Sabtu, 28 November 2015

TIDAK SEMUA PERTANYAAN MU HARUS KU JAWAB…

Imam syafii berkata, 
“Kalau engkau menjumpai ada orang yg menjawab semua pertanyaan yg diajukan 
maka yakinlah itu adalah orang bodoh“. 

Imam Syafi’I juga menceritakan bahwa Imam malik ketika diajukan 50 pertanyaan tentang agama, beliau hanya menjawab 10 pertanyaan selebihnya 
Beliau menjawab dengan “Saya tidak tahu”.

Menarik untuk ditelaah, 
ulama sekelas Imam Syafi’I yang luas pengetahuan agamanya dan 
pendiri sebuah mazhab yang besar pengikutnya mengatakan seperti itu. 

Saya mencoba menafsirkan apa yang beliau sampaikan, 
tentu saja ini bukan tafsiran yang paling benar.

 “Kalau engkau menjumpai ada orang yg menjawab semua pertanyaan yg diajukan 
maka yakinlah itu adalah orang bodoh” 
bukan berarti Imam Syafi’I melarang seseorang menjawab pertanyaan orang lain. 

Beliau menyampaikan nasehat agar kita berhati-hati 
dalam menyampaikan jawaban terutama persoalan agama.

Di zaman sekarang orang sangat mudah menafsirkan agama, 
menjawab pertanyaan-pertanyaan orang dengan dalil al-Qur’an dan Hadist 
tapi dengan penafsiran dia sendiri tanpa merujuk pendapat para pendahulu dan 
dia meyakini itu sebagai kebenaran tunggal. 

Di TV misalnya ketika membahas tentang agama, 
seorang ustad dengan gampang menjawab pertanyaan orang tanpa berfikir sejenak dan adakalanya jawaban yang diberikan salah.

Ucapan Imam Syafi’I itu sebagai nasehat kepada kita 
untuk tidak selalu harus tampil sebagai orang pintar agar mendapat pujian orang. 

Kita harus terbiasa rendah hati, di saat tertentu harus berani menjawab, 
“Saya Tidak Tahu” terhadap pertanyaan yang kita sendiri ragu 
dengan jawaban yang akan diberikan.

Mengikuti akhlak Imam Malik yang pengetahuan tentang agama tidak diragukan lagi, Beliau terbiasa dengan jawaban “Saya Tidak Tahu” dan 
Beliau nyaman dengan jawaban tersebut. 

Bisa jadi pertanyaan yang diajukan kepada Imam Malik 
adalah hal-hal yang berhubungan dengan hakikat yang Beliau sendiri 
tidak berani menjawabnya, khawatir jawaban Beliau salah.

Di dalam Tarekat, 
seorang murid di ajarkan untuk bertanya dalam hati terhadap apa yang tidak diketahui, kemudian dia berdzikir memohon jawaban dari Allah SWT. 

Biasanya akan nada jawaban, baik berupa bisikan, 
langsung dari Gurunya atau dari orang lain. 
Itulah jawaban yang sebenarnya dia perlukan.
 Sering kali kita bertanya tentang sesuatu yang tidak kita perlukan.

Di awal saya berguru, 
sebagai orang yang telah terbiasa dengan syariat dan sangat awam tentang tarekat, 
banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam kepala saya. 
Saya menganggap orang tarekat itu adalah orang bodoh yang tidak paham tentang agama, minim dalil-dalil dan tidak berfikir kritis. 
Lama hati saya bombing, antara meneruskan berguru atau keluar dari tarekat. 

Syukur Alhamdulillah, karunia dari Allah SWT membuka hijab yang paling halus 
dalam diri saya yaitu hijab ilmu, merasa pandai tetapi sebenarnya bodoh.

Di awal berguru, 
banyak pertanyaan yang saya ajukan langsung kepada Guru, 
Beliau hanya menjawab sedikit, selebihnya Beliau menjawab, “Saya Tidak Tahu”. 

Saya tersadar bahwa cara saya berguru salah adalah 
ketika Beliau menjawab pertanyaan salah murid nya,
dengan mengutip ucapan dari Imam al-Ghazali, 

“Tidak semua pertanyaanmu harus ku jawab, biarlah engkau akan tahu sendiri”. 
( Sufi Muda )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar