SUATU PANDANGAN KREATIF TENTANG PENDIDIKAN.
Dalam pada itu , Iqbal bertanya-tanya apakah pendidikan
mampu memiliki suatu cita yang lebih tinggi , dan
beranikah ia tetap menetap pada kadar yang lebih rendah
dari penemuan pancaran Ilahi dalam diri manusia yang dimaksud
di atas itu, dan kemudian mengembangkan
kualitas-kualitas pancaran Ilahi yang tersirat dalam dirinya itu
guna membina suatu dunia yang layak untuk dihuni manusia ?!
Tantangan ini diungkapkan Iqbal dalam untaian sajaknya
yang dimuat dalam Bab-i-Jibril sebagai berikut :
" Dunia ini ..
yang penuh polusi
karena kacauan warna dan kicauan suara,
Dunia ini...
di mana kematian merajalela ,
Dunia ini...
di mana arti hidup hanyalah makan dan minum,
Dunia ini - wahai pengembara -
Barulah lintas pertama dalam perjalanan Ego,
Dunia ini - sekali-kali - bukan tujuanmu !
Maju terus !
Tembus hambatan besar ini !
Hingga luluh gambaran salah tentang ruang dan waktu ini
Masih banyak dunia belum tertempa
Bagi Jiwa - mencipta yang tak pernah hampa !
Semua tak sabar menanti kelanjutanmu yang gemilang
Serta ketajaman jiwamu dan kecermatan tindakmu !
Mengapa pula roda waktu berputar terus ?
Agar Ego-mu membentang jelas di hadapanmu !
Engkaulah penakluk dunia Baik dan Buruk ,
Tak kuasa aku merentangkan nasibmu di hadapanmu !
Hatiku benderang mandi cahaya inspirasi,
Namun kekuatan kata tak mampu menari seirama !
"Sekiranya saja aku melangkah laju seujung rambut,
Niscaya sinar yang semarak 'kan membakar
Sayapku yang sedang mengawang membumbung tinggi."
Kini dunia sedang mengarungi masa penuh penderitaan spiritual,
manusia tidak saja telah kehilangan kesabaran dan daya tahannya,
melainkan bahkan juga pegangannya yang azasi.
Ilmu pengetahuan telah memberikan sumbangan dan keuntungan
yang besar kepada dunia ini, namun juga tidak lepas dari ekses-eksesnya
yang sangat merugikan, bahkan kutukan .
Sistem kebenaran yang telah dibina umat manusia sepanjang masa
- betapapun besar manfaat serta bernilai bagi manusia sehubungan
dengan kehidupan individual dan kolektifnya -
telah secara terang-terangan mendapatkan tantangan
dari "dewa-dewa yang baru , yang berselubung pakaian ras,
warna kulit, nasionalisme picik , ataupun ideologi politik tertentu.
Berbagai konflik dan tegangan yang ditimbulkannya, telah mencapai
tingkat sedemikian , sehingga telah jauh melampaui daya kendali dan
pengawasan kemanusiaan.
Dan kenegarawanan - sekiranya kini masih tersisa sedikit bekas-bekasnya -
telah tidak mampu lagi memecahkan permasalahan tersebut.
Setiap peningkatan kekuasaan
- baik dalam bidang politik maupun dalam bidang teknologi -
bukannya memperbaiki , melainkan...
bahkan telah membuat situasi lebih parah lagi. !
K.G. Saiyidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar