan menjadikan untukmu
karunia, kedekatan, dan kelembutan-Nya dalam kalbumu.
Dia akan mencukupi kebutuhan keluargamu dan kebutuhanmu melalui dirimu sendiri.
Dia akan mencukupi keluargamu dengan apa yang Dia kehendaki dan
sebagaimana yang Dia kehendaki.
Lalu akan dikatakan kepadamu, “Ini adalah untukmu dan untuk keluargamu.”
Namun, bagaimana mungkin engkau dapat menerima perkataan seperti itu
jika seumur hidupmu bersikap musyrik?
Engkau tidak pernah merasa kenyang dengan dunia dan
terus mengumpulkan harta.
Allah SWT menutup pintu hatimu
dan segala sesuatu tak akan bisa memasukinya.
Dia menurunkan peringatan-Nya dalam kalbumu.
Maka, bertobatlah dari amal-amal burukmu dengan bersungguh-sungguh.
Hendaklah engkau menangisi rusaknya perjalanan hidupmu dan akhlak burukmu. Hendaklah kau menangisi semua perkara yang telah terjadi menimpamu.
Bantulah orang-orang yang fakir dan miskin dengan hartamu, dan janganlah berbuat kikir! Sebab,
tak lama lagi engkau akan berpisah dengan harta bendamu.
Mukmin yang meyakini adanya penggantian di dunia dan akhirat
tentu tak akan bersikap kikir atau bakhil!"
--Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab Fathu Rabbani
“Engkau celaka jika tidak merasa malu kepada Allah SWT,
jika engkau telah menjadikan dinar sebagai tuhanmu dan
menjadikan dirham sebagai tujuanmu.
Sedangkan engkau melupakan-Nya sama sekali.
Sungguh takdirmu telah dekat!
Karena itu, jadikanlah kedai-kedai yang kau miliki dan
semua harta untuk keluargamu adalah semata-mata karena perintah syariat,
dan hatimu tetap bertawakal kepada Allah.
Jadi, carilah rezekimu dan rezeki untuk keluargamu hanya dari Allah,
bukan dari harta dan kedai-kedaimu.
Maka, Allah SWT akan menjadikan untukmu
karunia, kedekatan, dan kelembutan-Nya dalam kalbumu.
Dia akan mencukupi kebutuhan keluargamu dan kebutuhanmu melalui dirimu sendiri.
Dia akan mencukupi keluargamu dengan apa yang Dia kehendaki dan
sebagaimana yang Dia kehendaki.
Lalu akan dikatakan kepadamu, “Ini adalah untukmu dan untuk keluargamu.”
Namun, bagaimana mungkin engkau dapat menerima perkataan seperti itu
jika seumur hidupmu bersikap musyrik?
Engkau tidak pernah merasa kenyang dengan dunia dan
terus mengumpulkan harta.
Allah SWT menutup pintu hatimu
dan segala sesuatu tak akan bisa memasukinya.
Dia menurunkan peringatan-Nya dalam kalbumu.
Maka, bertobatlah dari amal-amal burukmu dengan bersungguh-sungguh.
Hendaklah engkau menangisi rusaknya perjalanan hidupmu dan akhlak burukmu. Hendaklah kau menangisi semua perkara yang telah terjadi menimpamu.
Bantulah orang-orang yang fakir dan miskin dengan hartamu, dan janganlah berbuat kikir! Sebab,
tak lama lagi engkau akan berpisah dengan harta bendamu.
Mukmin yang meyakini adanya penggantian di dunia dan akhirat
tentu tak akan bersikap kikir atau bakhil!"
--Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab Fathu Rabbani
MEMBACA AL-FATIHAH DENGAN MENGGUNAKAN SUARA HATI
Sila ambil sebatang jarum, pegang di jari kanan anda.
Cari benang cuba masukkan benang kedalam lubang jarum tersebut.
Boleh. ?
Bagus sekali... .
Sekarang keluarkan benang dari lubang jarum tersebut.
Masukkan kembali benang kedalam lubang jarum tersebut.
Sekarang cuba perhatikan nafas anda.
Apakah sewaktu anda memasukkan benang ke dalam lubang jarum tersebut nafas anda menjadi perlahan atau anda menahan nafas anda sebentar tanpa anda sedari.? .
Saya percaya anda akan menahan nafas atau setidaknya anda bernafas dengan sangat perlahan dan lembut sekali sewaktu anda memasukkan benang kedalam lubang jarum tersebut.
Semakin anda memperlahankan nafas anda, anda semakin mudah berkonsentrasi memasukkan benang ke dalam lubang jarum tersebut.
Nafas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aktiviti minda.
Semakin perlahan nafas anda semakin perlahanlah gelombang otak anda.
Maka semakin mudah anda mencapai gelombang alpha.
Alpha merupakan sebuah keadaan gelombang minda yang sangat tenang.
Ketenangan itu merupakan syarat yang paling di galakkan dalam membaca ayat suci.
Hari ini saya ingin memasukkan "benang" Al Fatihah kedalam "Lubang Jarum" Hati anda.
Mari kita lakukan bersama agar "jarum hati" anda sentiasa tajam dan
mudah menembusi hijab zulmah yang bersarang dalam fikiran anda.
Latihan dengan nyaman dan selesa,
boleh anda lakukan di atas kerusi atau bersila di atas lantai.
1.Tarik nafas melalui hidung, lepas nafas perlahan lahan melalui mulut.
Lakukan 37 kali. (merupakan pusingan nafas dari Beta Ke Alpha).
Jangan di bayangkan apa-apa pun termasuk kalimah atau pun cahaya ,
sebab visualisasi merupakan permainan minda juga.
Anda tetap tidak dapat menembusi hijab minda.
2. Sebut kan kalimah "ALLAH" dari halkum anda.
Hubungan antara buah halkum dengan fikiran sangat berkaitan antara satu sama lain.
3. Arahkan kalimah tersebut pada dua jari di atas susu kanan anda.
Ingat suara zikir anda harus berasal dari suara hati anda.
Persoalannya manakah suara hati dan manakah suara fikiran anda?.
Saya tinggalkan persoalan ini tanpa saya menjawabnya.
Saya akan menjawabnya pada perenggan yang seterusnya.
Teruskan bersuara dengan lafaz "ALLAH".
Arahkan suara tersebut dari buah halkum anda
kemudian suara tersebut menuju pada 2 jari di atas susu anda.
Ucapkan berulang ulang, paling sedikit 100 x ulangan.
Ingat hanya suara bukan bayangan kalimah atau
cahaya yang anda ciptakan dari fikiran anda.
4. Kemudian sila tongkatkan lidah anda di atas lelangit mulut anda.
Ucapkan kalimah tersebut dengan lidah di tongkatkan di lelangit mulut anda.
Nah.....di sini anda dapat merasakan perbezaan suara yang keluar tersebut.
Suaranya lebih lembut dan lebih jelas sebutannya...lebih mantap sebutannya.
Inilah suara awal yang kita pancing dari hati nurani anda.
Ulangi sebanyak 100 x lagi sehingga anda berada 1/2 di tubuh anda
dan separuh lagi berada di dalam hati anda.
Ulangi lagi proses ini sehingga fikiran dan diri anda berada 100% dalam jiwa dan hati anda.
Bila berada disini ciptakan "anchor" untuk diri anda dengan cara berdoa:
" Ya ALLAH setiap kali hamba mu berzikir "ALLAH"
saya berada dalam keadaan ini 100 x kali ganda lebih cepat dan
semakin dekat dengan mu Ya ALLAH"
5. Mulalah membaca AL-FATIHAH dengan menggunakan suara hati anda,
dengan cara menongkat lidah di atas lelangit mulut anda.
Anda akan merasakan sesuatu yang sangat luar biasa tentang kehebatan Al Fatihah ini.
Dengan Izin Allah..
Cari benang cuba masukkan benang kedalam lubang jarum tersebut.
Boleh. ?
Bagus sekali... .
Sekarang keluarkan benang dari lubang jarum tersebut.
Masukkan kembali benang kedalam lubang jarum tersebut.
Sekarang cuba perhatikan nafas anda.
Apakah sewaktu anda memasukkan benang ke dalam lubang jarum tersebut nafas anda menjadi perlahan atau anda menahan nafas anda sebentar tanpa anda sedari.? .
Saya percaya anda akan menahan nafas atau setidaknya anda bernafas dengan sangat perlahan dan lembut sekali sewaktu anda memasukkan benang kedalam lubang jarum tersebut.
Semakin anda memperlahankan nafas anda, anda semakin mudah berkonsentrasi memasukkan benang ke dalam lubang jarum tersebut.
Nafas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aktiviti minda.
Semakin perlahan nafas anda semakin perlahanlah gelombang otak anda.
Maka semakin mudah anda mencapai gelombang alpha.
Alpha merupakan sebuah keadaan gelombang minda yang sangat tenang.
Ketenangan itu merupakan syarat yang paling di galakkan dalam membaca ayat suci.
Hari ini saya ingin memasukkan "benang" Al Fatihah kedalam "Lubang Jarum" Hati anda.
Mari kita lakukan bersama agar "jarum hati" anda sentiasa tajam dan
mudah menembusi hijab zulmah yang bersarang dalam fikiran anda.
Latihan dengan nyaman dan selesa,
boleh anda lakukan di atas kerusi atau bersila di atas lantai.
1.Tarik nafas melalui hidung, lepas nafas perlahan lahan melalui mulut.
Lakukan 37 kali. (merupakan pusingan nafas dari Beta Ke Alpha).
Jangan di bayangkan apa-apa pun termasuk kalimah atau pun cahaya ,
sebab visualisasi merupakan permainan minda juga.
Anda tetap tidak dapat menembusi hijab minda.
2. Sebut kan kalimah "ALLAH" dari halkum anda.
Hubungan antara buah halkum dengan fikiran sangat berkaitan antara satu sama lain.
3. Arahkan kalimah tersebut pada dua jari di atas susu kanan anda.
Ingat suara zikir anda harus berasal dari suara hati anda.
Persoalannya manakah suara hati dan manakah suara fikiran anda?.
Saya tinggalkan persoalan ini tanpa saya menjawabnya.
Saya akan menjawabnya pada perenggan yang seterusnya.
Teruskan bersuara dengan lafaz "ALLAH".
Arahkan suara tersebut dari buah halkum anda
kemudian suara tersebut menuju pada 2 jari di atas susu anda.
Ucapkan berulang ulang, paling sedikit 100 x ulangan.
Ingat hanya suara bukan bayangan kalimah atau
cahaya yang anda ciptakan dari fikiran anda.
4. Kemudian sila tongkatkan lidah anda di atas lelangit mulut anda.
Ucapkan kalimah tersebut dengan lidah di tongkatkan di lelangit mulut anda.
Nah.....di sini anda dapat merasakan perbezaan suara yang keluar tersebut.
Suaranya lebih lembut dan lebih jelas sebutannya...lebih mantap sebutannya.
Inilah suara awal yang kita pancing dari hati nurani anda.
Ulangi sebanyak 100 x lagi sehingga anda berada 1/2 di tubuh anda
dan separuh lagi berada di dalam hati anda.
Ulangi lagi proses ini sehingga fikiran dan diri anda berada 100% dalam jiwa dan hati anda.
Bila berada disini ciptakan "anchor" untuk diri anda dengan cara berdoa:
" Ya ALLAH setiap kali hamba mu berzikir "ALLAH"
saya berada dalam keadaan ini 100 x kali ganda lebih cepat dan
semakin dekat dengan mu Ya ALLAH"
5. Mulalah membaca AL-FATIHAH dengan menggunakan suara hati anda,
dengan cara menongkat lidah di atas lelangit mulut anda.
Anda akan merasakan sesuatu yang sangat luar biasa tentang kehebatan Al Fatihah ini.
Dengan Izin Allah..
*TANDA TANDA SAKARATUL MAUT*
Pertama: Sulbi kita terasa Sakit seperti ditusuk dengan jarum sampai keubun ubun, sakitnya luar biasa dan telinga kita mendengar suara tembakan satu kali, maka segeralah kita ucapkan YA HU. Allah memberikan tanda bahwa umur kita tinggal 40 hari.
Kedua: Apabila dari mata kita keluar cahaya yang putih, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kemudian berubah menjadi seorang Insan yang berpakaian amat indah menghadap kepada kita. Apabila jelas tanda ini datang dari pada kita, maka segeralah ucapkan ALLAH HAKKUL HAK Tanda ini Allah menyatakan bahwa umur kita tinggal 7 hari lagi.
Ketiga : Apabila telah keluar dari mulut kita suatu cahaya yang sangat bersinar, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kcmudian berubah menjadi ujud kita atau serupa dengan kita, dan bersamaan dengan itu tercium bau yang sangat harum. Jikalau tanda ini jelas datangnya dari diri kita maka ucapkanlah :
ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN.
Tanda ini Allah memberitahukan bahwa umur kita tinggal 3 hari lagi. Maka beramanatlah kita kepada sanak saudara dan jangan lagi kita lalai dari amalan-amalan yang sering kita lakukan.
Keempat: Apabila sudah sampai kepada yang terakhir, maka berjagalah kita dan jangan lalai dengan. dzikir nafas yang keluar masuk, sambil menunggu tanda yang terakhir.
Manakala telinga kita berdengung yang sangat panjang, kemudian mata kita berubah menjadi kabur-kabur, kemudian penglihatan kita menjadi gelap semata-mata dan di dalam kegelapan itu terpandang kita suatu titik cahaya, kemudian berubah pula penglihatan kita menjadi terang benderang penuh semesta alam, maka tenangkanlah hati kita dan berdzikirlah karena kita sedang berhadapan dengan NUR ALLAH. Terakhir pendengaran kita mendengung lagi dan mata kita rasa mengantuk, kemudian tangan kita kita angkat seperti orang yang Takbir seraya mengucapkan
ALLAHU AKBAR atau LA ILAHA ILLA ALLAH.
*SAKARATUL MAUT*
JASMANI - kembali kepada bumi, karena menerima himpitan daripada bumi itu. Hanya Rasulullah yang terlepas daripada hisab himpitan itu, sekalipun anak anak.
ROHANI - kembali kepada Nur Muhammad, karena menanti hari perhitungan pada hari kiamat.
NYAWA - kembali kepada yang punya hak. Adapun nyawa itu tiada berkeputusan menerima anugerah dari pada Tuhannya, karena ia limpahan dari pada ilmuNya yang qadim dengan menerima kasih sayang dari padaNya.
Adapun ma'rifat itu, ialah hal keadaannya untuk mengetahui orang yang tiada lepas dari pada berkehendak kepada rahasia.
Akhir dari ma'rifat itu ialah amal untuk menjalani sampai timbulnya kehendak itu, tiada yang lain tempatnya menjatuhkan kehendak melainkan kepada manusia.
Asal ma'rifat itu ialah akal untuk menimbulkan keyakinan bahwa ia tiada lepas dan pada berkehendak kepada rahasia.
Mula ma'rifat itu ialah iman untuk menimbulkan tasdiq, karena tasdiq itu berdiri kepada ke-esaanNya dan kebesaranNya.
HADRATUR RAHMAN -Menilik kepada hambaNya dengan sifat JAMAL -tilik keelokanNya.
HADRATUR RUBUBIYAH -Menilik kepada hambaNya dengan sifat JALAL tilik kebesaranNya.
HADRATUL-ULUHIYAH -Menilik kepada hambaNya dengan sifat KAMAL tilik kesempurnaanNya. Orang yang tiada sampai kepada sebenar benar pengenal maka ditilik dengan sifat KAHHAR artinya tilik kekerasan.
Musyahadah : bermesralah ujudNya kepada zatNya seperti mesranya cahaya dengan matahari. Pujinya Hu -Allah.
Sakaratul Maut : Keluarlah Rohani meninggalkan jasmani dengan pujinya Allah -Hu.
Tinggallah nyawa memuji TuhanNya dengan pujinya Ah -Ah.
Kembalilah nyawa dengan pujinya
LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH,
tiada dengan huruf tiada dengan suara.
La hurufin wala sautin.
*Pesan guru ku...
Sebelum kau akan merasai mati, bukalah dahulu Al-Qur'an....Al-Qur'an yang kau dapatkannya itu mestilah al-Qur'an sejati lagi haqiqi, bukanlah sepertimana yang terdapat di toko-toko yang menjualnya berbentuk perhiasan atau kitab. haruslah kau membaca al-Qur'an itu sehinggalah kau dapat mengkhatamkan seluruh bacaannya.. usahlah baca separuh-separuhan lalu kau tinggalkannya begitu saja. setelah kau mengkhatamkan (menamatkan) bacaan al-Quran, hendaklah kau pergi pula menunaikan haji dan umrah dalam perjalanannya yang tak sampai sehari semalam, meskipun jarak tempatmu amat jauh antara Mekah dan Madinah. setelah kau berhaji dan berumrah, hendaklah kau menemui junjungan besar Rasulullah saw, memohon syafaatnya dan kepada sekalian para Nabi dan Rasul agar kau juga diberikan syafaat oleh mereka, dan juga kepada para sahabat Nabi saw berserta ahli keluarganya, dan juga hendaklah kau mendekati kaum muslimin agar kau memperolehi pembelaan dari mereka di hari perhitungan yaumil masyhar nanti.
- tidur itu adalah mati.
- Surah Al-Fateha adalah induk al-Quran atau ummul kitab. makna fateha adalah pembukaan - pembuka bagi segala hijab. Bacalah al-fateha untuk diri mu sebanyak 21X sebelum kau tidur.
-membaca 3 kali Surah Al-Ikhlas adalah sama mengkhattamkan bacaan seluruh al-Qur'an.
- membaca zikir "Subhanallahu Walhamdulillahi Walaailaha illallahu Wallahu Akbar" (tak termasuk bacaan haqalah) adalah sama menunaikan haji dan umrah yang sunnat.
- bersalawat kepada Nabi saw - akan menemui Rasulullah saw dan mendapat syafa'at baginda di dunia dan akhirat. Bacalah sebanyak 9X
- begitu juga jika ditambah salawat kepada sekalian para Nabi dan Rasul dan para mukmin dan mukminat "Wal anbiya'i walmursalin wali jami'il muqmini wal muqminat" akan mendapat syafaat dari para Nabi dan Rasul, dan juga mendapat pembelaan daripada orang-orang mukmin yang soleh di hari perhimpunan yang akan menghisab amalan manusia.
- begitu juga jika ditambah dengan salawat kepada ahli keluarga Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabat baginda saw "wa'alaa alihi wasohbihi ajma'in" - semoga akan berada dekat sisi mereka yang tinggi darjatnya di sisi Allah.
Pesan guru ku lagi....
"Untuk apa mencari tempat yang jauh-jauh dan terpencil dari kebisingan orang ramai seperti mencari sebuah gua untuk bersuluk, sedangkan di dalam diri kamu itu sendiri telah adanya juga Gua Hira sama sebagaimana gua yang pernah dihuni oleh Muhammad Rasulullah dahulunya?"
"Untuk apa sampai menunggu waktu tengah malam kerana hendak bertahajjud, sedangkan kamu bila-bila saja boleh bertahajjud sesudah memasuki dalam diri kamu itu tanpa ikatan siang ataupun malam?"
"Untuk apa pergi jauh sampai ke Kota Madinah untuk menziarahi Masjid Nabawi dan Maqam Rasulullah, sedangkan Rasulullah itu senantiasa boleh kamu menziarahinya di dalam diri kamu itu sendiri?"
Kedua: Apabila dari mata kita keluar cahaya yang putih, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kemudian berubah menjadi seorang Insan yang berpakaian amat indah menghadap kepada kita. Apabila jelas tanda ini datang dari pada kita, maka segeralah ucapkan ALLAH HAKKUL HAK Tanda ini Allah menyatakan bahwa umur kita tinggal 7 hari lagi.
Ketiga : Apabila telah keluar dari mulut kita suatu cahaya yang sangat bersinar, kemudian cahaya itu berdiri dihadapan kita, kcmudian berubah menjadi ujud kita atau serupa dengan kita, dan bersamaan dengan itu tercium bau yang sangat harum. Jikalau tanda ini jelas datangnya dari diri kita maka ucapkanlah :
ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN.
Tanda ini Allah memberitahukan bahwa umur kita tinggal 3 hari lagi. Maka beramanatlah kita kepada sanak saudara dan jangan lagi kita lalai dari amalan-amalan yang sering kita lakukan.
Keempat: Apabila sudah sampai kepada yang terakhir, maka berjagalah kita dan jangan lalai dengan. dzikir nafas yang keluar masuk, sambil menunggu tanda yang terakhir.
Manakala telinga kita berdengung yang sangat panjang, kemudian mata kita berubah menjadi kabur-kabur, kemudian penglihatan kita menjadi gelap semata-mata dan di dalam kegelapan itu terpandang kita suatu titik cahaya, kemudian berubah pula penglihatan kita menjadi terang benderang penuh semesta alam, maka tenangkanlah hati kita dan berdzikirlah karena kita sedang berhadapan dengan NUR ALLAH. Terakhir pendengaran kita mendengung lagi dan mata kita rasa mengantuk, kemudian tangan kita kita angkat seperti orang yang Takbir seraya mengucapkan
ALLAHU AKBAR atau LA ILAHA ILLA ALLAH.
*SAKARATUL MAUT*
JASMANI - kembali kepada bumi, karena menerima himpitan daripada bumi itu. Hanya Rasulullah yang terlepas daripada hisab himpitan itu, sekalipun anak anak.
ROHANI - kembali kepada Nur Muhammad, karena menanti hari perhitungan pada hari kiamat.
NYAWA - kembali kepada yang punya hak. Adapun nyawa itu tiada berkeputusan menerima anugerah dari pada Tuhannya, karena ia limpahan dari pada ilmuNya yang qadim dengan menerima kasih sayang dari padaNya.
Adapun ma'rifat itu, ialah hal keadaannya untuk mengetahui orang yang tiada lepas dari pada berkehendak kepada rahasia.
Akhir dari ma'rifat itu ialah amal untuk menjalani sampai timbulnya kehendak itu, tiada yang lain tempatnya menjatuhkan kehendak melainkan kepada manusia.
Asal ma'rifat itu ialah akal untuk menimbulkan keyakinan bahwa ia tiada lepas dan pada berkehendak kepada rahasia.
Mula ma'rifat itu ialah iman untuk menimbulkan tasdiq, karena tasdiq itu berdiri kepada ke-esaanNya dan kebesaranNya.
HADRATUR RAHMAN -Menilik kepada hambaNya dengan sifat JAMAL -tilik keelokanNya.
HADRATUR RUBUBIYAH -Menilik kepada hambaNya dengan sifat JALAL tilik kebesaranNya.
HADRATUL-ULUHIYAH -Menilik kepada hambaNya dengan sifat KAMAL tilik kesempurnaanNya. Orang yang tiada sampai kepada sebenar benar pengenal maka ditilik dengan sifat KAHHAR artinya tilik kekerasan.
Musyahadah : bermesralah ujudNya kepada zatNya seperti mesranya cahaya dengan matahari. Pujinya Hu -Allah.
Sakaratul Maut : Keluarlah Rohani meninggalkan jasmani dengan pujinya Allah -Hu.
Tinggallah nyawa memuji TuhanNya dengan pujinya Ah -Ah.
Kembalilah nyawa dengan pujinya
LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH,
tiada dengan huruf tiada dengan suara.
La hurufin wala sautin.
*Pesan guru ku...
Sebelum kau akan merasai mati, bukalah dahulu Al-Qur'an....Al-Qur'an yang kau dapatkannya itu mestilah al-Qur'an sejati lagi haqiqi, bukanlah sepertimana yang terdapat di toko-toko yang menjualnya berbentuk perhiasan atau kitab. haruslah kau membaca al-Qur'an itu sehinggalah kau dapat mengkhatamkan seluruh bacaannya.. usahlah baca separuh-separuhan lalu kau tinggalkannya begitu saja. setelah kau mengkhatamkan (menamatkan) bacaan al-Quran, hendaklah kau pergi pula menunaikan haji dan umrah dalam perjalanannya yang tak sampai sehari semalam, meskipun jarak tempatmu amat jauh antara Mekah dan Madinah. setelah kau berhaji dan berumrah, hendaklah kau menemui junjungan besar Rasulullah saw, memohon syafaatnya dan kepada sekalian para Nabi dan Rasul agar kau juga diberikan syafaat oleh mereka, dan juga kepada para sahabat Nabi saw berserta ahli keluarganya, dan juga hendaklah kau mendekati kaum muslimin agar kau memperolehi pembelaan dari mereka di hari perhitungan yaumil masyhar nanti.
- tidur itu adalah mati.
- Surah Al-Fateha adalah induk al-Quran atau ummul kitab. makna fateha adalah pembukaan - pembuka bagi segala hijab. Bacalah al-fateha untuk diri mu sebanyak 21X sebelum kau tidur.
-membaca 3 kali Surah Al-Ikhlas adalah sama mengkhattamkan bacaan seluruh al-Qur'an.
- membaca zikir "Subhanallahu Walhamdulillahi Walaailaha illallahu Wallahu Akbar" (tak termasuk bacaan haqalah) adalah sama menunaikan haji dan umrah yang sunnat.
- bersalawat kepada Nabi saw - akan menemui Rasulullah saw dan mendapat syafa'at baginda di dunia dan akhirat. Bacalah sebanyak 9X
- begitu juga jika ditambah salawat kepada sekalian para Nabi dan Rasul dan para mukmin dan mukminat "Wal anbiya'i walmursalin wali jami'il muqmini wal muqminat" akan mendapat syafaat dari para Nabi dan Rasul, dan juga mendapat pembelaan daripada orang-orang mukmin yang soleh di hari perhimpunan yang akan menghisab amalan manusia.
- begitu juga jika ditambah dengan salawat kepada ahli keluarga Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabat baginda saw "wa'alaa alihi wasohbihi ajma'in" - semoga akan berada dekat sisi mereka yang tinggi darjatnya di sisi Allah.
Pesan guru ku lagi....
"Untuk apa mencari tempat yang jauh-jauh dan terpencil dari kebisingan orang ramai seperti mencari sebuah gua untuk bersuluk, sedangkan di dalam diri kamu itu sendiri telah adanya juga Gua Hira sama sebagaimana gua yang pernah dihuni oleh Muhammad Rasulullah dahulunya?"
"Untuk apa sampai menunggu waktu tengah malam kerana hendak bertahajjud, sedangkan kamu bila-bila saja boleh bertahajjud sesudah memasuki dalam diri kamu itu tanpa ikatan siang ataupun malam?"
"Untuk apa pergi jauh sampai ke Kota Madinah untuk menziarahi Masjid Nabawi dan Maqam Rasulullah, sedangkan Rasulullah itu senantiasa boleh kamu menziarahinya di dalam diri kamu itu sendiri?"
1. LATIFATUL QOLBI > Lelembut Hati.
Tajalli = Awas serta Jelas yg dimuroqobah didalam Latifatul Qolbi
- Ilmu
- Akal
- Ma'rifat
- Iman
yg dimuroqobah dlm Latifatul Qolbi itu Ilmu Akal bimakna Yaqin Ma'rifat dngn Iman,
ini semua Asrorurrububiyah,
Rahasia ketuhanan yg dimuroqobah didlm Latifatul Qolbi.
2. LATIFATUL RUHI = Lelembut Ruh.
Tajalli 2 prkara :
Af'alullah dn Wahdaniyat Dzat Allah yaitu :
- Hayatullah
- Qudrotullah
- Irodatullah
- 'Ilmulloh
3. LATIFATUL SIRRI = Lelembut Rasa.
Tajalli 4 prkara :
- Sirrul Asy.yai
- Sirrul Insan
- Sirrullah
- Aqrobiyatu Dzattullah.
4. LATIFATUL KHOFI = Lelembut yang samar.
Tajalli 3 perkara :
- Kamalati Dzattullah Fii Dairotul Jasadi
- Kamalati Dzattullah Fii Dairotil Mukawwanat
- Sifat Istigna
5. LATIFATUL AKHFA = Lelembut yg lebih samar.
Tajalli 3 perkara :
- Asrorurrububiyah
- Nurullah
- Hadzorotullah Azzawajalla
6. LATIFATUN NAFSI = Lelembut Nafsu.
Tajalli 2 perkara :
- Sifat Keabadian
- Sifat Kesyaitonan
Latifatun Nafsi diantaranya akan Muncul :
Niat, Seja, Keinginan, ketdk Inginan, yg disukai, Mahabbah, Tafakur, Ta'amul, Tadabbur, Kufur, Lupa, Bodoh, dn smua ini Makhluk Allah smuanya diciptakan Oleh Allah,
diadakan Oleh Allah didalam badan kita dn semuanya Mahluk ini Sifat2 Nafsunya ada 199, ini kinayah kpd Bnyaknya Sifat dn Kinayah kpd banyaknya Laku Lampahnya didlm Latifatun Nafsi.
7. LATIFATUL QOLAB = Lelembut Badan
Tajalli 2 perkara :
- Tajalli Kamalati Dzattullah Fii Dzatil Mukawwanak
- Tajalli Wahdaniyat Fii Dairotil Mukawwanat.
Tajalli = Awas serta Jelas yg dimuroqobah didalam Latifatul Qolbi
- Ilmu
- Akal
- Ma'rifat
- Iman
yg dimuroqobah dlm Latifatul Qolbi itu Ilmu Akal bimakna Yaqin Ma'rifat dngn Iman,
ini semua Asrorurrububiyah,
Rahasia ketuhanan yg dimuroqobah didlm Latifatul Qolbi.
2. LATIFATUL RUHI = Lelembut Ruh.
Tajalli 2 prkara :
Af'alullah dn Wahdaniyat Dzat Allah yaitu :
- Hayatullah
- Qudrotullah
- Irodatullah
- 'Ilmulloh
3. LATIFATUL SIRRI = Lelembut Rasa.
Tajalli 4 prkara :
- Sirrul Asy.yai
- Sirrul Insan
- Sirrullah
- Aqrobiyatu Dzattullah.
4. LATIFATUL KHOFI = Lelembut yang samar.
Tajalli 3 perkara :
- Kamalati Dzattullah Fii Dairotul Jasadi
- Kamalati Dzattullah Fii Dairotil Mukawwanat
- Sifat Istigna
5. LATIFATUL AKHFA = Lelembut yg lebih samar.
Tajalli 3 perkara :
- Asrorurrububiyah
- Nurullah
- Hadzorotullah Azzawajalla
6. LATIFATUN NAFSI = Lelembut Nafsu.
Tajalli 2 perkara :
- Sifat Keabadian
- Sifat Kesyaitonan
Latifatun Nafsi diantaranya akan Muncul :
Niat, Seja, Keinginan, ketdk Inginan, yg disukai, Mahabbah, Tafakur, Ta'amul, Tadabbur, Kufur, Lupa, Bodoh, dn smua ini Makhluk Allah smuanya diciptakan Oleh Allah,
diadakan Oleh Allah didalam badan kita dn semuanya Mahluk ini Sifat2 Nafsunya ada 199, ini kinayah kpd Bnyaknya Sifat dn Kinayah kpd banyaknya Laku Lampahnya didlm Latifatun Nafsi.
7. LATIFATUL QOLAB = Lelembut Badan
Tajalli 2 perkara :
- Tajalli Kamalati Dzattullah Fii Dzatil Mukawwanak
- Tajalli Wahdaniyat Fii Dairotil Mukawwanat.
Kembalinya Wajah Peradaban Islam di Aceh
Oleh Teuku Zulkhairi
Sepuluh tahun pasca perdamaian Aceh – Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), rakyat Aceh kini telah berada di jalur yang tepat dalam mengembalikan kembali peradaban Islam yang pernah berjaya.
Buktinya, di samping proses penerapan syari’at Islam yang kini telah masuk dalam berbagai sendi hidupan dan menunjukkan keberhasilan secara menggembirakan, kini sudah cukup banyak komponen masyarakat Aceh yang bergerak membangun kembali tradisi “berlomba-lomba dalam kebaikan” yang pernah hilang.
Majelis-majelis ilmu di luar institusi pendidikan resmi kini muncul bak cendawa di musim hujan.
Prestasi-prestasi anak Aceh pun kian mendunia.
Bahkan, seruan-seruan untuk kembali dalam sistem Islam dalam berbagai tatanan kehidupan kian bergema setiap saat.
Dari bidang ekonomi, pelayanan publik, sosial budaya dan pariwisata, pendidikan, kesehatan, hingga ke berbagai persoalan prinsipil lainnya.
Seruan-seruan ini memang belum memberikan hasil maksimal seperti diharapkan, namun harus diakui bahwa sedikit demi sedikit nilai-nilai Islam telah semakin menguat dalam berbagai sisi kehidupan masyarakat Aceh sebagai bukti bahwa seruan menuju kehidupan Islam akan senantiasa membuahkan hasil meskipun secara bertahap.
Sudah sangat jauh lebih baik jika kita membandingkan Aceh kini dengan Aceh masa lalu di era konflik berkepanjangan yang merusak segala sendi dan fondasi peradaban bangsa Aceh.
Syariat Islam maju secara bertahap
Dalam bidang ekonomi setelah melewati berbagai tantangan, akhirnya pemerintah Aceh sepakat untuk mengubah Bank Aceh Aceh yang konvensional menjadi Bank Aceh Syari’ah. Sebagai pemegang saham mayoritas Bank Aceh, pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf akhirnya sepakat untuk konversi bank Aceh menjadi bank Syari’ah.
“Alhamdulillah, semua mendukung perubahan sistem Bank Aceh dari bentuk konvensional dikonversikan menjadi sistem syariah,” kata Zaini Abdullah seperti dilansir kantor berita Antara.com, (25 Mei 2015).
Kita patut gembira atas keputusan ini menngingat pelaksanaan ekonomi Islam yang non ribawi merupakan visi besar dari ajaran Islam.
Apalagi, dalam pandangan Islam, terdapat dosa yang sangat besar atas setiap praktek ekonomi ribawi.
Dalam bidang pendidikan, Qanun Pendidikan Aceh hasil revisi pun kini secara jelas memuat visi pendidikan kurikulum Islami meskpun dalam implementasinya para stakeholder masih ‘meraba-meraba’ teknis mewujudkan pendidikan Islami di Aceh.
Tentu kita berharap pendidikan Islami di Aceh mampu diwujudkan meskipun agaknya membutuhkan waktu lama dalam mewujudkannya.
Proses menuju pendidikan Islam telah dimulai secara regulatif.
Sementara itu, dalam bidang pariwisata, data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi Aceh meningkat.
Yang menarik, kedatangan wisatawan salah satunya adalah pelaksanaan syari’at Islam. Menurut kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto, hingga bulan September 2014 telah mencapai angka 18.633 orang atau mengalami peningkatan hingga 94,26 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013 yang lalu.
Hermanto menjelaskan sejumlah alasan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke provinsi Aceh salah satunya adalah pelaksanaan syariat Islam.
Menurutnya banyak masyarakat internasional yang tertarik dengan berita pelaksanaan syariat Islam di Aceh.
“Jadi pelaksanaan syariat Islam ini membuat orang penasaran ingin melihat seperti apa, jadi tidak benar kalau ada yang bilang syariat Islam menghambat wisatawan datang ke Aceh, disamping juga terkait dengan kondisi keamanan Aceh yang semakin baik, dan berita tentang Aceh di luar sana tidak lagi negative, ” kata Hermanto sebagaimana dilansir hidayatullah.com, (17 Dsember 2014).
Sementara dalam bidang kesehatan, sedikit demi sedikit pelayanan sudah mulai dilakukan secara Islami, meskipun upaya ini nampaknya sedikit terlambat.
Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) kini adalah salah satu contoh RSU yang terus mencoba melakukan inovasi dan memberikan pelayanan Islami kepada pasien. Di banding dulu, kini RSUZA sudah jauh lebih baik.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) kini telah memiliki dokter-dokter khusus yang melayani pasien yang menderita penyakit apapun secara cepat.
Ruang farmasi pun telah tersedia di ruang IGD sehingga memudahkan keluarga pasien gawat darurat untuk memperoleh obat secepat mungkin.
Bahkan, di RSUZA kini juga juga sudah ada rohaniwan-rohaniwan (Ustaz) yang senantiasa muncul untuk memotivasi para pasien dengan nasehat-nasehat agama.
Kita berharap agar inovasi RSUZA ini ke depan bisa ‘menular’ ke RSU lainnya di berbagai kabupaten/kota di Aceh. Tentu ini tidak mustahil.
Tahun lalu, menuju keperawatan yang Islami, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) berserta tim dosen Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) bekerja sama dengan Rumah Sakit Zainoel Abidin menggelar seminar tentang keperawatan berbasis Islami, di Gedung Auditorium RSUZA, (Serambi Indonesia, 31 Oktober 2014).
Ini sebagai pertanda bahwa upaya-upaya menuju kehidupan Islam dalam berbagai tatanan kehidupan masyarakat Aceh terus bergerak maju di semua lini.
Lebih dari itu, merespon sisi keberhasilan penerapan syari’at Islam di Aceh dewasa ini, Guru besar UIN Ar-Raniry, Prof Dr M. Hasbi Amiruddin menyebut beberapa indikator capaian keberhasilan penerapan syari’at Islam di Aceh hasil dari penelitian akhir-akhir ini (Suara Darussalam: 2013).
Di antara sisi positif pasca penerapan syari’at Islam, menurut beliau, kini pelacuran sudah berkurang atau tidak dilakukan secara terang-terangan.
Padahal dulu pelacur muncul dimana-mana.
Kini tidak ada lagi penjualan dan minum-minuman keras secara terang-terangan, padahal dulu kita begitu menjumpai warung-warung yang menjual minuman keras secara transparan.
Begitu mudah kita temukan orang yang mabuk-mabukan.
Kini sudah tinggi kesadaran kaum perempuan untuk memakai jelbab, padahal dulu tidak.
Bahkan, kini tidak ada lagi perjudian secara terang-terangan, sementara dulu banyak warung yang menyediakan tempat berjudi, apalagi semacam judi buntut yang melibatkan hampir semua strata masyarakat.
Demikianlah sekilas geliat masyarakat Aceh dan upaya pemerintahnya dalam mewujudkan kehidupan Islam di bumi endatu warisan para aulia.
Tentu, wajah Aceh seperti ini sangat berbeda dengan wajah Aceh di masa konflik.
Bergeliatnya Majelis Ilmu
Sepuluh tahun pasca perdamaian, di berbagai belahan bumi Aceh kini telah hadir majelis-majelis ilmu yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas masyarakat Aceh.
Ada sekumpulan pengusaha yang tergabung dalam Indonesia Islamic Bussines Forum (IIBF) Aceh secara rutin mengadakan pengajian dengan bahasan seputar ekonomi Islam dan konsepsi Islam dalam membangun pasar dan bisnis.
Mereka terlihat konsen terus memperjuangkan ekonomi Syari’ah sesuai harapan Islam dan kaum Muslimin, khususnya dalam perkara perdagangan.
Bahkan, terakhir mereka mulai eksis mengkampanyekan kepada masyarakat Aceh untuk membeli produk lokal di hadapan tantangan ekonomi yang menerpa dunia Islam.
Begitu juga, yang paling dahsyat adalah hadirnya komunitas wartawan yang tergabung dalam Kaukus Wartawan Peduli Syari’at Islam (KWPSI) yang selenggarakan pengajian Islam setiap pekan dengan berbagai tema aktual sehingga dengan demikian mereka telah mengambil satu posisi penting dalam agenda besar menuju kebangkitan peradaban Islam di Aceh.
Intensitas keikutsertaan para wartawan dalam pengajian-pengajian seperti ini pada akhirnya turut mempengaruhi hadirnya berita-berita yang mendukung visi syari’at Islam di Aceh sejak beberapa tahun belakangan ini.
Banyak media di Aceh yang akhir-akhir ini kian semangat dalam memberikan porsi maksimal untuk berita yang memiliki muatan syi’ar Islam.
Bahkan, radio-radio yang membawa misi dakwah dan syi’ar Islam kini juga terus bermunculan.
Dari radio ‘Seulaweut’ yang si gelombangnya menjangkau Banda Aceh dan Aceh Besar, Radio Yadara di Jeunieb yang mampu menjangkau kawasan Bireuen dan Pidie, hingga Radio Bujang Salim di Lhokseumawe yang mampu menjangkau Aceh Utara dan sekitarnya.
Selain itu, juga ada pengajian-pengajian yang diisi para ulama seperti pengajian Tauhid, Tasawuf dan Fikih (Tastafi) Abu Mudi (Tgk. Hasanoel Basry) di berbagai wilayah yang dihadiri ribuan jamaah.
Pengajian ‘Asy-Syifa’ yang diasuh Tgk Abubakar Usman (Abon Buni) di berbagai tempat yang meskipun kini telah berlangsung selama 13 tahun namun jama’ahnya tetap selalu tumpah ruah pada setiap kali pengajian diselenggarakan.
Bahkan fantastisnya, bukan hanya jamaah tidak berkurang, namun yang sangat menggembirakan dalam penelusuran penulis saat pengajian diselenggarakan di Kecamatan Matangkuli Aceh Utara, ternyata jamaahnya justru semakin bertambah.
Begitu juga pengajian ‘Tauhid Tasawuf’ Abu Amran Waly di Pantai Barat Selatan yang tidak pernah henti diselenggarakan dan dengan jamaah yang selalu membludak serta berasal dari berbagai negara.
Bukankah menggeliatnya majelis ilmu merupakan pra-syarat utama kembalinya peradaban Islam dalam kehidupan suatu masyarakat Muslim?
Dan tentu saja, di samping yang penulis sebutkan di atas, juga cukup banyak majelis-majelis ilmu lainnya yang semakin bergeliat pasca 10 tahun damai Aceh. Sesuatu yang tidak mungkin dicapai dalam kondisi Aceh yang didera konflik.
Geliat Majelis Zikir dan Shubuh Berjamaah
Bahkan, sepuluh tahun pasca damai, kini kita juga bisa menyaksikan munculnya berbagai Majelis Zikir meskipun tidak di seluruh wilayah di Aceh.
Berbagai majelis Zikir ini dihadiri ribuan jama’ah setiap kali diselenggarakan.
Majelis-majelis Zikir ini, senantiasa konsen menyeru umat untuk berzikir dan memenuhi mesjid-mesjid dan tempat-tempat dipelajarinya ilmu.
Mengingat peranan Zikir sebagai media untuk “berkomunikasi” dengan Allah Swt,
dimana Allah menjanjikan dengan berzikir hati menjadi tenang,
maka bukankah hati-hati yang tenang ini akan sangat bisa mempengaruhi struktur sosial masyarakat Aceh menuju kehidupan Islam,
bahkan juga dalam menyambut seruan kebangkitan peradaban Islam?
Dan yang lebih dahsyat adalah program ‘Subuh Keliling’ disingkat dengan ‘Suling’ yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas masyarakat Aceh terus konsen berjuang untuk memperbanyak jamaah shalat Shubuh di Mesjid.
Hasilnya pun praktis terasa dengan semakin membludaknya jamaah shalat shubuh dewasa ini. Bahkan, fenomena yang paling spektakuler, jamaah shalat Tahajjud di bulan Ramadhan kini hampir mencapai jumlah jamaah Shalat Jum’at, sepeti terlihat di Mesjid Al-Makmur Lamprit.
Meskipun tidak semua mesjid selenggarakan, namun ini adalah bukti bahwa masyarakat Aceh telah kembali dalam jalur kehidupan Islam.
Bukankah membludaknya jamaah Shalat Shubuh dan apalagi Shalat Tahajjud,
adalah pra-syarat kembalinya kekuatan umat Islam dalam menuju kebangkitan sebagaimana disinggung dalam ayat-ayat Allah Swt hadis-hadis Nabi Muhammad Saw?
Bahkan, banyak ayat-ayat dalam Alquran yang menyebut bahwa Shalat Tahajjud merupakan kriteria ketakwaan umat Islam dimana takwa itu sendiri merupakan pilar utama ‘bangunan ‘peradaban Islam.
Mengharumnya nama Aceh
Puncaknya, aksi sosial masyarakat Aceh yang berkali-kali membantu pengungsi Rohingya yang sebelumnya diterlantarkan berbagai negara di Asia Tenggara telah ikut mengharumkan Aceh dalam pentas peradaban dunia.
Apresiasi untuk Aceh yang telah membantu Rohingya ini antara lain datang dari badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana dikutip republika.co.id, (19 Mei 2015).
Mantan Presiden RI, SBY juga mengaku terharu dengan respon masyarakat Aceh terhadap Rohingya.
Sesungguhnya ini merupakan bukti kecil untuk membenarkan penilaian harumnya nama Aceh di pentas dunia.
Aksi sosial masyarakat Aceh ini sebagai pembuktian bahwa keislaman masyarakat Aceh juga tentu saja mengandung misi sosial dan kemanusiaan universal.
Dan hal ini, adalah lombatan besar masyarakat Aceh dalam mengembalikan peradaban Islam di Aceh.
Dan yang sungguh fantastis dan menggembirkan, hampir tidak ada media massa di Aceh yang kontra dengan sikap masyarakat Aceh yang bantu Rohingya.
Perkembangan lainnya, ketika Musyawarah Besar (Mubes) Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) diselenggarakan tahun 2013 yang lalu, para ulama dari kawasan Aceh Tenggara yang diundang dalam serangkaian kegiatan HUDA menyebut Aceh sangat pantas memimpin kebangkitan ulama Melayu karena berbagai faktor dan landasan historis,
seperti posisi Aceh sebagai pintu masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara.
Bahkan, ketika awal 2015 yang lalu ulama-ulama Aceh melakukan kunjungan balasan ke Thailand dan Malaysia, menurut informasi dari sekjend HUDA, Tgk Bulqaini Tanjungan yang disampaikan kepada penulis seusai tiba di Aceh, ulama di kedua Negara tersebut juga kembali meminta Aceh memimpin kebangkitan umat Islam di Asia Tenggara.
Bahkan, salah satu ulama Aceh saat berkunjung ke Malaysia diminta menyampaikan Tausyiah di hadapan para pembesar kerajaan di Kelantan.
Oleh sebab itu, maka pantaslah jika kini kita menyebut masyarakat Aceh sebagai ‘aktor’ penting dalam membangun fondasi peradaban di kawasan Melayu.
Setidaknya ini merupakan perkembangan siginifikan jika dibandingkan dengan nihilnya kiprah Aceh di kawasan Melayu di masa konflik.
Keyakinan kita ini tentu sangat berasalasan mengingat landasan sejarah.
Sampai saat ini, para pakar sejarah Melayu-Islam masih sepakat menunjukkan Aceh
sebagai tanah leluhur Melayu Islam kawasan Asia Tenggara.
Ditambah dengan dukungan pemerintah meskipun tidak secara ekstra,
gerakan masyarakat Aceh menuju kehidupan Islam nampaknya akan terus melaju dan sulit dibendung.
Kesadaran historis pernah menjadi bangsa besar di masa lalu menjadi alasan paling fundamental yang senantiasa mendorong masyarakat Aceh dan kaum intelektualnya untuk terus bekerja dalam skala peradaban demi membangun masyarakat Aceh yang Islami.
Apalagi, perkembangan teknologi informasi
telah membuat Aceh semakin mudah menyaksikan geliat peradaban lain di dunia
yang berbeda sehingga pada akhirnya tidak sedikit kaum muda Aceh yang sadar
akan masa lalunya sehingga mereka semakin menghadirkan kerinduan akan kembalinya peradaban masa lalu Aceh yang dibangun dengan nilai-nilai Islam.
Penutup
Perdamaian yang dirasakan masyarakat telah memungkinkan diselenggarakannya berbagai agenda pembangunan khususnya dalam rangka mengeluarkan masyarakat dari kebodohan, himpitan kemiskinan dan kenestapaan menuju kehidupan berperadaban, sesuatu yang sama sekali tidak mungkin dilakukan dalam kondisi Aceh yang didera konflik.
Di hadapan segudang lompatan-lompatan Aceh menuju kehidupan Islam dan kembalinya peradaban mulia ini, harapan terbesar kita adalah lestarinya perdamaian Aceh sehingga ke depan lompatan-lompatan Aceh akan semakin meningkat secara bertahap.
Di balik itu, kita berharap seluruh elit politik Aceh dan jajaran birokrasi mampu mengisi era perdamaian ini dengan agenda-agenda pembangunan yang lebih substansial sesuai hajat hidup masyarakat Aceh.
Begitu juga bagi masyarakat Aceh, selain geliat-geliat peradaban yang dilakukan, masyarakat kita harapkan terus mengawasi agenda Aceh untuk kembali dalam kehidupan Islam di berbagai tatanan kehidupan. Wallahu a’lam bishshwab.
Note:
Tulisan ini memenangkan juara lomba menulis 10 Tahun Perdamaian Aceh yang diselenggarakan PWI Aceh- Sekolah Jurnalisme Indonesia. Link: http://fokusaceh.com/index.php/2015/08/25/juara-iv-lomba-karya-tulis-10-tahun-damai-aceh-sji-pwi-aceh/
Sepuluh tahun pasca perdamaian Aceh – Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), rakyat Aceh kini telah berada di jalur yang tepat dalam mengembalikan kembali peradaban Islam yang pernah berjaya.
Buktinya, di samping proses penerapan syari’at Islam yang kini telah masuk dalam berbagai sendi hidupan dan menunjukkan keberhasilan secara menggembirakan, kini sudah cukup banyak komponen masyarakat Aceh yang bergerak membangun kembali tradisi “berlomba-lomba dalam kebaikan” yang pernah hilang.
Majelis-majelis ilmu di luar institusi pendidikan resmi kini muncul bak cendawa di musim hujan.
Prestasi-prestasi anak Aceh pun kian mendunia.
Bahkan, seruan-seruan untuk kembali dalam sistem Islam dalam berbagai tatanan kehidupan kian bergema setiap saat.
Dari bidang ekonomi, pelayanan publik, sosial budaya dan pariwisata, pendidikan, kesehatan, hingga ke berbagai persoalan prinsipil lainnya.
Seruan-seruan ini memang belum memberikan hasil maksimal seperti diharapkan, namun harus diakui bahwa sedikit demi sedikit nilai-nilai Islam telah semakin menguat dalam berbagai sisi kehidupan masyarakat Aceh sebagai bukti bahwa seruan menuju kehidupan Islam akan senantiasa membuahkan hasil meskipun secara bertahap.
Sudah sangat jauh lebih baik jika kita membandingkan Aceh kini dengan Aceh masa lalu di era konflik berkepanjangan yang merusak segala sendi dan fondasi peradaban bangsa Aceh.
Syariat Islam maju secara bertahap
Dalam bidang ekonomi setelah melewati berbagai tantangan, akhirnya pemerintah Aceh sepakat untuk mengubah Bank Aceh Aceh yang konvensional menjadi Bank Aceh Syari’ah. Sebagai pemegang saham mayoritas Bank Aceh, pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah-Muzakkir Manaf akhirnya sepakat untuk konversi bank Aceh menjadi bank Syari’ah.
“Alhamdulillah, semua mendukung perubahan sistem Bank Aceh dari bentuk konvensional dikonversikan menjadi sistem syariah,” kata Zaini Abdullah seperti dilansir kantor berita Antara.com, (25 Mei 2015).
Kita patut gembira atas keputusan ini menngingat pelaksanaan ekonomi Islam yang non ribawi merupakan visi besar dari ajaran Islam.
Apalagi, dalam pandangan Islam, terdapat dosa yang sangat besar atas setiap praktek ekonomi ribawi.
Dalam bidang pendidikan, Qanun Pendidikan Aceh hasil revisi pun kini secara jelas memuat visi pendidikan kurikulum Islami meskpun dalam implementasinya para stakeholder masih ‘meraba-meraba’ teknis mewujudkan pendidikan Islami di Aceh.
Tentu kita berharap pendidikan Islami di Aceh mampu diwujudkan meskipun agaknya membutuhkan waktu lama dalam mewujudkannya.
Proses menuju pendidikan Islam telah dimulai secara regulatif.
Sementara itu, dalam bidang pariwisata, data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara ke provinsi Aceh meningkat.
Yang menarik, kedatangan wisatawan salah satunya adalah pelaksanaan syari’at Islam. Menurut kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto, hingga bulan September 2014 telah mencapai angka 18.633 orang atau mengalami peningkatan hingga 94,26 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013 yang lalu.
Hermanto menjelaskan sejumlah alasan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke provinsi Aceh salah satunya adalah pelaksanaan syariat Islam.
Menurutnya banyak masyarakat internasional yang tertarik dengan berita pelaksanaan syariat Islam di Aceh.
“Jadi pelaksanaan syariat Islam ini membuat orang penasaran ingin melihat seperti apa, jadi tidak benar kalau ada yang bilang syariat Islam menghambat wisatawan datang ke Aceh, disamping juga terkait dengan kondisi keamanan Aceh yang semakin baik, dan berita tentang Aceh di luar sana tidak lagi negative, ” kata Hermanto sebagaimana dilansir hidayatullah.com, (17 Dsember 2014).
Sementara dalam bidang kesehatan, sedikit demi sedikit pelayanan sudah mulai dilakukan secara Islami, meskipun upaya ini nampaknya sedikit terlambat.
Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) kini adalah salah satu contoh RSU yang terus mencoba melakukan inovasi dan memberikan pelayanan Islami kepada pasien. Di banding dulu, kini RSUZA sudah jauh lebih baik.
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) kini telah memiliki dokter-dokter khusus yang melayani pasien yang menderita penyakit apapun secara cepat.
Ruang farmasi pun telah tersedia di ruang IGD sehingga memudahkan keluarga pasien gawat darurat untuk memperoleh obat secepat mungkin.
Bahkan, di RSUZA kini juga juga sudah ada rohaniwan-rohaniwan (Ustaz) yang senantiasa muncul untuk memotivasi para pasien dengan nasehat-nasehat agama.
Kita berharap agar inovasi RSUZA ini ke depan bisa ‘menular’ ke RSU lainnya di berbagai kabupaten/kota di Aceh. Tentu ini tidak mustahil.
Tahun lalu, menuju keperawatan yang Islami, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPKM) berserta tim dosen Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) bekerja sama dengan Rumah Sakit Zainoel Abidin menggelar seminar tentang keperawatan berbasis Islami, di Gedung Auditorium RSUZA, (Serambi Indonesia, 31 Oktober 2014).
Ini sebagai pertanda bahwa upaya-upaya menuju kehidupan Islam dalam berbagai tatanan kehidupan masyarakat Aceh terus bergerak maju di semua lini.
Lebih dari itu, merespon sisi keberhasilan penerapan syari’at Islam di Aceh dewasa ini, Guru besar UIN Ar-Raniry, Prof Dr M. Hasbi Amiruddin menyebut beberapa indikator capaian keberhasilan penerapan syari’at Islam di Aceh hasil dari penelitian akhir-akhir ini (Suara Darussalam: 2013).
Di antara sisi positif pasca penerapan syari’at Islam, menurut beliau, kini pelacuran sudah berkurang atau tidak dilakukan secara terang-terangan.
Padahal dulu pelacur muncul dimana-mana.
Kini tidak ada lagi penjualan dan minum-minuman keras secara terang-terangan, padahal dulu kita begitu menjumpai warung-warung yang menjual minuman keras secara transparan.
Begitu mudah kita temukan orang yang mabuk-mabukan.
Kini sudah tinggi kesadaran kaum perempuan untuk memakai jelbab, padahal dulu tidak.
Bahkan, kini tidak ada lagi perjudian secara terang-terangan, sementara dulu banyak warung yang menyediakan tempat berjudi, apalagi semacam judi buntut yang melibatkan hampir semua strata masyarakat.
Demikianlah sekilas geliat masyarakat Aceh dan upaya pemerintahnya dalam mewujudkan kehidupan Islam di bumi endatu warisan para aulia.
Tentu, wajah Aceh seperti ini sangat berbeda dengan wajah Aceh di masa konflik.
Bergeliatnya Majelis Ilmu
Sepuluh tahun pasca perdamaian, di berbagai belahan bumi Aceh kini telah hadir majelis-majelis ilmu yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas masyarakat Aceh.
Ada sekumpulan pengusaha yang tergabung dalam Indonesia Islamic Bussines Forum (IIBF) Aceh secara rutin mengadakan pengajian dengan bahasan seputar ekonomi Islam dan konsepsi Islam dalam membangun pasar dan bisnis.
Mereka terlihat konsen terus memperjuangkan ekonomi Syari’ah sesuai harapan Islam dan kaum Muslimin, khususnya dalam perkara perdagangan.
Bahkan, terakhir mereka mulai eksis mengkampanyekan kepada masyarakat Aceh untuk membeli produk lokal di hadapan tantangan ekonomi yang menerpa dunia Islam.
Begitu juga, yang paling dahsyat adalah hadirnya komunitas wartawan yang tergabung dalam Kaukus Wartawan Peduli Syari’at Islam (KWPSI) yang selenggarakan pengajian Islam setiap pekan dengan berbagai tema aktual sehingga dengan demikian mereka telah mengambil satu posisi penting dalam agenda besar menuju kebangkitan peradaban Islam di Aceh.
Intensitas keikutsertaan para wartawan dalam pengajian-pengajian seperti ini pada akhirnya turut mempengaruhi hadirnya berita-berita yang mendukung visi syari’at Islam di Aceh sejak beberapa tahun belakangan ini.
Banyak media di Aceh yang akhir-akhir ini kian semangat dalam memberikan porsi maksimal untuk berita yang memiliki muatan syi’ar Islam.
Bahkan, radio-radio yang membawa misi dakwah dan syi’ar Islam kini juga terus bermunculan.
Dari radio ‘Seulaweut’ yang si gelombangnya menjangkau Banda Aceh dan Aceh Besar, Radio Yadara di Jeunieb yang mampu menjangkau kawasan Bireuen dan Pidie, hingga Radio Bujang Salim di Lhokseumawe yang mampu menjangkau Aceh Utara dan sekitarnya.
Selain itu, juga ada pengajian-pengajian yang diisi para ulama seperti pengajian Tauhid, Tasawuf dan Fikih (Tastafi) Abu Mudi (Tgk. Hasanoel Basry) di berbagai wilayah yang dihadiri ribuan jamaah.
Pengajian ‘Asy-Syifa’ yang diasuh Tgk Abubakar Usman (Abon Buni) di berbagai tempat yang meskipun kini telah berlangsung selama 13 tahun namun jama’ahnya tetap selalu tumpah ruah pada setiap kali pengajian diselenggarakan.
Bahkan fantastisnya, bukan hanya jamaah tidak berkurang, namun yang sangat menggembirakan dalam penelusuran penulis saat pengajian diselenggarakan di Kecamatan Matangkuli Aceh Utara, ternyata jamaahnya justru semakin bertambah.
Begitu juga pengajian ‘Tauhid Tasawuf’ Abu Amran Waly di Pantai Barat Selatan yang tidak pernah henti diselenggarakan dan dengan jamaah yang selalu membludak serta berasal dari berbagai negara.
Bukankah menggeliatnya majelis ilmu merupakan pra-syarat utama kembalinya peradaban Islam dalam kehidupan suatu masyarakat Muslim?
Dan tentu saja, di samping yang penulis sebutkan di atas, juga cukup banyak majelis-majelis ilmu lainnya yang semakin bergeliat pasca 10 tahun damai Aceh. Sesuatu yang tidak mungkin dicapai dalam kondisi Aceh yang didera konflik.
Geliat Majelis Zikir dan Shubuh Berjamaah
Bahkan, sepuluh tahun pasca damai, kini kita juga bisa menyaksikan munculnya berbagai Majelis Zikir meskipun tidak di seluruh wilayah di Aceh.
Berbagai majelis Zikir ini dihadiri ribuan jama’ah setiap kali diselenggarakan.
Majelis-majelis Zikir ini, senantiasa konsen menyeru umat untuk berzikir dan memenuhi mesjid-mesjid dan tempat-tempat dipelajarinya ilmu.
Mengingat peranan Zikir sebagai media untuk “berkomunikasi” dengan Allah Swt,
dimana Allah menjanjikan dengan berzikir hati menjadi tenang,
maka bukankah hati-hati yang tenang ini akan sangat bisa mempengaruhi struktur sosial masyarakat Aceh menuju kehidupan Islam,
bahkan juga dalam menyambut seruan kebangkitan peradaban Islam?
Dan yang lebih dahsyat adalah program ‘Subuh Keliling’ disingkat dengan ‘Suling’ yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas masyarakat Aceh terus konsen berjuang untuk memperbanyak jamaah shalat Shubuh di Mesjid.
Hasilnya pun praktis terasa dengan semakin membludaknya jamaah shalat shubuh dewasa ini. Bahkan, fenomena yang paling spektakuler, jamaah shalat Tahajjud di bulan Ramadhan kini hampir mencapai jumlah jamaah Shalat Jum’at, sepeti terlihat di Mesjid Al-Makmur Lamprit.
Meskipun tidak semua mesjid selenggarakan, namun ini adalah bukti bahwa masyarakat Aceh telah kembali dalam jalur kehidupan Islam.
Bukankah membludaknya jamaah Shalat Shubuh dan apalagi Shalat Tahajjud,
adalah pra-syarat kembalinya kekuatan umat Islam dalam menuju kebangkitan sebagaimana disinggung dalam ayat-ayat Allah Swt hadis-hadis Nabi Muhammad Saw?
Bahkan, banyak ayat-ayat dalam Alquran yang menyebut bahwa Shalat Tahajjud merupakan kriteria ketakwaan umat Islam dimana takwa itu sendiri merupakan pilar utama ‘bangunan ‘peradaban Islam.
Mengharumnya nama Aceh
Puncaknya, aksi sosial masyarakat Aceh yang berkali-kali membantu pengungsi Rohingya yang sebelumnya diterlantarkan berbagai negara di Asia Tenggara telah ikut mengharumkan Aceh dalam pentas peradaban dunia.
Apresiasi untuk Aceh yang telah membantu Rohingya ini antara lain datang dari badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana dikutip republika.co.id, (19 Mei 2015).
Mantan Presiden RI, SBY juga mengaku terharu dengan respon masyarakat Aceh terhadap Rohingya.
Sesungguhnya ini merupakan bukti kecil untuk membenarkan penilaian harumnya nama Aceh di pentas dunia.
Aksi sosial masyarakat Aceh ini sebagai pembuktian bahwa keislaman masyarakat Aceh juga tentu saja mengandung misi sosial dan kemanusiaan universal.
Dan hal ini, adalah lombatan besar masyarakat Aceh dalam mengembalikan peradaban Islam di Aceh.
Dan yang sungguh fantastis dan menggembirkan, hampir tidak ada media massa di Aceh yang kontra dengan sikap masyarakat Aceh yang bantu Rohingya.
Perkembangan lainnya, ketika Musyawarah Besar (Mubes) Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) diselenggarakan tahun 2013 yang lalu, para ulama dari kawasan Aceh Tenggara yang diundang dalam serangkaian kegiatan HUDA menyebut Aceh sangat pantas memimpin kebangkitan ulama Melayu karena berbagai faktor dan landasan historis,
seperti posisi Aceh sebagai pintu masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara.
Bahkan, ketika awal 2015 yang lalu ulama-ulama Aceh melakukan kunjungan balasan ke Thailand dan Malaysia, menurut informasi dari sekjend HUDA, Tgk Bulqaini Tanjungan yang disampaikan kepada penulis seusai tiba di Aceh, ulama di kedua Negara tersebut juga kembali meminta Aceh memimpin kebangkitan umat Islam di Asia Tenggara.
Bahkan, salah satu ulama Aceh saat berkunjung ke Malaysia diminta menyampaikan Tausyiah di hadapan para pembesar kerajaan di Kelantan.
Oleh sebab itu, maka pantaslah jika kini kita menyebut masyarakat Aceh sebagai ‘aktor’ penting dalam membangun fondasi peradaban di kawasan Melayu.
Setidaknya ini merupakan perkembangan siginifikan jika dibandingkan dengan nihilnya kiprah Aceh di kawasan Melayu di masa konflik.
Keyakinan kita ini tentu sangat berasalasan mengingat landasan sejarah.
Sampai saat ini, para pakar sejarah Melayu-Islam masih sepakat menunjukkan Aceh
sebagai tanah leluhur Melayu Islam kawasan Asia Tenggara.
Ditambah dengan dukungan pemerintah meskipun tidak secara ekstra,
gerakan masyarakat Aceh menuju kehidupan Islam nampaknya akan terus melaju dan sulit dibendung.
Kesadaran historis pernah menjadi bangsa besar di masa lalu menjadi alasan paling fundamental yang senantiasa mendorong masyarakat Aceh dan kaum intelektualnya untuk terus bekerja dalam skala peradaban demi membangun masyarakat Aceh yang Islami.
Apalagi, perkembangan teknologi informasi
telah membuat Aceh semakin mudah menyaksikan geliat peradaban lain di dunia
yang berbeda sehingga pada akhirnya tidak sedikit kaum muda Aceh yang sadar
akan masa lalunya sehingga mereka semakin menghadirkan kerinduan akan kembalinya peradaban masa lalu Aceh yang dibangun dengan nilai-nilai Islam.
Penutup
Perdamaian yang dirasakan masyarakat telah memungkinkan diselenggarakannya berbagai agenda pembangunan khususnya dalam rangka mengeluarkan masyarakat dari kebodohan, himpitan kemiskinan dan kenestapaan menuju kehidupan berperadaban, sesuatu yang sama sekali tidak mungkin dilakukan dalam kondisi Aceh yang didera konflik.
Di hadapan segudang lompatan-lompatan Aceh menuju kehidupan Islam dan kembalinya peradaban mulia ini, harapan terbesar kita adalah lestarinya perdamaian Aceh sehingga ke depan lompatan-lompatan Aceh akan semakin meningkat secara bertahap.
Di balik itu, kita berharap seluruh elit politik Aceh dan jajaran birokrasi mampu mengisi era perdamaian ini dengan agenda-agenda pembangunan yang lebih substansial sesuai hajat hidup masyarakat Aceh.
Begitu juga bagi masyarakat Aceh, selain geliat-geliat peradaban yang dilakukan, masyarakat kita harapkan terus mengawasi agenda Aceh untuk kembali dalam kehidupan Islam di berbagai tatanan kehidupan. Wallahu a’lam bishshwab.
Note:
Tulisan ini memenangkan juara lomba menulis 10 Tahun Perdamaian Aceh yang diselenggarakan PWI Aceh- Sekolah Jurnalisme Indonesia. Link: http://fokusaceh.com/index.php/2015/08/25/juara-iv-lomba-karya-tulis-10-tahun-damai-aceh-sji-pwi-aceh/
10 Cincin Ahli Neraka
Bismillahirahmannirahiim
10 Cincin Ahli Neraka
Dan apabila Allah hendak memasukkan ahli neraka ke neraka,
maka Allah mengutus kepada mereka malaikat dengan membawa 10 buah cincin:
Cincin pertama bertuliskan kalimat:
Masuklah ke dalam neraka, kamu tidak mati, tidak hidup, dan tidak akan dapat keluar;
Cincin kedua bertuliskan kalimat:
berenanglah kamu ke dalam lautan siksa, tidak ada kesenangan bagimu;
Cincin ketiga bertuliskan kalimat: berputusasalah kamu dari rahmat-Ku;
Cincin keempat bertuliskan kalimat:
masuklah kamu ke dalam neraka dengan penuh kebingungan dan kesusahan,
serta keprihatinan untuk selamanya;
Cincin kelima bertuliskan kalimat:
pakaianmu adalah api neraka, makananmu adalah duri yang berbisa,
minumanmu adalah air neraka yang mendidih, tempat tidurmu adalah api neraka. Payungmu juga payung neraka;
Cincin keenam bertuliskan kalimat:
ini adalah balasan untukmu hari ini karena dosa yang telah kamu perbuat;
Cincin ketujuh bertuliskan kalimat:
kebencian-Ku selalu menyertaimu untuk selamanya;
Pada cincin kedelapan bertuliskan kalimat:
kamu akan mendapatkan laknat Allah, karena sengaja berbuat dosa besar,
sedang kamu tidak mau bertobat, dan tidak pula menyesal;
Cincin kesembilan bertuliskan kalimat:
sahabat-sahabatmu di neraka adalah setan untuk selamanya;
Cincin kesepuluh bertuliskan kalimat:
kamu telah mengikuti langkah-langkah setan,
tujuan hidupmu adalah duniawi, dan
kamu meninggalkan urusan akhirat,
maka siksaan inilah sebagai balasan untukmu.
Nah, itulah 10 cincin yang Allah mengutuskannya malaikat
untuk memberikannya kepada ahli neraka
Terjemah Nashohiul Ibad/Karya: Ibnu Hajar Al Asqalani
10 Cincin Ahli Neraka
Dan apabila Allah hendak memasukkan ahli neraka ke neraka,
maka Allah mengutus kepada mereka malaikat dengan membawa 10 buah cincin:
Cincin pertama bertuliskan kalimat:
Masuklah ke dalam neraka, kamu tidak mati, tidak hidup, dan tidak akan dapat keluar;
Cincin kedua bertuliskan kalimat:
berenanglah kamu ke dalam lautan siksa, tidak ada kesenangan bagimu;
Cincin ketiga bertuliskan kalimat: berputusasalah kamu dari rahmat-Ku;
Cincin keempat bertuliskan kalimat:
masuklah kamu ke dalam neraka dengan penuh kebingungan dan kesusahan,
serta keprihatinan untuk selamanya;
Cincin kelima bertuliskan kalimat:
pakaianmu adalah api neraka, makananmu adalah duri yang berbisa,
minumanmu adalah air neraka yang mendidih, tempat tidurmu adalah api neraka. Payungmu juga payung neraka;
Cincin keenam bertuliskan kalimat:
ini adalah balasan untukmu hari ini karena dosa yang telah kamu perbuat;
Cincin ketujuh bertuliskan kalimat:
kebencian-Ku selalu menyertaimu untuk selamanya;
Pada cincin kedelapan bertuliskan kalimat:
kamu akan mendapatkan laknat Allah, karena sengaja berbuat dosa besar,
sedang kamu tidak mau bertobat, dan tidak pula menyesal;
Cincin kesembilan bertuliskan kalimat:
sahabat-sahabatmu di neraka adalah setan untuk selamanya;
Cincin kesepuluh bertuliskan kalimat:
kamu telah mengikuti langkah-langkah setan,
tujuan hidupmu adalah duniawi, dan
kamu meninggalkan urusan akhirat,
maka siksaan inilah sebagai balasan untukmu.
Nah, itulah 10 cincin yang Allah mengutuskannya malaikat
untuk memberikannya kepada ahli neraka
Terjemah Nashohiul Ibad/Karya: Ibnu Hajar Al Asqalani
Kritik Dengan Batin Yang Remuk
Jangan dikira kritik yang dulu sering muncul di ruang ini
atas mentalitas Arab kontemporer yang hobinya berpecah,
saya lakukan dengan perasaan senang dan lega.
Jauh dari itu.
Batin saya remuk mengamati dunia Arab yang berdarah-darah.
Rakyat Palestina yang belum juga merdeka setelah menderita hampir 70 tahun
dan masih saja menjadi bulan-bulanan Zionis Israel yang didukung Amerika Serikat,
toh antara Hamas dan Fatah belum juga akur dengan sepenuh hati.
Sudah miskin, pertengkaran terus saja berlanjut.
Untunglah mata dunia sudah semakin terbuka:
Palestina harus merdeka segera.
Tidak sekali saya mengutip di ruang ini pendapat pemusik Gilad Atzmon
-baru saja datang ke Indonesia atas undangan Dwiki Darmawan-
bahwa Zionisme tidak mungkin menjadi bagian dari kemanusiaan
karena wataknya yang rasialis dan congkak.
Negara kecil Israel yang telah melumpuhkan bangsa-bangsa Arab yang melingkarinya adalah fakta telanjang betapa rapuhnya mereka,
tetapi tetap saja belum juga sadar.
Bahkan, Arab Saudi karena sama merebut hegemoni dengan Iran di kawasan panas itu dikabarkan malah main mata dengan Israel.
Alangkah hinanya, alangkah amoralnya.
Persis seperti yang dilakukan Iran di era Shah Reza Pahlevi (berkuasa 1941-1979)
dulu yang sekaligus menjadi antek Amerika
sampai gerakan Khomeini meruntuhkan rezim antirakyat itu.
Akan halnya Iran sekarang,
demi membela al-Assad yang dilawan rakyatnya sendiri
enak saja bekerja sama dengan Rusia yang tidak kurang liciknya dibandingkan Amerika.
Selanjutnya,
serangan gencar pasukan Saudi atas Yaman untuk memburu pemberontak al-Houthi
adalah bukti lain betapa suasana persaudaraan sesama Arab ini sudah sirna,
amat sulit dipertautkan kembali.
Lalu Islam di mana?
Islam sudah menghilang, entah ke mana.
Yang mengemuka adalah label Suni, label Syiah,
atau label apa lagi untuk sama membinasakan perumahan persaudaraan sesama Muslim.
Batin siapa yang tidak akan remuk membaca fenomena yang hitam dan ganas ini?
Tetapi tuan dan puan jangan salah tafsir,
Islam masih ada ketika shalat, naik haji, puasa, zakat dalam arti yang terbatas.
Di luar itu, jika sudah menyentuh kepentingan politik kekuasaan, Islam tidak berdaya.
Apakah ada bentuk krisis yang lebih dalam di dunia Arab
melebihi drama yang kini menjadi tontonan manusia sejagat ditinjau dari sisi iman?
Akar drama Arab ini menjalar sampai ratusan tahun yang silam,
semuanya selalu berkaitan dengan ranah kekuasaan.
Perang Shiffin (657) yang meledak di selatan Sungai Furat
adalah fitnah (bencana) yang paling bertanggung jawab mengapa dunia Arab,
dan bahkan dunia Islam, tidak pernah akur sampai hari ini.
Ironisnya,
perbelahan politik yang kotor ini oleh pihak-pihak yang terlibat
sama-sama dicarikan alasan teologisnya masing-masing:
pakai dalil Alquran dan sunah.
Bau buruknya juga tercium di Indonesia.
Klaim-klaim merasa paling benar adalah senjata ampuh
untuk saling menghujat dan saling meniadakan.
Amat sedikit Muslim yang benar-benar sadar bahwa
kejatuhan dunia Islam yang parah ini dapat dicari penyebab utamanya
sebagai ekor dari Perang Shiffin yang tidak lain adalah perebutan kekuasaan
sesama Arab Quraisy.
Bukankah ‘Ali dan Mu’awiyah secara geneologis adalah Quraisy belaka?
Mengapa kita tidak bersedia keluar secara berani dari kotak-kotak Quraisy
yang mewariskan perpecahan yang tak habis-habisnya itu?
Nabi Muhammad SAW memang Quraisy juga,
tetapi Quraisy yang dipimpin wahyu,
Quraisy yang bertugas menyampaikan rahmat bagi alam semesta.
Semestinya,
Alquran dan Muhammad SAW sajalah yang sah dijadikan imam dan panutan,
bukan yang lain.
Ajaibnya,
komunitas Muslim non-Arab di berbagai belahan bumi turut pula menari
mengikuti tabuhan genderang Perang Shiffin yang sepenuhnya bercorak Arab itu.
Bagi saya,
semuanya ini adalah perbuatan pandir karena kita tidak cukup jujur dan cerdas
untuk memisahkan,
seolah-olah yang bersifat serba Arab itu adalah kebenaran yang perlu diwarisi.
Semestinya,
dengan kejatuhan peradaban Arab yang meremukkan batin ini,
mengapa kita tetap saja berkiblat kepadanya dalam memahami Islam?
Terus terang saya lama memberontak terhadap sikap yang buta sejarah ini.
Akhirnya,
sekalipun kita merintih melihat kehancuran Irak, Suriah, Yaman, Libya, bahkan Mesir, memperpanjang tangis tidak ada gunanya, sia-sia belaka.
Sikap yang benar adalah agar ayat Alquran tentang persaudaraan umat
dibawa turun ke bumi kenyataan kembali,
tidak hanya dibiarkan mengalun dalam suara para qari dan qariah
saat bertanding membaca kitab suci ini.
Semoga kita cepat sadar, matahari kehidupan sudah bergerak semakin tinggi!
atas mentalitas Arab kontemporer yang hobinya berpecah,
saya lakukan dengan perasaan senang dan lega.
Jauh dari itu.
Batin saya remuk mengamati dunia Arab yang berdarah-darah.
Rakyat Palestina yang belum juga merdeka setelah menderita hampir 70 tahun
dan masih saja menjadi bulan-bulanan Zionis Israel yang didukung Amerika Serikat,
toh antara Hamas dan Fatah belum juga akur dengan sepenuh hati.
Sudah miskin, pertengkaran terus saja berlanjut.
Untunglah mata dunia sudah semakin terbuka:
Palestina harus merdeka segera.
Tidak sekali saya mengutip di ruang ini pendapat pemusik Gilad Atzmon
-baru saja datang ke Indonesia atas undangan Dwiki Darmawan-
bahwa Zionisme tidak mungkin menjadi bagian dari kemanusiaan
karena wataknya yang rasialis dan congkak.
Negara kecil Israel yang telah melumpuhkan bangsa-bangsa Arab yang melingkarinya adalah fakta telanjang betapa rapuhnya mereka,
tetapi tetap saja belum juga sadar.
Bahkan, Arab Saudi karena sama merebut hegemoni dengan Iran di kawasan panas itu dikabarkan malah main mata dengan Israel.
Alangkah hinanya, alangkah amoralnya.
Persis seperti yang dilakukan Iran di era Shah Reza Pahlevi (berkuasa 1941-1979)
dulu yang sekaligus menjadi antek Amerika
sampai gerakan Khomeini meruntuhkan rezim antirakyat itu.
Akan halnya Iran sekarang,
demi membela al-Assad yang dilawan rakyatnya sendiri
enak saja bekerja sama dengan Rusia yang tidak kurang liciknya dibandingkan Amerika.
Selanjutnya,
serangan gencar pasukan Saudi atas Yaman untuk memburu pemberontak al-Houthi
adalah bukti lain betapa suasana persaudaraan sesama Arab ini sudah sirna,
amat sulit dipertautkan kembali.
Lalu Islam di mana?
Islam sudah menghilang, entah ke mana.
Yang mengemuka adalah label Suni, label Syiah,
atau label apa lagi untuk sama membinasakan perumahan persaudaraan sesama Muslim.
Batin siapa yang tidak akan remuk membaca fenomena yang hitam dan ganas ini?
Tetapi tuan dan puan jangan salah tafsir,
Islam masih ada ketika shalat, naik haji, puasa, zakat dalam arti yang terbatas.
Di luar itu, jika sudah menyentuh kepentingan politik kekuasaan, Islam tidak berdaya.
Apakah ada bentuk krisis yang lebih dalam di dunia Arab
melebihi drama yang kini menjadi tontonan manusia sejagat ditinjau dari sisi iman?
Akar drama Arab ini menjalar sampai ratusan tahun yang silam,
semuanya selalu berkaitan dengan ranah kekuasaan.
Perang Shiffin (657) yang meledak di selatan Sungai Furat
adalah fitnah (bencana) yang paling bertanggung jawab mengapa dunia Arab,
dan bahkan dunia Islam, tidak pernah akur sampai hari ini.
Ironisnya,
perbelahan politik yang kotor ini oleh pihak-pihak yang terlibat
sama-sama dicarikan alasan teologisnya masing-masing:
pakai dalil Alquran dan sunah.
Bau buruknya juga tercium di Indonesia.
Klaim-klaim merasa paling benar adalah senjata ampuh
untuk saling menghujat dan saling meniadakan.
Amat sedikit Muslim yang benar-benar sadar bahwa
kejatuhan dunia Islam yang parah ini dapat dicari penyebab utamanya
sebagai ekor dari Perang Shiffin yang tidak lain adalah perebutan kekuasaan
sesama Arab Quraisy.
Bukankah ‘Ali dan Mu’awiyah secara geneologis adalah Quraisy belaka?
Mengapa kita tidak bersedia keluar secara berani dari kotak-kotak Quraisy
yang mewariskan perpecahan yang tak habis-habisnya itu?
Nabi Muhammad SAW memang Quraisy juga,
tetapi Quraisy yang dipimpin wahyu,
Quraisy yang bertugas menyampaikan rahmat bagi alam semesta.
Semestinya,
Alquran dan Muhammad SAW sajalah yang sah dijadikan imam dan panutan,
bukan yang lain.
Ajaibnya,
komunitas Muslim non-Arab di berbagai belahan bumi turut pula menari
mengikuti tabuhan genderang Perang Shiffin yang sepenuhnya bercorak Arab itu.
Bagi saya,
semuanya ini adalah perbuatan pandir karena kita tidak cukup jujur dan cerdas
untuk memisahkan,
seolah-olah yang bersifat serba Arab itu adalah kebenaran yang perlu diwarisi.
Semestinya,
dengan kejatuhan peradaban Arab yang meremukkan batin ini,
mengapa kita tetap saja berkiblat kepadanya dalam memahami Islam?
Terus terang saya lama memberontak terhadap sikap yang buta sejarah ini.
Akhirnya,
sekalipun kita merintih melihat kehancuran Irak, Suriah, Yaman, Libya, bahkan Mesir, memperpanjang tangis tidak ada gunanya, sia-sia belaka.
Sikap yang benar adalah agar ayat Alquran tentang persaudaraan umat
dibawa turun ke bumi kenyataan kembali,
tidak hanya dibiarkan mengalun dalam suara para qari dan qariah
saat bertanding membaca kitab suci ini.
Semoga kita cepat sadar, matahari kehidupan sudah bergerak semakin tinggi!
Makkah, Craine Jatuh dan Keruntuhan Wahabi
Udara kota Makkah terasa sejuk ketika saya menginjakkan kaki disana awal Januari lalu, setelah seminggu berada di Madinah. Di Madinah saya memang menunggu momen 12 Rabiul Awal hari kelahiran Nabi yang kebetulan jatuh pada awal Januari. Di Madinah tidak ada perayaan Maulid Nabi seperti di Indonesia, memberikan makanan atau minuman kepada jamaah di mesjid Nabawi pada malam 12 Rabiul Awal bisa ditangkap polisi, dengan tuduhan merayakan Maulid secara terselubung. Begitu bahayanya perayaan Maulid di mata pemerintah Saudi sehingga harus diawasi secara ketat.
Air mata saya tidak bisa tertahan ketika malam itu sekitar jam 11 malam berziarah ke makam Nabi, diantara desak-desakan orang, saya mendengar suara “Assalamu’alaika ya Rasulullah!” kemudian di iringi dengan shawalat oleh orang-orang yang perawakannya mirip India, dilakukan secara bersama-sama dan shalawat Nabi pun bergema malam itu. Polisi yang berusaha menghalangi tidak mampu membendung gelora rindu ummat kepada Rasulnya. Malam itu saya merasakan Rasul benar-benar hadir di hati orang-orang yang sangat mencintai Beliau.
Perjalanan dengan bus dari madinah ke makkah, tidak ada yang istimewa, hanya hamparan padang pasir dan gunung batu. Malam itu jam 11 malam saya sampai di makkah dan langsung ke masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah Umrah. Kekusyukan ibadah jadi terganggu dengan suara denduman alat berat yang bekerja 24 jam untuk merenovasi Mesjidil Haram, hanya waktu shalat fardhu saja mesin-mesin itu berhenti bekerja. Saat itu dalam hati saya berkata, mudah-mudahan nanti ketika musim haji semua alat-alat berat itu bisa dipindahkan, berhenti total selama minimal 1 bulan untuk menghormati tamu-tamu Allah yang datang melaksakana Haji.
Ketika dapat kabar tentang musibah jatuhnya crane di masjidil haram beberapa hari lalu, saya langsung teringat keinginan saya ketika berada disana 9 bulan lalu, crane dan alat-alat itu dipindahkan sebentar untuk menghormati orang-orang yang beribadah, kerja berhenti total. Pemerintah Saudi dalam hal ini lebih mementingkan aspek zahir dari bathin, lebih mementingkan bangunan megah dari pada nilai-nilai ibadah.
Makkah, tidak seperti yang tergambar dalam pikiran saya, kota suci penuh berkah dengan segala kemulyaannya. Dalam pikiran saya, makkah seperti yang digambarkan oleh Hamka tahun 1938 dalam “Dibawah Lindungan Ka’bah”, tapi sekarang ka’bah berada dibawah bangunan-bangunan besar.
Menarik untuk disimak catatat Gunawan Muhammad berikut tentang kondisi kota Mekkah terkini..
Saya tak bisa membayangkan, bagaimana dari posisi itu akan ada orang yang bisa menulis seperti Hamka di tahun 1938. Apa kini artinya “di bawah lindungan Kaabah”? Justru kubus sederhana tapi penuh aura itu yang sekarang seakan-akan dilindungi gedung-gedung jangkung, terutama Abraj al Bait yang begitu megah dan gemerlap — dengan 21.000 lampunya yang memancar sampai sejauh 30 km dan membuat rembulan di langit pun mungkin tersisih.
Betapa berubahnya Mekah. Atau jangan-jangan malah berakhir. “It is the end of Mekkah“, kata Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian. Nada suaranya murung seperti juga suara Sami Angawy.
Hampir 40 tahun yang lalu arsitek ini mendirikan Pusat Penelitian Ibadah Haji di Jeddah. Dengan masygul ia menyaksikan transformasi Mekah berlangsung di bawah kuasa para pengusaha properti dan pengembang. “Mereka ubah tempat ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan mereka renggut gunung dan bukit.”
Tapi bisakah transformasi Mekah dicegah? Kapitalisme membuat sebuah kota seperti seonggok besi yang meleleh, untuk kemudian dituangkan dalam cetakan yang itu-itu juga. Dengan catatan: dalam hal Mekah, bukan hanya karena “komersialisasi Baitullah” kota suci itu hilang sifat uniknya. Angawy menyebut satu faktor tambahan yang khas Arab Saudi: paham Wahabi.
Wahabisme, kata Angawy, adalah kekuatan di belakang dihancurkannya sisa-sisa masa lalu. Dalam catatannya, selama 50 tahun terakhir, sekitar 300 bangunan sejarah telah diruntuhkan. Paham yang berkuasa di Arab Saudi ini hendak mencegah orang jadi “syrik” bila berziarah ke petilasan Nabi, bila menganggap suci segala bekas yang ditinggalkan Rasulullah — dan sebab itu harus disembah.
Sejarah Arab Saudi mencatat dihapusnya peninggalan sejarah itu secara konsisten. April 1925, di Madinah, kubah di makam Al-Baqi’ diruntuhkan. Beberapa bagian qasidah karya al-Busiri (1211–1294) yang diukir di makam Nabi sebagai himne pujaan ditutupi cat oleh penguasa agar tak bisa dibaca. Di Mekah, makam Khadijjah, isteri Nabi, dihancurkan. Kemudian tempat di mana rumahnya dulu berdiri dijadikan kakus umum. (Goenawanmohammad.com)
Harus diakui bahwa besar jasa penganut paham wahabi dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam, hal yang tidak bernilai harganya. Inilah yang menyebabkan orang semakin yakin bahwa wahabi sebenarnya adalah penyusupan yahudi langsung ke jantung Islam, merusak Islam dari jantungnya yaitu Mekkah dan Madinah.
Beberapa hari sebelum jatuh crane di makkah, di daerah Serambi Mekkah yaitu Aceh diadakan parade Aswaja menolak paham wahabi dan menyerukan kepada pemerintah Aceh untuk mengusir wahabi dari seluruh Aceh. Reaksi kemudian jadi lucu ketika di media sosial orang wahabi pura-pura tidak tahu apa wahabi bahkan balik pertanya apa itu wahabi? Ini memang pola dari zaman dulu, ketika berkuasa menindas ketika diserang menghilangkan jejak. Lebih lucu lagi orang membela wahabi seolah-olah membela Islam, menyerang wahabi seolah-olah menyerang Islam, kemudian dibentuk opini seolah-olah yang menyerang wahabi adalah musuh-musuh Islam, melihat ini saya koq jadi ingat iklan minuman di TV, “Jeruk koq minum Jeruk”.
Kalau kita sepakat wahabi itu resmi menguasai mekkah tahun 1924, maka saya sangat yakin aliran yang telah banyak menelan korban manusia itu akan berakhir setelah 100 tahun kemudian, atau kurang dari itu.
Ketika mengunjungi Mekkah, ada kerinduan saya kepada Jabal Qubais, pusat Tasawuf dan pusat kegiatan Suluk selama 1000 tahun lebih yang kemudian dihancurkan oleh orang Wahabi. Orang mengunjungi Mekkah bukan sekedar melaksanakan ibadah zahir tapi juga melaksanakan ibadah bathin, maka sempurnalah orang melaksanakan Haji, hal yang sudah tidak kita dapati lagi saat ini.
Saya sangat yakin setelah 100 tahun dari munculnya wahabi, Mekkah kembali lagi kepada tradisi sebelum wahabi muncul yang telah terpelihara sejak lama sebagai sumber api Islam yang sangat di takuti oleh orang-orang yang membenci Islam. Kita tidak mungkin mengembalikan bangunan-bangunan bersejarah yang sudah terlanjur di hancurkan dan di atasnya di dirikan hotel, tapi kita bisa mengembalikan spirit Islam dalam bentuk ibadah yang sudah ada sejak zaman Nabi.
Ketika berada di Mekkah, Pandangan saya seperti melihat Guru Sufi terakhir yang memimpin suluk disana yang dengan berat hati meninggalkan kota tercinta, dan kemudian dia berkata kepada murid-muridnya, “Ibarat Sirih Pulang Ke Tampuknya”. Pesan ini yang kemudian terus hidup di hati murid-muridnya, makna sirih pulang ke tampuknya, Tasawuf yang sekarang tersebar diseluruh dunia akan kembali ke asalnya, yaitu kota Mekkah tercinta…
Air mata saya tidak bisa tertahan ketika malam itu sekitar jam 11 malam berziarah ke makam Nabi, diantara desak-desakan orang, saya mendengar suara “Assalamu’alaika ya Rasulullah!” kemudian di iringi dengan shawalat oleh orang-orang yang perawakannya mirip India, dilakukan secara bersama-sama dan shalawat Nabi pun bergema malam itu. Polisi yang berusaha menghalangi tidak mampu membendung gelora rindu ummat kepada Rasulnya. Malam itu saya merasakan Rasul benar-benar hadir di hati orang-orang yang sangat mencintai Beliau.
Perjalanan dengan bus dari madinah ke makkah, tidak ada yang istimewa, hanya hamparan padang pasir dan gunung batu. Malam itu jam 11 malam saya sampai di makkah dan langsung ke masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah Umrah. Kekusyukan ibadah jadi terganggu dengan suara denduman alat berat yang bekerja 24 jam untuk merenovasi Mesjidil Haram, hanya waktu shalat fardhu saja mesin-mesin itu berhenti bekerja. Saat itu dalam hati saya berkata, mudah-mudahan nanti ketika musim haji semua alat-alat berat itu bisa dipindahkan, berhenti total selama minimal 1 bulan untuk menghormati tamu-tamu Allah yang datang melaksakana Haji.
Ketika dapat kabar tentang musibah jatuhnya crane di masjidil haram beberapa hari lalu, saya langsung teringat keinginan saya ketika berada disana 9 bulan lalu, crane dan alat-alat itu dipindahkan sebentar untuk menghormati orang-orang yang beribadah, kerja berhenti total. Pemerintah Saudi dalam hal ini lebih mementingkan aspek zahir dari bathin, lebih mementingkan bangunan megah dari pada nilai-nilai ibadah.
Makkah, tidak seperti yang tergambar dalam pikiran saya, kota suci penuh berkah dengan segala kemulyaannya. Dalam pikiran saya, makkah seperti yang digambarkan oleh Hamka tahun 1938 dalam “Dibawah Lindungan Ka’bah”, tapi sekarang ka’bah berada dibawah bangunan-bangunan besar.
Menarik untuk disimak catatat Gunawan Muhammad berikut tentang kondisi kota Mekkah terkini..
Saya tak bisa membayangkan, bagaimana dari posisi itu akan ada orang yang bisa menulis seperti Hamka di tahun 1938. Apa kini artinya “di bawah lindungan Kaabah”? Justru kubus sederhana tapi penuh aura itu yang sekarang seakan-akan dilindungi gedung-gedung jangkung, terutama Abraj al Bait yang begitu megah dan gemerlap — dengan 21.000 lampunya yang memancar sampai sejauh 30 km dan membuat rembulan di langit pun mungkin tersisih.
Betapa berubahnya Mekah. Atau jangan-jangan malah berakhir. “It is the end of Mekkah“, kata Irfan al-Alawi, direktur pelaksana Islamic Heritage Research Foundation di London kepada The Guardian. Nada suaranya murung seperti juga suara Sami Angawy.
Hampir 40 tahun yang lalu arsitek ini mendirikan Pusat Penelitian Ibadah Haji di Jeddah. Dengan masygul ia menyaksikan transformasi Mekah berlangsung di bawah kuasa para pengusaha properti dan pengembang. “Mereka ubah tempat ziarah suci ini jadi mesin, sebuah kota tanpa identitas, tanpa peninggalan sejarah, tanpa kebudayaan dan tanpa lingkungan alam. Bahkan mereka renggut gunung dan bukit.”
Tapi bisakah transformasi Mekah dicegah? Kapitalisme membuat sebuah kota seperti seonggok besi yang meleleh, untuk kemudian dituangkan dalam cetakan yang itu-itu juga. Dengan catatan: dalam hal Mekah, bukan hanya karena “komersialisasi Baitullah” kota suci itu hilang sifat uniknya. Angawy menyebut satu faktor tambahan yang khas Arab Saudi: paham Wahabi.
Wahabisme, kata Angawy, adalah kekuatan di belakang dihancurkannya sisa-sisa masa lalu. Dalam catatannya, selama 50 tahun terakhir, sekitar 300 bangunan sejarah telah diruntuhkan. Paham yang berkuasa di Arab Saudi ini hendak mencegah orang jadi “syrik” bila berziarah ke petilasan Nabi, bila menganggap suci segala bekas yang ditinggalkan Rasulullah — dan sebab itu harus disembah.
Sejarah Arab Saudi mencatat dihapusnya peninggalan sejarah itu secara konsisten. April 1925, di Madinah, kubah di makam Al-Baqi’ diruntuhkan. Beberapa bagian qasidah karya al-Busiri (1211–1294) yang diukir di makam Nabi sebagai himne pujaan ditutupi cat oleh penguasa agar tak bisa dibaca. Di Mekah, makam Khadijjah, isteri Nabi, dihancurkan. Kemudian tempat di mana rumahnya dulu berdiri dijadikan kakus umum. (Goenawanmohammad.com)
Harus diakui bahwa besar jasa penganut paham wahabi dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam, hal yang tidak bernilai harganya. Inilah yang menyebabkan orang semakin yakin bahwa wahabi sebenarnya adalah penyusupan yahudi langsung ke jantung Islam, merusak Islam dari jantungnya yaitu Mekkah dan Madinah.
Beberapa hari sebelum jatuh crane di makkah, di daerah Serambi Mekkah yaitu Aceh diadakan parade Aswaja menolak paham wahabi dan menyerukan kepada pemerintah Aceh untuk mengusir wahabi dari seluruh Aceh. Reaksi kemudian jadi lucu ketika di media sosial orang wahabi pura-pura tidak tahu apa wahabi bahkan balik pertanya apa itu wahabi? Ini memang pola dari zaman dulu, ketika berkuasa menindas ketika diserang menghilangkan jejak. Lebih lucu lagi orang membela wahabi seolah-olah membela Islam, menyerang wahabi seolah-olah menyerang Islam, kemudian dibentuk opini seolah-olah yang menyerang wahabi adalah musuh-musuh Islam, melihat ini saya koq jadi ingat iklan minuman di TV, “Jeruk koq minum Jeruk”.
Kalau kita sepakat wahabi itu resmi menguasai mekkah tahun 1924, maka saya sangat yakin aliran yang telah banyak menelan korban manusia itu akan berakhir setelah 100 tahun kemudian, atau kurang dari itu.
Ketika mengunjungi Mekkah, ada kerinduan saya kepada Jabal Qubais, pusat Tasawuf dan pusat kegiatan Suluk selama 1000 tahun lebih yang kemudian dihancurkan oleh orang Wahabi. Orang mengunjungi Mekkah bukan sekedar melaksanakan ibadah zahir tapi juga melaksanakan ibadah bathin, maka sempurnalah orang melaksanakan Haji, hal yang sudah tidak kita dapati lagi saat ini.
Saya sangat yakin setelah 100 tahun dari munculnya wahabi, Mekkah kembali lagi kepada tradisi sebelum wahabi muncul yang telah terpelihara sejak lama sebagai sumber api Islam yang sangat di takuti oleh orang-orang yang membenci Islam. Kita tidak mungkin mengembalikan bangunan-bangunan bersejarah yang sudah terlanjur di hancurkan dan di atasnya di dirikan hotel, tapi kita bisa mengembalikan spirit Islam dalam bentuk ibadah yang sudah ada sejak zaman Nabi.
Ketika berada di Mekkah, Pandangan saya seperti melihat Guru Sufi terakhir yang memimpin suluk disana yang dengan berat hati meninggalkan kota tercinta, dan kemudian dia berkata kepada murid-muridnya, “Ibarat Sirih Pulang Ke Tampuknya”. Pesan ini yang kemudian terus hidup di hati murid-muridnya, makna sirih pulang ke tampuknya, Tasawuf yang sekarang tersebar diseluruh dunia akan kembali ke asalnya, yaitu kota Mekkah tercinta…
Minggu, 29 November 2015
Syirik, Jahiliyah dan Gerakan Anti Wasilah.
Syirik adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, pelaku nya disebut musyrik. Sejarah Islam mencatat orang-orang yang masih menyembah berhala, pohon dan sesuatu selain Allah digolongkan ke dalam perbuatan syirik.
Maka kata-kata “Kaum Musyrikin” begitu popular saat itu,
sebagai lawan kata dari kaum Muslimin, pengikuti Agama Muhammad SAW.
Orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah maka tempatnya di neraka, tidak ada ampunan bagi mereka.
Apa yang saya tulis di atas adalah hal yang sudah lazim kita dengar,
sejak kecil kita diajarkan hal tersebut.
Secara awam sangat mudah kita membedakan antara Syirik dengan Tauhid,
yang satu menyembah selain Allah sedangkan satu lagi menyembah Allah.
Dalam praktiknya sebelum kita mengucapkan kata syirik dengan membabi buta,
apalagi menuduh orang diluar kita sebagai Musyrik,
tentu ada baiknya kita bertanya dalam hati paling dalam,
apakah kita sudah mengenal Allah yang kita sembah?
Ataukah kita menyembah sesuatu yang telah disepakati sejak lahir,
sosok di atas sana yang dinamai sebagai “Allah”,
kemudian kita sembah ikut-ikutan,
mengikuti tradisi ibadah yang diperkenalkan kepada kita.
Praktik ibadah ikut-ikutan ini kemudian kita sebut sebagai ber-Islam karena faktor lahir. Kebetulan kedua orang tua nya Islam, lahir di lingkungan Islam sehingga dia menjadi Islam. Ibadah diajarkan sejak akil baliq, shalat, puasa dan mengerjakan rukun Islam,
kemudian menjadi Islam dia.
Apakah pernah terpikir dalam hati apakah yang disembah siang malam ini benar-benar Tuhan Pemilik Bumi dan Langit?
Ataukah Tuhan dalam keyakinan dan pikiran semata?
Ada hal yang kita lupakan,
bahwa orang-orang Jahiliyah dulu itu mereka bukan tidak menyembah Allah,
mereka semua meyakini bahwa
Tuhan di atas sana yang berkuasa adalah Tuhan bernama Allah. Kata “Allah” itu
bukan produk Islam, jauh sebelum Islam datang,
di kalangan masyarakat Arab sudah dikenal Istilah Allah.
Masyarakat jahiliyah tidak meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
mereka lebih yakin utusan Allah atau penghubung mereka dengan Allah
adalah patung-patung yang merupakan tokoh-tokoh penting mereka di masa lampau.
Penolakan mereka terhadap Muhammad sebagai utusan-Nya itu yang menyebabkan mereka tergolong orang-orang tidak selamat,
sebagaimana makna hakiki dari Islam adalah “selamat”.
Selamat sampai kehadirat Allah SWT dari dunia sampai ke akhirat kelak,
ini yang tidak di dapat oleh orang-orang mursyrik di Arab di zaman Nabi.
Masyarakat jahiliyah sulit menerima sosok Muhammad sebagai utusan Allah,
sebagai pembawa wasilah untuk mendekatkan manusia kepada Allah,
mereka lebih menerima sosok yang telah ada secara turun temurun
diyakini bisa menyampaikan mereka kepada Allah.
(Tentang Wasilah sudah banyak saya tulis disini, anda bisa search kata “wasilah” www.sufimuda.net atau bisa di baca dua tulisan ini
“Wasilah Cara Berjumpa dengan Allah dan Lebih Dalam Tentang Wasilah dan Mursyid)
Penolakan manusia sebagai wasilah kepada Allah itu
bukan dimulai zaman Nabi Muhammad,
jauh sebelumnya sejak awal penciptaan,
Iblis sebagai pelopor anti wasilah pertama
sejak Allah menciptakan alam dan se isinya,
dengan tegas menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam.
Iblis melihat Adam sebagai sosok yang level nya jauh berada di bawahnya,
baik dari sisi penciptaan, umur maupun ilmu.
Para Malaikat melihat adam sebagai Tajalli Allah,
wadah dari Nur Ilahi,
jadi Malaikat tidak sujud kepada zahirnya Adam
tapi sujud kepada rohani yang ada dalam diri adam
yang tidak lain adalah Nur Allah sendiri.
“Telah AKU ciptakan rupa nur-Ku sebagaimana rupa hamba-KU”
Setelah Adam,
maka nur Allah tersebut kemudian diberikan kepada orang-orang pilihan,
orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nur 35, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu
Iblis bukan saja menolak sujud kepada Adam,
tapi juga tidak mengakui ada sebagai khalifah Allah di muka bumi,
sebagai pemimpin seluruh ummat manusia.
Iblis sepanjang zaman terus melancarkan propaganda terhadap utusan-utusan Allah,
orang-orang pilihan yang diberikan Nur Allah,
agar manusia jauh dari Allah.
Iblis tentu saja tidak akan senang melihat utusan-Nya,
maka sejarah memaparkan kepada kita pembunuhan terhadap utusan Allah
sangat gencar di lakukan oleh orang-orang yang di bisikkan oleh Iblis.
Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa termasuk nabi-nabi yang terkena propaganda Iblis
lewat manusia-manusia yang hatinya dirasuki Iblis.
Iblis juga membisikkan kepada masyarakat Jahiliyah untuk membunuh utusan Allah terakhir yaitu Muhammad SAW dengan berbagai cara,
namun Allah menyelamatkan kekasih-Nya dari usaha pembunuhan tersebut.
Islam kemudian berkembang dengan pesat,
Namun propaganda Iblis tidak akan berhenti, terus dilakukan.
Kalau dulu Iblis berusaha mempengaruhi orang untuk membunuh Nabi
agar putus wasilah dengan Allah,
dikemudian hari Iblis berusaha mempengaruhi orang-orang
agar melarang berwasilah kepada Nabi dengan tujuan yang sama
agar terputus hubungan dengan Allah.
Maka di akhir zaman ini muncul gerakan baru yang di mulai di Arab,
gerakan yang memutuskan hubungan rohani antara ummat dengan Nabinya.
Bagi mereka Nabi Muhammad ibarat tukang pos yang bertugas mengantarkan Al-Qur’an, setelah tukang pos meninggal dunia selesai semua, tidak ada hubungan sama sekali.
Apapun bentuk wujud kecintaan ummat kepada Nabi
dimasukkan kepada tindakan Bid’ah bahkan kafir.
Merayakan ulang tahun Nabi dianggap bid’ah karena menurut mereka
Nabi tidak pernah melakukannya, berdoa memohon syafaat di makam Nabi di sebut syirik/ menyekutukan Allah (berdoa kepada selain Allah),
padahal orang yang menuduh tersebut kalau ditanya “Yang mana Allah?”
mereka juga tidak tahu karena mereka hanya tahu nama saja
tanpa mengenal sama sekali sosok dibalik nama.
Kalau anda menuduh orang “Menduakan Allah”
anda harus kenal terlebih dulu dengan Allah,
kalau tidak kenal dari mana anda bisa memastikan
bahwa tindakan itu menduakan-Nya?
Ibarat orang hanya kenal nama “Sukarno” sebagai presiden pertama RI,
tidak pernah berjumpa dan tidak tahu yang mana sukarno,
wajahnya pun mereka tidak tahu,
namun sangat cinta membabi buta kepada sukarno.
Tapi sayang beribu sayang mereka benar-benar tidak mengenal sama sekali
dengan sukarno,
mereka hanya mengandalkan cinta buta saja,
mereka hanya tahu satu kalimat “Jangan menduakan Sukarno ya!”.
Ketika orang-orang datang ziarah ke makam Bung Karno,
orang-orang bodoh ini dengan lantang berkata,
“Hai Kalian telah Menyekutukan Bung Karno, Menduakan Bung Karno!”.
Gerakan anti wasilah ini (tentu mengikuti tokoh pencetusnya yaitu Iblis),
bukan saja berusaha memutuskan hubungan ummat dengan Nabi
tapi juga memutuskan hubungan ummat dengan ulama
karena Iblis tahu
bahwa setelah Nabi tali penghubung ummat dengan Nabi adalah ulama,
sebagai pewaris Nabi.
Ulama mewarisi dua hal, Ilmu dan Amal.
Ilmu berhubungan dengan apa yang bisa dipelajari secara akal
sedangkan amal tidak lain adalah Nur Muhammad yang diwarisi oleh Nabi
dan inilah warisan yang sangat berharga,
dengan Nur Muhammad ini seluruh umat bisa berdialog dan ber bisik-bisik dengan Allah sebagaimana ummat di zaman Nabi Muhammad masih hidup.
Iblis sangat paham tentang ini
maka dia berusaha memutuskan hubungan langsung ini.
Ibarat listrik, Iblis melalaikan manusia dengan kabel berwarna warni
sementara listriknya telah terputus tanpa arus sama sekali.
Zaman boleh berubah,
musim boleh berganti namun pada hakikatnya dunia ini tetap sama.
Kalau zaman zahiliyah dulu Iblis berusaha membunuh Zahir Muhammad
lewat tangan masyarakat zahiliyah,
di akhir zaman ini Iblis berusaha membunuh Bathin Muhammad
lewat pemikiran masyarakat zahiliyah modern
kebetulan muncul dari tempat yang sama yaitu Arab.
Ajaran Islam tetap terjaga dan berkembang ke seluruh dunia,
di saat yang sama paham Iblis lewat gerakan anti wasilah
untuk memutuskan ummat kepada sumber utama agama yaitu Rasul tetap berjalan, keduanya saling berebut peran.
Setelah 1300 tahun Islam dengan wasilah kepada Nabi itu aman dan damai di Arab,
100 tahun belakang tergeser oleh paham yang berseberangan,
semoga akan kembali lagi seperti semula.
Menutup tulisan ini,
mari kita memperbanyak membaca dan mengamalkan “A’uzu Billahi Minashaitanir Rajim”, agar kita semua terlindung dari godaan Syetan beserta bala tentaranya
dan terlindungan dari orang-orang yang telah di susupi pemikiran syetaniyah.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua,
mengekalkan Agama-Nya serta utusan-Nya,
memberi kesehatan kepada ulama pewaris Nabi
sehingga Islam tetap murni terjaga hingga akhir zaman, Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Share this:
Maka kata-kata “Kaum Musyrikin” begitu popular saat itu,
sebagai lawan kata dari kaum Muslimin, pengikuti Agama Muhammad SAW.
Orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah maka tempatnya di neraka, tidak ada ampunan bagi mereka.
Apa yang saya tulis di atas adalah hal yang sudah lazim kita dengar,
sejak kecil kita diajarkan hal tersebut.
Secara awam sangat mudah kita membedakan antara Syirik dengan Tauhid,
yang satu menyembah selain Allah sedangkan satu lagi menyembah Allah.
Dalam praktiknya sebelum kita mengucapkan kata syirik dengan membabi buta,
apalagi menuduh orang diluar kita sebagai Musyrik,
tentu ada baiknya kita bertanya dalam hati paling dalam,
apakah kita sudah mengenal Allah yang kita sembah?
Ataukah kita menyembah sesuatu yang telah disepakati sejak lahir,
sosok di atas sana yang dinamai sebagai “Allah”,
kemudian kita sembah ikut-ikutan,
mengikuti tradisi ibadah yang diperkenalkan kepada kita.
Praktik ibadah ikut-ikutan ini kemudian kita sebut sebagai ber-Islam karena faktor lahir. Kebetulan kedua orang tua nya Islam, lahir di lingkungan Islam sehingga dia menjadi Islam. Ibadah diajarkan sejak akil baliq, shalat, puasa dan mengerjakan rukun Islam,
kemudian menjadi Islam dia.
Apakah pernah terpikir dalam hati apakah yang disembah siang malam ini benar-benar Tuhan Pemilik Bumi dan Langit?
Ataukah Tuhan dalam keyakinan dan pikiran semata?
Ada hal yang kita lupakan,
bahwa orang-orang Jahiliyah dulu itu mereka bukan tidak menyembah Allah,
mereka semua meyakini bahwa
Tuhan di atas sana yang berkuasa adalah Tuhan bernama Allah. Kata “Allah” itu
bukan produk Islam, jauh sebelum Islam datang,
di kalangan masyarakat Arab sudah dikenal Istilah Allah.
Masyarakat jahiliyah tidak meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
mereka lebih yakin utusan Allah atau penghubung mereka dengan Allah
adalah patung-patung yang merupakan tokoh-tokoh penting mereka di masa lampau.
Penolakan mereka terhadap Muhammad sebagai utusan-Nya itu yang menyebabkan mereka tergolong orang-orang tidak selamat,
sebagaimana makna hakiki dari Islam adalah “selamat”.
Selamat sampai kehadirat Allah SWT dari dunia sampai ke akhirat kelak,
ini yang tidak di dapat oleh orang-orang mursyrik di Arab di zaman Nabi.
Masyarakat jahiliyah sulit menerima sosok Muhammad sebagai utusan Allah,
sebagai pembawa wasilah untuk mendekatkan manusia kepada Allah,
mereka lebih menerima sosok yang telah ada secara turun temurun
diyakini bisa menyampaikan mereka kepada Allah.
(Tentang Wasilah sudah banyak saya tulis disini, anda bisa search kata “wasilah” www.sufimuda.net atau bisa di baca dua tulisan ini
“Wasilah Cara Berjumpa dengan Allah dan Lebih Dalam Tentang Wasilah dan Mursyid)
Penolakan manusia sebagai wasilah kepada Allah itu
bukan dimulai zaman Nabi Muhammad,
jauh sebelumnya sejak awal penciptaan,
Iblis sebagai pelopor anti wasilah pertama
sejak Allah menciptakan alam dan se isinya,
dengan tegas menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam.
Iblis melihat Adam sebagai sosok yang level nya jauh berada di bawahnya,
baik dari sisi penciptaan, umur maupun ilmu.
Para Malaikat melihat adam sebagai Tajalli Allah,
wadah dari Nur Ilahi,
jadi Malaikat tidak sujud kepada zahirnya Adam
tapi sujud kepada rohani yang ada dalam diri adam
yang tidak lain adalah Nur Allah sendiri.
“Telah AKU ciptakan rupa nur-Ku sebagaimana rupa hamba-KU”
Setelah Adam,
maka nur Allah tersebut kemudian diberikan kepada orang-orang pilihan,
orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nur 35, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu
Iblis bukan saja menolak sujud kepada Adam,
tapi juga tidak mengakui ada sebagai khalifah Allah di muka bumi,
sebagai pemimpin seluruh ummat manusia.
Iblis sepanjang zaman terus melancarkan propaganda terhadap utusan-utusan Allah,
orang-orang pilihan yang diberikan Nur Allah,
agar manusia jauh dari Allah.
Iblis tentu saja tidak akan senang melihat utusan-Nya,
maka sejarah memaparkan kepada kita pembunuhan terhadap utusan Allah
sangat gencar di lakukan oleh orang-orang yang di bisikkan oleh Iblis.
Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa termasuk nabi-nabi yang terkena propaganda Iblis
lewat manusia-manusia yang hatinya dirasuki Iblis.
Iblis juga membisikkan kepada masyarakat Jahiliyah untuk membunuh utusan Allah terakhir yaitu Muhammad SAW dengan berbagai cara,
namun Allah menyelamatkan kekasih-Nya dari usaha pembunuhan tersebut.
Islam kemudian berkembang dengan pesat,
Namun propaganda Iblis tidak akan berhenti, terus dilakukan.
Kalau dulu Iblis berusaha mempengaruhi orang untuk membunuh Nabi
agar putus wasilah dengan Allah,
dikemudian hari Iblis berusaha mempengaruhi orang-orang
agar melarang berwasilah kepada Nabi dengan tujuan yang sama
agar terputus hubungan dengan Allah.
Maka di akhir zaman ini muncul gerakan baru yang di mulai di Arab,
gerakan yang memutuskan hubungan rohani antara ummat dengan Nabinya.
Bagi mereka Nabi Muhammad ibarat tukang pos yang bertugas mengantarkan Al-Qur’an, setelah tukang pos meninggal dunia selesai semua, tidak ada hubungan sama sekali.
Apapun bentuk wujud kecintaan ummat kepada Nabi
dimasukkan kepada tindakan Bid’ah bahkan kafir.
Merayakan ulang tahun Nabi dianggap bid’ah karena menurut mereka
Nabi tidak pernah melakukannya, berdoa memohon syafaat di makam Nabi di sebut syirik/ menyekutukan Allah (berdoa kepada selain Allah),
padahal orang yang menuduh tersebut kalau ditanya “Yang mana Allah?”
mereka juga tidak tahu karena mereka hanya tahu nama saja
tanpa mengenal sama sekali sosok dibalik nama.
Kalau anda menuduh orang “Menduakan Allah”
anda harus kenal terlebih dulu dengan Allah,
kalau tidak kenal dari mana anda bisa memastikan
bahwa tindakan itu menduakan-Nya?
Ibarat orang hanya kenal nama “Sukarno” sebagai presiden pertama RI,
tidak pernah berjumpa dan tidak tahu yang mana sukarno,
wajahnya pun mereka tidak tahu,
namun sangat cinta membabi buta kepada sukarno.
Tapi sayang beribu sayang mereka benar-benar tidak mengenal sama sekali
dengan sukarno,
mereka hanya mengandalkan cinta buta saja,
mereka hanya tahu satu kalimat “Jangan menduakan Sukarno ya!”.
Ketika orang-orang datang ziarah ke makam Bung Karno,
orang-orang bodoh ini dengan lantang berkata,
“Hai Kalian telah Menyekutukan Bung Karno, Menduakan Bung Karno!”.
Gerakan anti wasilah ini (tentu mengikuti tokoh pencetusnya yaitu Iblis),
bukan saja berusaha memutuskan hubungan ummat dengan Nabi
tapi juga memutuskan hubungan ummat dengan ulama
karena Iblis tahu
bahwa setelah Nabi tali penghubung ummat dengan Nabi adalah ulama,
sebagai pewaris Nabi.
Ulama mewarisi dua hal, Ilmu dan Amal.
Ilmu berhubungan dengan apa yang bisa dipelajari secara akal
sedangkan amal tidak lain adalah Nur Muhammad yang diwarisi oleh Nabi
dan inilah warisan yang sangat berharga,
dengan Nur Muhammad ini seluruh umat bisa berdialog dan ber bisik-bisik dengan Allah sebagaimana ummat di zaman Nabi Muhammad masih hidup.
Iblis sangat paham tentang ini
maka dia berusaha memutuskan hubungan langsung ini.
Ibarat listrik, Iblis melalaikan manusia dengan kabel berwarna warni
sementara listriknya telah terputus tanpa arus sama sekali.
Zaman boleh berubah,
musim boleh berganti namun pada hakikatnya dunia ini tetap sama.
Kalau zaman zahiliyah dulu Iblis berusaha membunuh Zahir Muhammad
lewat tangan masyarakat zahiliyah,
di akhir zaman ini Iblis berusaha membunuh Bathin Muhammad
lewat pemikiran masyarakat zahiliyah modern
kebetulan muncul dari tempat yang sama yaitu Arab.
Ajaran Islam tetap terjaga dan berkembang ke seluruh dunia,
di saat yang sama paham Iblis lewat gerakan anti wasilah
untuk memutuskan ummat kepada sumber utama agama yaitu Rasul tetap berjalan, keduanya saling berebut peran.
Setelah 1300 tahun Islam dengan wasilah kepada Nabi itu aman dan damai di Arab,
100 tahun belakang tergeser oleh paham yang berseberangan,
semoga akan kembali lagi seperti semula.
Menutup tulisan ini,
mari kita memperbanyak membaca dan mengamalkan “A’uzu Billahi Minashaitanir Rajim”, agar kita semua terlindung dari godaan Syetan beserta bala tentaranya
dan terlindungan dari orang-orang yang telah di susupi pemikiran syetaniyah.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua,
mengekalkan Agama-Nya serta utusan-Nya,
memberi kesehatan kepada ulama pewaris Nabi
sehingga Islam tetap murni terjaga hingga akhir zaman, Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Share this:
Langganan:
Postingan (Atom)