Minggu, 29 November 2015

Syirik, Jahiliyah dan Gerakan Anti Wasilah.

Syirik adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, pelaku nya disebut musyrik. Sejarah Islam mencatat orang-orang yang masih menyembah berhala, pohon dan sesuatu selain Allah digolongkan ke dalam perbuatan syirik. 
Maka kata-kata “Kaum Musyrikin” begitu popular saat itu, 
sebagai lawan kata dari kaum Muslimin, pengikuti Agama Muhammad SAW.

Orang yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah maka tempatnya di neraka, tidak ada ampunan bagi mereka. 
Apa yang saya tulis di atas adalah hal yang sudah lazim kita dengar, 
sejak kecil kita diajarkan hal tersebut. 
Secara awam sangat mudah kita membedakan antara Syirik dengan Tauhid, 
yang satu menyembah selain Allah sedangkan satu lagi menyembah Allah.

Dalam praktiknya sebelum kita mengucapkan kata syirik dengan membabi buta, 
apalagi menuduh orang diluar kita sebagai Musyrik,
 tentu ada baiknya kita bertanya dalam hati paling dalam, 
apakah kita sudah mengenal Allah yang kita sembah? 
Ataukah kita menyembah sesuatu yang telah disepakati sejak lahir, 
sosok di atas sana yang dinamai sebagai “Allah”, 
kemudian kita sembah ikut-ikutan, 
mengikuti tradisi ibadah yang diperkenalkan kepada kita.


Praktik ibadah ikut-ikutan ini kemudian kita sebut sebagai ber-Islam karena faktor lahir. Kebetulan kedua orang tua nya Islam, lahir di lingkungan Islam sehingga dia menjadi Islam. Ibadah diajarkan sejak akil baliq, shalat, puasa dan mengerjakan rukun Islam, 
kemudian menjadi Islam dia. 
Apakah pernah terpikir dalam hati apakah yang disembah siang malam ini benar-benar Tuhan Pemilik Bumi dan Langit? 
Ataukah Tuhan dalam keyakinan dan pikiran semata?

Ada hal yang kita lupakan, 
bahwa orang-orang Jahiliyah dulu itu mereka bukan tidak menyembah Allah, 
mereka semua meyakini bahwa 
Tuhan di atas sana yang berkuasa adalah Tuhan bernama Allah. Kata “Allah” itu
 bukan produk Islam, jauh sebelum Islam datang, 
di kalangan masyarakat Arab sudah dikenal Istilah Allah. 
Masyarakat jahiliyah tidak meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Allah, 
mereka lebih yakin utusan Allah atau penghubung mereka dengan Allah 
adalah patung-patung yang merupakan tokoh-tokoh penting mereka di masa lampau.

Penolakan mereka terhadap Muhammad sebagai utusan-Nya itu yang menyebabkan mereka tergolong orang-orang tidak selamat, 
sebagaimana makna hakiki dari Islam adalah “selamat”. 
Selamat sampai kehadirat Allah SWT dari dunia sampai ke akhirat kelak, 
ini yang tidak di dapat oleh orang-orang mursyrik di Arab di zaman Nabi.

Masyarakat jahiliyah sulit menerima sosok Muhammad sebagai utusan Allah, 
sebagai pembawa wasilah untuk mendekatkan manusia kepada Allah, 
mereka lebih menerima sosok yang telah ada secara turun temurun
 diyakini bisa menyampaikan mereka kepada Allah.
 (Tentang Wasilah sudah banyak saya tulis disini, anda bisa search kata “wasilah” www.sufimuda.net atau bisa di baca dua tulisan ini
 “Wasilah Cara Berjumpa dengan Allah dan Lebih Dalam Tentang Wasilah dan Mursyid)

Penolakan manusia sebagai wasilah kepada Allah itu 
bukan dimulai zaman Nabi Muhammad, 
jauh sebelumnya sejak awal penciptaan, 
Iblis sebagai pelopor anti wasilah pertama 
sejak Allah menciptakan alam dan se isinya, 
dengan tegas menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. 

Iblis melihat Adam sebagai sosok yang level nya jauh berada di bawahnya, 
baik dari sisi penciptaan, umur maupun ilmu. 

Para Malaikat melihat adam sebagai Tajalli Allah, 
wadah dari Nur Ilahi, 
jadi Malaikat tidak sujud kepada zahirnya Adam 
tapi sujud kepada rohani yang ada dalam diri adam 
yang tidak lain adalah Nur Allah sendiri. 
“Telah AKU ciptakan rupa nur-Ku sebagaimana rupa hamba-KU”

Setelah Adam, 
maka nur Allah tersebut kemudian diberikan kepada orang-orang pilihan, 
orang-orang yang dikehendaki-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nur 35, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. 
Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. 
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu

Iblis bukan saja menolak sujud kepada Adam, 
tapi juga tidak mengakui ada sebagai khalifah Allah di muka bumi,
 sebagai pemimpin seluruh ummat manusia. 

Iblis sepanjang zaman terus melancarkan propaganda terhadap utusan-utusan Allah, 
orang-orang pilihan yang diberikan Nur Allah, 
agar manusia jauh dari Allah. 

Iblis tentu saja tidak akan senang melihat utusan-Nya, 
maka sejarah memaparkan kepada kita pembunuhan terhadap utusan Allah 
sangat gencar di lakukan oleh orang-orang yang di bisikkan oleh Iblis. 
Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi Isa termasuk nabi-nabi yang terkena propaganda Iblis 
lewat manusia-manusia yang hatinya dirasuki Iblis.

Iblis juga membisikkan kepada masyarakat Jahiliyah untuk membunuh utusan Allah terakhir yaitu Muhammad SAW dengan berbagai cara,
namun Allah menyelamatkan kekasih-Nya dari usaha pembunuhan tersebut.

Islam kemudian berkembang dengan pesat, 
Namun propaganda Iblis tidak akan berhenti, terus dilakukan. 
Kalau dulu Iblis berusaha mempengaruhi orang untuk membunuh Nabi 
agar putus wasilah dengan Allah, 
dikemudian hari Iblis berusaha mempengaruhi orang-orang 
agar melarang berwasilah kepada Nabi dengan tujuan yang sama 
agar terputus hubungan dengan Allah.

Maka di akhir zaman ini muncul gerakan baru yang di mulai di Arab, 
gerakan yang memutuskan hubungan rohani antara ummat dengan Nabinya. 

Bagi mereka Nabi Muhammad ibarat tukang pos yang bertugas mengantarkan Al-Qur’an, setelah tukang pos meninggal dunia selesai semua, tidak ada hubungan sama sekali. 
Apapun bentuk wujud kecintaan ummat kepada Nabi 
dimasukkan kepada tindakan Bid’ah bahkan kafir. 

Merayakan ulang tahun Nabi dianggap bid’ah karena menurut mereka
 Nabi tidak pernah melakukannya, berdoa memohon syafaat di makam Nabi di sebut syirik/ menyekutukan Allah (berdoa kepada selain Allah), 
padahal orang yang menuduh tersebut kalau ditanya “Yang mana Allah?” 
mereka juga tidak tahu karena mereka hanya tahu nama saja 
tanpa mengenal sama sekali sosok dibalik nama. 
Kalau anda menuduh orang “Menduakan Allah” 
anda harus kenal terlebih dulu dengan Allah, 
kalau tidak kenal dari mana anda bisa memastikan 
bahwa tindakan itu menduakan-Nya?

Ibarat orang hanya kenal nama “Sukarno” sebagai presiden pertama RI, 
tidak pernah berjumpa dan tidak tahu yang mana sukarno, 
wajahnya pun mereka tidak tahu, 
namun sangat cinta membabi buta kepada sukarno. 
Tapi sayang beribu sayang mereka benar-benar tidak mengenal sama sekali 
dengan sukarno, 
mereka hanya mengandalkan cinta buta saja, 
mereka hanya tahu satu kalimat “Jangan menduakan Sukarno ya!”. 
Ketika orang-orang datang ziarah ke makam Bung Karno, 
orang-orang bodoh ini dengan lantang berkata,
 “Hai Kalian telah Menyekutukan Bung Karno, Menduakan Bung Karno!”.

Gerakan anti wasilah ini (tentu mengikuti tokoh pencetusnya yaitu Iblis), 
bukan saja berusaha memutuskan hubungan ummat dengan Nabi 
tapi juga memutuskan hubungan ummat dengan ulama 
karena Iblis tahu 
bahwa setelah Nabi tali penghubung ummat dengan Nabi adalah ulama, 
sebagai pewaris Nabi. 

Ulama mewarisi dua hal, Ilmu dan Amal. 

Ilmu berhubungan dengan apa yang bisa dipelajari secara akal 
sedangkan amal tidak lain adalah Nur Muhammad yang diwarisi oleh Nabi 
dan inilah warisan yang sangat berharga, 
dengan Nur Muhammad ini seluruh umat bisa berdialog dan ber bisik-bisik dengan Allah sebagaimana ummat di zaman Nabi Muhammad masih hidup. 

Iblis sangat paham tentang ini 
maka dia berusaha memutuskan hubungan langsung ini. 
Ibarat listrik, Iblis melalaikan manusia dengan kabel berwarna warni 
sementara listriknya telah terputus tanpa arus sama sekali.

Zaman boleh berubah, 
musim boleh berganti namun pada hakikatnya dunia ini tetap sama. 

Kalau zaman zahiliyah dulu Iblis berusaha membunuh Zahir Muhammad 
lewat tangan masyarakat zahiliyah, 
di akhir zaman ini Iblis berusaha membunuh Bathin Muhammad 
lewat pemikiran masyarakat zahiliyah modern
 kebetulan muncul dari tempat yang sama yaitu Arab. 

Ajaran Islam tetap terjaga dan berkembang ke seluruh dunia, 
di saat yang sama paham Iblis lewat gerakan anti wasilah 
untuk memutuskan ummat kepada sumber utama agama yaitu Rasul tetap berjalan, keduanya saling berebut peran. 

Setelah 1300 tahun Islam dengan wasilah kepada Nabi itu aman dan damai di Arab, 
100 tahun belakang tergeser oleh paham yang berseberangan, 
semoga akan kembali lagi seperti semula.

Menutup tulisan ini, 
mari kita memperbanyak membaca dan mengamalkan “A’uzu Billahi Minashaitanir Rajim”, agar kita semua terlindung dari godaan Syetan beserta bala tentaranya 
dan terlindungan dari orang-orang yang telah di susupi pemikiran syetaniyah.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua, 
mengekalkan Agama-Nya serta utusan-Nya, 
memberi kesehatan kepada ulama pewaris Nabi 
sehingga Islam tetap murni terjaga hingga akhir zaman, Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Share this:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar