Jumat, 27 November 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

Bukan sebuah kebetulan kalau Hukum Islam dinamakan Syari'ah,
yang berarti jalan.

Ini adalah jalan yang wajib dilalui semua umat Muslim , 
jika mereka ingin mati dalam keadaan diberkati.
Akan tetapi, bagi kebanyakan orang , perjalanan ini di jalan ini 
terbatas pada tataran aksi , pelaksanaan amal baik, dan iman akan 
keberadaan Tuhan.
Sedikit yang bersedia mengambil langkah lanjut untuk menemukan 
hakikat terdalam tentang siapa diri mereka dan membawa 
pengetahuan-diri itu hingga ke tujuannya.

Tasawuf , yang merupakan dimensi batin atau esoterik Islam ,
meski diawali dengan Syari'ah sebagai dasar kehidupan keagamaan,
berusaha untuk mengambil langkah lebih lanjut menuju 
Kebenaran Haqiqah, yang juga merupakan sumber Syari'ah.

Tasawuf , yang juga disebut Thariqah atau jalan spiritual, adalah
jalan yang telah ditetapkan secara Ilahiah untuk menyediakan jawaban
bagi pertanyaan puncak itu dan mengantarkan kita kepada Kebenaran
atau Haqiqah yang terkandung di dalam jawaban tersebut.

Syari'ah adalah garis tepi lingkaran yang jari-jari nya adalah Thuruq
(jamak dari Thariqat ) dan Pusatnya adalah Haqiqah atau Kebenaran ,
artinya Sumber dari Hukum dan Jalan itu sekaligus Pusat bagi seseorang
yang mengawali dari garis tepi lingkaran , berjalan menempuh salah satu
jari-jari , dan akhirnya sampai ke titik Pusat, yang juga merupakan 
pusat dirinya sendirinya.

Mencapai titik Pusat bukan hanya berarti berada dalam keadaan diberkati,
tetapi juga mencapai keadaan yang oleh berbagai mistisisme disebut 
sebagai penyatuan dengan Tuhan.

Nabi Muhammad Saw berkata, 
"Barangsiapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhan nya",
artinya pengetahuan diri akan mengantarkan pada pengetahuan 
tentang Tuhan.

Tasawuf memandang serius hadis ini dan
juga menempatkannya ke dalam amalan .
Ia memberikan di dalam semesta spiritual tradisi Islam , 
cahaya yang diperlukan untuk menerangi sudut gelap jiwa kita
dan kunci untuk membuka pintu ke relung-relung tersembunyi 
dari wujud kita , sehingga kita bisa berziarah ke dalam diri dan
mengenal diri kita sendiri, dan pengetahuan ini pada akhirnya
mengantarkan kepada pengetahuan tentang Tuhan, 
yang bersemayam di jantung/pusat/ diri kita.

Bukan hanya kita ini diciptakan oleh Tuhan , 
akar keberadaan kita disini dan pada saat ini pun 
ada di dalam Dia.

Ketika kita bersaksi akan Ketuhanan-Nya 
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat Al-Qur'an , 
"Bukankah Aku ini Tuhanmu", 
dunia dan segala yang ada di dalamnya masih belum dicipta.

Bahkan sekarang kita memiliki keberadaan pra-abadi kita 
di Hadirat Ilahi, dan kita telah membuat perjanjian kekal dengan Tuhan , 
yang tetap mengikat melampaui kesementaraan kehidupan duniawi kita
dan di luar bidang ruang dan waktu tempat kita sekarang 
menemukan diri kita sendiri.

SHN.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar