Minggu, 29 November 2015

HIDUP ITU NERACA

Semasa Dinasti Umayah pola hidup sederhana berubah menjadi pola hidup mewah dikalangan para Khalifah dan pembesar-pembesar Negara dan timbulnya jurang pemisah antara rakyat dan penguasa. 

Pola hidup mewah dan kondisi mental yang demikian tidak sesuai dengan ajaran dan amal agama seperti yang dicontohkan olh Rasulullah dan para sahabat. 

Disinilah awal timbulnya gerakan Zuhud sebagai wujud untuk menentang sikap 
dari Para penguasa yang hidup dalam kemewahan.

Tasawuf sebagai ajaran Islam harus sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist 
sebagai rujukan semua orang Islam dan kajian-kajian tasawuf 
yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist harus dipertanyakan kebenarannya walaupun meninjau Al Qur’an tidak selalu harus dari segi tekstual semata.

Islam menganjurkan pemeluknya untuk sungguh-sungguh mencari rizki dan 
tentang keutamaan mencari rizki anda bisa membuka Al Qur’an Surat : 
Al Jumu’ah ayat 10, Al Muzammil ayat 20 dan surat Al Baqarah ayat 198, 
dan ini menjadi petunjuk bagi kita tentang keutamaan mencari rizki 
agar hidup menjadi lebih baik di dunia ini.

Diriwayatkan bahwa Nabi Isa a.s melihat seorang laki-laki, maka Beliau besabda, 
“Apakah yang kamu kerjakan?”. Ia menjawab, “Saya beribadat”. 
Isa bersabda,”Siapakah yang menanggungmu?”. Ia jawab, “Saudaraku”. 
Isa bersabda,”Saudaramu lebih baik ibadahnya daripada kamu”.

Dalam sejarah, 
para sufi pada umumnya bekerja sendiri untuk mencari nafkahnya 
dalam berbagai bidang usaha, sehingga ada diantara mereka itu 
diberikan julukan-julukan sesuai bidang usahanya itu. 
Seperti 
Al Hallaaj (Pembersih kulit kapas),
 Al Qashar (Tukang Penatu), 
Al Waraak (Tukang Kertas), 
Al Kharraaz (Penjahit Kulit Hewan), 
Al Bazzaaz (Perajin Tikar Daun Kurma), 
Az Zujaaji (Pengrajin dari kaca) dan 
Al Farraa’ (Penyamak Kulit).

Tidak terkecuali juga sufi zaman sekarang, mereka tidak melupakan kewajibannya 
mencari nafkah diberbagai usaha menghidupi dirinya dan keluarganya. 

Menjadi seorang sufi tidak harus miskin dan melarat 
namun jika Tuhan memberikan anda cobaan dalam bentuk kemiskinan 
berarti Dia senang dengan kondisi tersebut dan 
anda harus tetap mensyukuri apapun yang diberikan oleh-Nya. 

Kemulyaan seseorang dimata Tuhan tidak terletak pada banyak atau sedikit harta 
tapi bagaimana hatinya selalu bisa mengingat Allah siang dan malam, sunyi dan ramai, susah dan senang sehingga kondisi apapun tidak mempengaruhi dirinya 
untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.

Gambaran Sufi yang saya kemukakan diatas mudah-mudahan bisa sedikit menghapus prasangka buruk orang-orang yang tidak paham dengan tasawuf atau 
orang-orang yang belum pernah belajar tasawuf namun sudah merasa menjadi sufi 
dengan kesusahan dan kemiskinannya. 

Anda menjadi miskin dan susah tidak berarti anda menjadi seorang sufi 
begitu juga anda menjadi kaya juga tidak berarti anda menjadi sufi 
Karena kesufian itu terletak di hati. 
Oleh karenanya saya berkata bahwa 
Hidup itu neracanya ada dihati, 
jadi praktek nya hanya didunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar