TAFSIR SURAH AL-FATIHAH.
Berdiri di hadapan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang menguasai ruang dan waktu ,
yang disembah laki-laki dan perempuan ,
dan yang pertolongannya mereka dambakan ,
apakah yang diminta sang hamba dari Tuhan itu ?
Petunjuk kepada jalan yang lurus.
Tiga ayat terakhir dalam Al-Fatihah berisi ringkasan dari doktrin
lengkap tentang keselamatan manusia dan situasi keberadaan kita
vis-a-vis kenyataan Keberadaan Universal Ayat-ayat ini menyebutkan
tiga kemungkinan :
jalan yang lurus, yaitu jalan
"orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka";
jalan
"mereka yang dimurkai";
dan jalan
"mereka yang sesat"
Dalam hubungannya dengan Realitas Ilahi ,
yang transenden sekaligus imanen
pada pusat dari wujud kita sebagai Diri,
hanya ada tiga jalan yang bisa diikuti .
Yang pertama adalah berjalan menanjak ke arah Realitas itu,
Yang kedua adalah turun menjauhi dari-Nya , dan
Yang ketiga adalah tidak naik tidak turun
tetapi mendatar, menyamping, secara spiritual tidak mendekat
atau menjauh dalam hubungannya dengan poros vertikal dari eksistensi.
Situasi eksistensial kita bisa lebih lanjut dijelaskan
dengan menggunakan simbolis geometris .
Kita terletak pada titik temu antara sumbu vertikal dan horizontal
dari sebuah tanda salib .
Kita memiliki pilihan
untuk menaiki sumbu vertikal dan berada di antara
"orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka", atau
turun pada poros yang sama ke keadaan yang lebih rendah
menjadi satu di antara "orang-orang yang dimurkai".
Terakhir , kita dapat berkelana di sepanjang garis horizontal
tanda salib itu di antara "orang-orang yang sesat".
Secara eskatologis ,
ketiga kemungkinan ini bersesuaian dari perspektif tertentu
dengan keadaan paradisal , infernal, dan purgatorial
(penebusan dosa).
Meski salib adalah simbol yang dipandang umat Islam
bukan dalam pengertian Kristen, karena Islam tidak menyamakan
salib dengan kematian Kristus,
namun dalam ajaran-ajaran esoterik Islam , baik Sunni maupun Syi'ah,
terdapat sebuah doktrin rumit tentang makna metafisikal dari simbol ini
dan kaitannya dengan realitas Manusia Universal , yang akan dibahas
dalam waktu dekat.
Singkatnya, pemahaman Sufi tentang makna batin Al-Fatihah
meyingkapkan situasi eksistensial ini , yang simbolisme spasialnya
adalah salib , tentang manusia saat berdiri di hadapan Allah.
Setiap Muslim percaya pada arti penting jalan yang lurus
(al-shirat al-mustaqim), dan Islam itu sendiri kadang disebut sebagai
agama jalan yang lurus.
Gambaran dan simbol Qur'ani yang mendasar ini memiliki banyak aspek
dan beragam arti.
Sepanjang menyangkut jalan kehidupan , kaum Sufi bertanya
apakah jalan yang lurus itu, dan ketika diberi tahu bahwa itu adalah
jalan yang mengarah kepada Allah, mereka berusaha mengikutinya
sampai akhir selagi masih dalam kehidupan saat ini.
Mereka ingin mendaki sumbu vertikal salib itu, seperti tangga Ya'kub,
menuju Surga di sini dan sekarang.
Bagi Tasawuf , "jalan yang lurus" itu adalah Thariqah
atau jalan Sufi itu sendiri , yang diawali dengan Syari'ah
atau Hukum Ilahi.
Inilah jalan untuk kembali ke Sumber atau Haqiqah,
yang telah kita bicarakan di atas .
Bagi mereka , "jalan yang lurus" adalah juga jalan pendakian.
Mengulang Al-Fatihah setidak-tidaknya tujuh belas kali sehari-hari
dalam sholat wajib harian digabungkan dengan gerakan
dan ucapan-ucapan lain yang melengkapi maknanya dan
menjadi sadar akan arti batinnya, yang beberapa diantaranya
telah dijelaskan di sini, sama artinya dengan
mewujudkan penghambaan yang benar di hadapan Allah .
Bagi kaum Sufi ini berarti mewujudkan apa artinya
menjadi manusia yang sebenar-benarnya .
Dengan bantuan Al-Qur'an ,
yang memainkan peran sangat sentral dalam seluruh Islam
termasuk Tasawuf, orang dengan penglihatan batin
mulai menyadari arti penting menjadi hamba Allah,
yang akhirnya mengarah pada realisasi
ketiadaan kita di hadapan Dia (fana')
dan keberadaan kita di dalam-Nya (baqa').
Dengan cara ini manusia menjadi sadar akan cita-cita
yang padanya dia harus mendedikasikan seluruh kehidupannya.
@SHN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar