Minggu, 29 November 2015

MEREGUK SARI TASAWUF

MENJADI SESEORANG : TIDAK MENJADI SIAPA-SIAPA.

Namun secara paradoks, 
menjadi seseorang secara spiritual 
pada akhirnya juga berarti tidak menjadi siapa-siapa.
Hal ini melampaui semua partikularitas dan 
mewujudkan Diri di dalam semua diri, 
tidak untuk menjadi orang ini atau orang itu
tetapi menjadi orang semata, 
yang juga berarti menjadi cermin Ilahi yang sempurna.

Kembali kepada simbol matahari, 
itu juga berarti menerobos dengan cahaya akal 
semua tabir dualitas dan keberadaan untuk kembali 
ke Matahari Diri,  yang merupakan  asal dari semua diri
dan sumber dari akal yang bersinar di dalam diri orang-orang
yang telah merealisasikan keadaan kehambaan yang sempurna.

Dalam terang kepulangan kepada Diri itulah banyak Sufi berbicara,
sering dalam bahasa ekstatik , tentang kepergian melampaui 
nama, warna dan ras, negeri, dan bahkan aspek formal dari agama,
melampaui iman dan kekafiran, untuk menjadi siapa-siapa 
namun sekaligus menjadi seseorang ...
dalam pengertian tertinggi dari istilah itu.

Sebuah soneta(ghazal) yang dinisbahkan kepada 
salah satu guru Sufi termasyhur, 
yang tetap seseorang yang sangat penting 
bahkan hingga hari ini namun sekaligus bukan siapa-siapa, 
mengekspresikan kenyataan keadaan akhir dari menjadi manusia ini,
keadaan merealisasikan kesatuan melampaui semua dualitas,
realitas Tak Berbentuk yang melampaui semua pembedaan formal :

Apa yang harus dilakukan , Hai kaum Muslim, 
karena aku tak mengenal diriku sendiri,
Aku bukan Kristen, bukan pula Yahudi, bukan Majusi maupun Islam.
Aku bukan di Timur maupun di Barat, bukan di darat, maupun di laut;
Bukan pula dari alam,  maupun dari langit yang berputar di atas.
Aku bukan yang terbuat dari tanah atau air, bukan dari angin atau api;
Bukan pula dari Arasy Ilahi maupun dari lantai berpermadani,
Bukan dari jagad raya, bukan pula dari mineral.
Aku bukan dari India, dan Cina, atau Bulagaria , atau Turkistan;
Aku bukan dari kerajaan kedua Irak,bukan pula dari bumi Khorasan
Bukan dari dunia ini maupun yang berikutnya,
Bukan dari surga maupun neraka;
Bukan dari Adam dan Hawa maupun dari Eden , 
atau firdaus atau penjaganya.
Tempatku tiada bertempat, tandaku tiada tanda;
Bukan tubuh maupun jiwa karena aku sendirilah sang Tercinta.

                                                       -Rumi, Diwan-i Syams-i Tabrizi.

Menjadi manusia dalam pengertian sepenuhnya berarti 
menjadi mampu mewujudkan Kebenaran dan 
sepenuhnya terbenam dalam cahayanya.

Hal ini berarti tertarik dengan sangat kuat 
ke dalam hati sanubari sang Tercinta 
sehingga ia dapat berkata seperti Rumi,
aku bukan lagi tubuh maupun jiwa ini, 
melainkan telah "menjadi"sang Tercinta.

Dan sang Tercinta ini adalah yang Hidup secara kekal,
yang di dalam Kehidupan miliknya saja 
kita dapat menemukan kehidupan kekal
dan kebahagian melampaui gerbang kematian ego 
dan pembinasaan semua yang memisahkan kita
dari Realitas transenden dan imanen,
yang juga merupakan Diri kita sendiri,
pusat sesungguhnya dari wujud kita.

Sesungguhnya aku adalah sesuatu yang menakjubkan
Bagi dia yang melihatku ;
Aku adalah sang Pencinta dan yang Dicinta,
Tiada yang kedua.
Lapisan matamu menyembunyikan nya.
Kembalilah pada dirimu sendiri, perhatikanlah ;
Tak ada sesuatu pun kecuali engkau,
Semua kebaikan, semua pengetahuan memancar darimu;
Di dalam dirimulah segala Rahasia.

                                        -Ali Syusytari.

#SHN.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar