Selasa, 24 November 2015

JENJANG-JENJANG RUHANI

Pembicara: Ust. Rusli Malik

Mengapa ada jenjang-jenjang ruhani?
Karena manusia sebenarnya adalah makhluk ruhani (makhluk langit), 
yang ditempatkan di bumi (dunia). 
Maka ia perlu menempuh jenjang-jenjang ruhani 
untuk kembali menjadi (mencapai) makhluk ruhani.

Lalu, mengapa manusia ditempatkan di bumi? 
Tuhan berkata, “Untuk mengetahui siapa yang baik (ahsan)”.

#

Makhluk ruhani itu berkasih sayang, 
tidak ada batas-batas ruang dan waktu (sempadan-sempadan). 
Sedangkan makhluk bumi bermusuh-musuhan.

Hasrat-hasrat manusia tidak terbatas, unlimited. 
Sedangkan bumi ini sifatnya terbatas, limited. 
Untuk memenuhi sesuatu yang unlimited di bumi yang serba limited, 
maka terjadilah peperangan.

Tempat yang benar untuk memenuhi semua hasrat yang unlimited itu adalah di surga nanti.

Lalu, haruskah hasrat-hasrat di dunia ini ditekan? 
Tidak. Tapi harus dipindahkan (dialihkan) ke langit.
Kebahagiaan sifatnya unlimited, tempatnya di batin (surga, ruhani).
Kesenangan tempatnya di tubuh (panca indera).

Berkata.. bahagianya kalau bisa punya mobil, ini salah. 
Kalau kita punya mobil, kita gak kan kehujanan, kepanasan, ini baru benar.

Mengapa Ibrahim bahagia beristrikan Hajar, seorang budak hitam.
Karena ia tahu “isi” Hajar, jiwanya, ruhnya.

#

Logika tauhid: Semua kita tidak ada, yang ada hanya Tuhan. 
Manusia, bumi, dan semuanya, tidak ada.
Kita selama ini dimanjakan oleh ilusi-ilusi panca indera kita. 
Bumi ini sesungguhnya tidak ada. 
Kita ini sesungguhnya tidak ada.

Logika filsafat, Immanuel Kant: 
Segala yang ada tapi tidak ada, adalah fenomena. 
Segala sesuatu di belakang yang ada, adalah nomena.

Ilustrasi: 
Ombak adalah fenomena, karena adanya air yang didorong angin (nomena). 
Kalau air ini diam, ombak itu gak akan ada.

Apa dong yang real itu? 
Yang real satu-satunya adalah Allah. 
Laa ilaaha illallah, tidak ada Tuhan selain Allah. 
Tidak ada yang ada selain Allah. 
Segala sesuatu selain Allah adalah fenomena untuk mengenal Allah.

Segala sesuatu adalah tidak ada. 
Ombak tidak ada, yang ada air. 
Air tidak ada, yang ada atom H dan O. 
Atom H & O tidak ada, 
yang ada elektron + proton yang bergerak, dst. 
Semua tidak ada kecuali Tuhan, Allah.

Maka, doa, “Allahumma anta salaam, wa minka salaam.. ”, “
Semua kembali, dari dan kepada Allah saja.. ”
 Semua adalah fenomena, yang hakikatnya tidak ada.

Nobel Fisika 2007/2006 membuktikan bahwa Big Bang itu ada. 
Bahwa dunia itu dulunya tidak ada, 
kemudian menjadi ada, 
dan akan menjadi tidak ada lagi.

Matematisnya, yang ada itu (+), yang tidak ada itu (-). 
Penjumlahan yang ada (+) dengan yang tidak ada (-), 
sama dengan tidak ada.

Apakah lantas kita harus berusaha sekeras mungkin dalam hidup ini? 
Ya, jelas. 
Jenjang ruhani dapat dilihat dari kehidupannya. 
Seberapa besar kualitas ruhaninya, 
akan tercermin dari sikap hidupnya terhadap sesama.
Untuk bermanfaat di dunia ini, kita harus punya alat. 
Usaha keras untuk menguasai alat/dunia ini, 
ujungnya/tujuannya untuk mencapai jenjang ruhani.

Dunia dan isinya ini adalah alat untuk mencapai kebahagiaan. 
Logikanya, jika modernitas meningkat, maka tingkat kebahagiaan semakin tinggi. 
Dan sebaliknya, semakin kuno, tingkat kebahagiaan semakin rendah. 
Kenyataannya, 
orang di zaman Nabi Adam, Nabi Nuh, dan zaman sekarang ada yang bahagia.

Di Amerika setiap 7 menit ada 1 kasus bunuh diri. 
Kalau kita lihat Amerika dengan segala kemajuannya, 
mengapa orang tidak bahagia hingga bunuh diri. 
Karena letak kebahagiaan itu bukan pada dunia (alat, red.).

Dalam Islam, manusia satu entitas dengan alam. 
Dalam Islam, tidak ada pemisahan alam, manusia dan Tuhan.

#

Banjir bukan dari Tuhan, tapi karena manusia bikin mampet jalan air. 
Ini adalah karena manusia tidak jujur pada alam, maka alam menghukum kita.

^Secara fisik, manusia adalah mikrokosmos dalam makrokosmos alam semesta ini. 
Karena semua unsur-unsur alam ini terkandung dalam diri manusia.

Untuk 1 biji buah, lahirlah 1 batang pohon; untuk 1 batang pohon lahir buah. 
Semua esensi sebuah pohon ada di dalam 1 biji buah. 
Begitupun manusia, merupakan mikrokosmos dari makrokosmos.

^Secara ruhani, manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.

Manusia adalah makhluk ruhani yang berada di dunia (alam fisik).

# Bila masih menjadikan bumi sebagai tujuan,
 inilah keadaan yang sering disebut dunia menjadi penghalang.

# Bila sudah mampu menjadikan bumi itu sebagai alat, 
sebesar apapun alat itu tidak akan menjadi beban. 

Pada tahap ini manusia itu sudah mampu menjadi makhluk ruhani.

Manusia menjadi makhluk ruhani 
ketika ia mampu menjadikan bumi ini sebagai alat untuk sampai kepada Allah.

Ilustrasinya.. 
Kursi kayu kecil, dipikul, jadi berat. 
Tangga, alat untuk naik (alat untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi), diinjak, jadi ringan.

Tingkat kebahagiaan berbeda-beda untuk setiap jenjang. 
Semakin tinggi jenjang, semakin tinggi kebahagiaan.
Seperti mendekati ke pusat cahaya. 
Semakin dekat pada cahaya, semakin terang, 
semakin tenang (muthmainnah), semakin bahagia. 
Semakin dekat dengan cahaya, semakin hilang takut dan sedih.

Dalam al Quran, laa ta khaaf dan laa tahzan, 
jangan pernah takut dan jangan bersedih, 
karena ketika kamu beriman, kamu berada di tempat yang tinggi. 
Kalau kamu benar-benar beriman, kamu akan berani.

Ibrahim, jejang ruhani tinggi, 
sampai pada tahap disuruh menyembelih anaknya pun 
tetap berani, tidak takut, tidak sedih.

Seberapa besar intensitas cahaya kebahagiaan, 
tergantung pada kedekatan dengan sumber cahaya. 
Kebahagiaan tergantung pada jauh dekatnya pada sumber cahaya tsb.

Kebahagiaan adalah al muthmainnah = ketenangan jiwa.

Nanam jagung, puncaknya 3 bulan, setelah diambil buahnya, layu, mati, 
diganti generasi baru. 
Begitu juga yang terjadi pada ombak, begitu juga yang terjadi pada manusia.

Dalam al Quran, kisah ashabul kahfi, pemuda yang tertidur dalam goa selama 300 tahun. Pelajaran dari kisah pemuda al kahfi.
 Mengapa dibuat perumpamaan seperti itu oleh Tuhan? 
Untuk memberi pengertian, 
bahwa semua yang ada di dunia ini berganti. 
Begitulah kehidupan kita.

Mengapa Tuhan memberi umur kepada manusia tidak panjang dan tidak pendek?
Karena Tuhan beri umur kepada manusia itu sesuai kesanggupan/kekuatan biologisnya. Setiap makhluk ini ada ajalnya. 
Misal, pisang 1 kali berbuah, mati; manusia 70-80 tahun, lalu meninggal. 
Kalau lebih dari 100 tahun, mau berbuat sesuatu, badan sudah uzur, 
sudah tidak kuat, fisik sudah lemah.

Apakah manusia bisa menjadi benar-benar makhluk langit? 
Sedang manusia punya nafsu, dll. 
Materi-materi tidak kompatible dengan keinginan kita.

Analoginya seperti orang belajar silat, 
apa mungkin saya bisa menghancurkan batu seperti itu. 
Jawabannya, bisa. 
Meski sepertinya sangat tidak mungkin. 
Maka inipun jawabannya, bisa.

Keinginan itu bukan untuk dihilangkan, tapi untuk diwujudkan.

Kalau Tuhan bicara tentang surga, maka selalu bicara tentang hawa nafsu. 
Tuhan berkata, tempatnya hawa nafsu itu adalah di surga, bukan di dunia. 
Kalau di dunia kita mengagungkan nafsu, tertipulah.

Dalam tasawuf ada konsep riyadhah (=latihan?) dan mujahadah.

Spiritualisme.
Spirit = ruh, jiwa, semangat.
Manusia memiliki unsur jasmani dan ruhani. 
Ruhani yang dimaksud adalah ruh Tuhan yang ditiupkan ke badan manusia.

Kata ruh, disandarkan langsung kepada Tuhan.
Sehingga Tuhan selalu berkata, “min ruuhi..”, artinya “dengan ruh-Ku..”

Spiritualitas tanpa bicara agama, tidak bisa. 
Di mana logikanya..?

Kalau kita sudah menganggap segala sesuatu di luar diri kita ini tidak ada, 
maka tidak akan ada kekecewaan, apapun yang terjadi, apapun kenyataannya.

Adanya kita karena Allah. 
Mengapa kita harus kecewa pada apa yang tidak ada.
Orang mukmin itu bertawakalnya hanya kepada Allah. 
Bukan kepada benda-benda. 
So, orang mukmin tidak pernah kecewa.

Ismail disuruh disembelih, tidak kecewa.
Ibrahim disuruh menyembelih, tidak kecewa. 
Karena keduanya bergantung kepada Allah. 
Ibrahim tidak bergantung pada anaknya. 
Ismail tidak bergantung pada ayahnya.

Q : Apakah jodoh, rezeki, ajal bisa diubah?

A : Rezeki ada 
(1) rezeki yang sudah disiapkan, merupakan kebutuhan-kebutuhan dasar, 
misal ketika lahir sudah disiapkan paru-paru untuk bernapas 
(2) rezeki yang ditetapkan banyaknya tergantung usaha kita (ikhtiari), 
misal kita diberi tanah, air, ditanami, 
hasilnya tergantung berapa banyak usaha kita menanam.

Sudah bekerja keras, tapi masih dapatnya sedikit, 
mereka yang enak-enak, dapatnya banyak. 
Mengapa? 
Pasti telah terjadi distorsi, bisa pada sistem, dlsb. 
Makanya umat Islam tidak cukup hanya belajar ngaji. 
Pelajari sistem, dll, konspirasi dunia, dll.

Fenomena-fenomena yang ada adalah pelajaran-pelajaran untuk kita. 
Penilaian-penilaian benar-salah tetap perlu ada, 
untuk mencapai (sebagai tangga) menuju jenjang-jenjang ruhani.

Akhirat adalah garis kontinuitas dari dunia.
Dunia – materi – akan musnah.
Akhirat – nonmateri – abadi - dari Allah.
Segala yang nonmateri bertumpu langsung kepada Allah.
Akhirat tidak ada (belum ada) sebelum dunia tidak ada.

Pengetahuan Tuhan itu immaterial, tidak terikat ruang dan waktu.
Ketika sesuatu belum terjadi, Tuhan sudah tahu. 
Sesuatu belum terjadi tapi di mata Tuhan sudah selesai.

Di mata manusia, 
untuk mengetahui sesuatu, harus menunggu sesuatu itu terjadi/selesai.
Tuhan telah tahu apa yang akan terjadi, 
tapi persoalan ujung/akhir bukan ditentukan oleh Tuhan.

Tuhan tahu iblis akan membangkang, 
tapi bukan Tuhan yang membuat keputusan akhir. 
Adalah kehendak iblis sendiri untuk membangkang.

Kalau Tuhan yang menetapkan akhir sesuatu, 
maka dimana letak logikanya, 
malah akan menciptakan fatalistik. ↗

Apakah Adam ada? 
Pasti ada. 
Apakah Adam manusia pertama? 
Penelitian genetis termodern: 
manusia mengarah pada asal yang satu.
 Soal beda-beda, itu masalah diaspora (penyebaran).

Apakah neraka sudah ada sebelum Adam dicipta?
Dalam ayat Quran, 
"Neraka baru dinyalakan setelah hari akhir.”

Dengan kata lain, neraka itu dibuat oleh manusia itu sendiri.
So, ketika manusia masuk neraka, 
disambut dengan keheranan oleh penjaga neraka, 

“Mengapa kalian masuk neraka..? 
 Bukankah telah ada Rasul yang datang kepada kalian.”

Surga sudah ada sejak sekarang, 
makanya setiap orang masuk surga disambut dengan “salamun 'alaikum”. (? red.)

#

Rekomendasi buku: “Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed”, oleh Jared Diamond.
Bercerita tentang perjalanan peradaban-peradaban di dunia.

Manusia sampai zaman sekarang begitu banyak. 
Peradaban-peradaban yang mereka buat sangat sejahtera, tapi kemudian hancur.
Itu fakta bahwa kebahagiaan bukan pada materi. 
Itu fakta bahwa ada sesuatu dalam hidup ini, yaitu ruhani. 

Bahwa manusia itu makhluk ruhani; 
akan musnah ketika memuja dunia (bumi--alat, red.). 

Apakah sekarang kita akan meniru kehancuran itu? 
Keledai saja tidak terperosok dua kali. 
Maka, tapakilah jenjang-jenjang ruhani ini, 
agar kita tak hancur untuk ke sekian kali; 
untuk mencapai keabadian.


Tuhan tahu apa yang akan terjadi, tapi bukan Tuhan yang menentukan akhir sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar