Sabtu, 28 November 2015

MEREGUK SARI TASAWUF.

LALU SIAPAKAH KITA ?

Akhirnya kita sampai kepada tubuh , 
yang dalam kebanyakan mazhab mistikal di Barat 
dipandang pada dasarnya sebagai penghalang kebebasan jiwa.
Tentu saja aspek tubuh ini adalah nyata  
tetapi aspek lain juga sangat penting dan 
sangat ditekankan oleh banyak mazhab Tasawuf.

Pertama, kita memiliki lebih dari satu tubuh.
Kita memiliki tingkatan-tingkatan tubuh halus di dalam diri kita
yang bersesuaian dengan semua tingkatan realitas kosmik 
yang naik menuju Tuhan.
Tasawuf memungkinkan kesadaran akan tubuh-tubuh yang lain ini
dan menjelaskan peran mereka dalam kehidupan spiritual.

Kedua, ketika sukma dan psike menjadi tercerahkan oleh ruh dan 
"Aku" sejati mulai menyorotkan cahayanya pada individual,
tubuh juga menjadi ditransformasi oleh pencerahan batin ini 
dan bahkan sering menjadi tercerahkan pula.

Kita hanya perlu mengingat dalam konteks Kristen lingkaran halo 
dalam ikonografi orang kudus dan sifat tak terusakkan 
dari tubuh mereka ; hubungan yang baru dan pada saat yang sama 
bersifat purba di antara ruh, sukma, dan tubuh terbangun di dalamnya.

Dalam Tasawuf , tubuh menjadi sumber lahiriah dari barakah , 
atau rahmat, dalam kasus laki-laki dan perempuan 
yang telah menyadari siapa diri mereka sebenarnya.
Tubuh juga menjadi bentuk luaran yang nyata dan konkret 
yang memelihara dan mencerminkan ruh di dalamnya .
Tubuh menjadi kuil bagi ruh.

Maka untuk pertanyaan "siapakah aku?" , kita ujung-ujungnya 
bisa menjawab bahwa kita adalah arketipe laten yang tertanam 
di dalam Realitas Ilahi, yang merupakan akar utama dari setiap "Aku",
dan bahwa melalui arketipe yang telah diadakan oleh Tuhan itu,
kita memiliki keberadaan di dalam seluruh ranah wujud , 
dari yang spiritual hingga yang fisikal, 
secara mikrokosmik dan juga makrokosmik .

Kita dihadirkan ke dalam dunia ini, 
dalam rangka menyadari siapa diri kita 
dan setelah menyadari kenyataan itu,
hidup sesuai dengannya selama berada di bumi.
Tapi , 
penemuan diri ini tidak mungkin tanpa pencerahan batin,
pengimbang subjektif bagi pewahyuan objektif
(yang biasanya kepadanyalah bergantung hal yang disebutkan terdahulu,
  meski sesekali ada kekecualian yang justru menguatkan aturan itu).

Dalam tradisi Islam , 
Tasawuflah yang terutama menjawab pertanyaan eksistensial dasar
tentang siapakah kita dan melalui jawaban ini memberikan panduan
bagi kehidupan yang penuh kebahagian spiritual, ditandai oleh cahaya
dan yang pada akhirnya mengantarkan kepada pembebasan 
dari kekangan semua batasan.

@SHN.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar