Sabtu, 28 November 2015

MEREGUK SARI TASAWUF

TAFSIR SURAH AL-FATIHAH.

Tasawuf memandang semua tindakan ibadah Islam 
dari sudut pandang aktualisasi penghambaan sempurna,
yang membuka kemungkinan kita untuk menyadari 
- melalui iman, ibadah, dan amalan spiritual 
  yang membawa kepada pemahaman intelektual dan mencerahkan -
siapa diri kita sebenarnya, dan siapakah Allah .

Seluruh tindakan peribadatan adalah untuk tujuan mengingat Allah 
dan mendekatkan diri kepada-Nya , atau lebih tepat lagi , 
menyadari kedekatan dan keintiman yang sudah ada ini ,
karena seperti apa yang dikatakan Al-Qur'an ,

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada-Mu tentang Aku,
  maka jawablah , bahwasanya Aku adalah dekat ". 
  (Q.S. Al-Baqarah (2);186

Tak ada yang lebih jelas menunjukkan pandangan Sufi tentang ibadah ini,
yang menggiring pada pengetahuan diri dan pengetahuan tentang Tuhan
digabungkan dengan cinta dan kesetiaan , daripada dalam tafsir para Sufi
tentang surah al-Fatihah, yang dibaca berulang-ulang 
dalam setiap sholat wajib harian yang ditunaikan kaum Muslim , 
lima kali sehari sepanjang hidup mereka  semenjak mencapai usia baligh.

Tafsir-tafsir itu telah ditulis oleh banyak guru spiritual sepanjang zaman
hingga hari ini.

Teks surah tersebut , yang merupakan surah pertama dari Al-Qur'an,
adalah sebagai berikut :

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Segala puji  bagi Allah , Tuhan semesta alam,
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
Yang Menguasai Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami  sembah , 
dan hanya kepada Engkau lah kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami di jalan yang lurus.
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka
bukan (jalan) mereka yang dimurkai 
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
                                             -Q.S. Al-Fatihah (1) 1-7.

Mari kita coba mempelajari surah ini dari sudut pandang makna ibadah 
dalam kaitannya dengan keadaan manusia.
Namun sebelum melakukan itu , penting untuk menyebutkan bahwa 
setiap kata dan huruf Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang asli 
bukan hanya memiliki makna lahiriah melainkan juga 
memiliki makna batiniah, termasuk simbolisme numerik, 
mirip dengan apa yang dapat ditemukan dalam gematria 
yang terkait dengan Kabbalah dan Hasidisme.
Selain itu, Al-Qur'an memiliki banyak tingkatan 
(tujuh, menurut sebagian orang) makna batin, 
yang tertinggi diantaranya , menurut para Sufi , hanya diketahui Allah.

Komentar Sufi , yang disebut Ta'wil  yaitu, hermeneutika spiritual,
bukanlah makna yang dibuat oleh manusia melainkan pemaparan makna
yang sudah terkandung di dalam Teks Suci itu, tetapi tersembunyi 
dari mata lahiriah.

Kata Ta'wil berarti membawa sesuatu kembali ke asalnya , dan 
sebenarnya hermeneutika spiritual , dalam menyingkapkan makna batin.
Teks suci, juga membawa nya kembali ke asalnya, 
karena manifestasi menyiratkan perjalanan dari dalam ke luar 
sehingga berbicara secara metafisika yang batin dan yang asali itu 
pada akhirnya adalah realitas yang sama.

Kembali ke Al-Fatihah, saya akan memberikan sebuah tafsir berdasarkan 
satu aspek realitas batin dari teks yang berkaitan dengan pertanyaan 
tentang apa artinya menjadi manusia  dan, tentu saja , tidak menjawab 
semua aspek makna batinnya (yang mengenai itu para Sufi sepanjang 
zaman telah menuliskan banyak tafsir , sebahagian di antaranya 
sepanjang sebuah buku).
Seperti semua surah di dalam Al-Qur'an kecuali surah At-Taubah, 
Al-Fatihah diawali dengan Bismillah al-Rahman-Ar-Rahim
"Dengan menyebut nama Allah 
 Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".

Nah, Allah memeliki banyak Nama, 
tetapi kedua nama itu al-Rahman dan al-Rahim , 
Maha Pemurah dan Maha Penyayang, 
merupakan pintu-pintu yang melaluinya wahyu Al-Qur'an dicurahkan 
sebagai bimbingan bagi manusia.

Al-Rahman yang merupakan nama dari Zat Ilahi, 
juga merupakan Nama Tuhan yang diasosiasikan kaum Sufi 
dengan pengadaan kosmos itu sendiri.
Mereka percaya bahwa Allah meniupkan Kebaikan-Nya , yang juga
merupakan Rahmat , atas  arketipe laten yang berdiam di dalam
Akal Ilahi dan Pengetahuan Ilahi dan bahwa melalui "Napas Al-Rahman"
(nafas al-Rahman) ini dunia menjadi ada.
Oleh karena itu, sekiranya bukan karena Kebaikan dan Rahmat Allah
yang tak terbatas , tidak sesuatupun yang akan ada, termasuk kita, 
dan tidak pula akan ada sebuah wahyu untuk membimbing kita keluar
dari labirin ego dan psike kita menuju pengetahuan -diri utuh 
yang mengantarkan kepada pengetahuan tentang Tuhan dan ciptaan-Nya
serta pembebasan akhir kita dari semua keterbatasan.

Pernyataan basmalah tidak hanya memberkati Teks Sufi itu, 
tetapi juga meletakkan dasar yang dibutuhkan secara metafisik 
bagi turunnya wahyu dan penerimaannya.


@SHN.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar