Selasa, 24 November 2015

BELAJAR MEMAHAMI KEHIDUPAN

Pembicara: Bpk. Anggito

(Bagian ke-4 dari 4 tulisan. Tiga materi sebelumnya: (1) Belajar Bersikap Sadar, (2) Memakmurkan Diri, (3) Belajar Mengamati Pikiran Kita.)

Kehidupan yang dimaksud disini adalah kehidupan dunia. 
Karena di alam dunialah manusia berada pada entitasnya yang paling lengkap 
(jasmani & ruhani). 
Dan manusia menjadi istimewa, 
karena pada saat ia hidup di dunia, 
ia berada pada fase terdekat pada penciptanya.

Tapi manusia pada umumnya hanya siap hidup pada entitas jasmaninya.

Kehidupan dunia bersifat materi. 
Pada kehidupan dunia, tubuh manusia tidak mengalami evolusi lagi. 
Materi adalah sesuatu yang terbatas, yang butuh materi hanya tubuh fisik.

Kehidupan dunia adalah sekolah paling lengkap bagi jiwa 
(karena jiwa menempati tubuh fisik). 
Sebuah jiwa tidak mungkin maju tanpa melalui kehidupan dunia. 

Pada kehidupan dunia ini jiwa harus terlibat, tapi tidak boleh terikat.

Pertanyaannya adalah, 
pembelajaran seperti apa yang harus diambil di dunia ini. 
Dalam pembelajaran di dunia ini, 
yang menjadi gurunya adalah: 'alam semesta'.

Pembelajaran seperti apa yang harus dialami jiwa 
ketika ia menempati kehidupan fisik di dunia:

(1) Prinsip dasar kasih sayang Allah di kehidupan dunia. 
Seluruh aspek kehidupan harus diawali dan diakhiri oleh prinsip dasar ini.

(2) Jiwa tidak boleh lengah agar jasmani tidak mengambil alih kendali. 
Sesungguhnya (seharusnya) jiwa adalah 
pemegang kendali (menjadi majikan).
Sang jiwa secara umum butuh bimbingan 
dalam menjalani kehidupannya di tubuh fisiknya, 
maka disinilah agama dibutuhkan.

Agama adalah suatu keyakinan. 
Keyakinan adalah produk pikiran.

Dalam agama Nasrani, ada konsep trinitas. 
Tuhan menjadi manusia dalam bentuk Yesus.
Dalam agama Hindu, ada konsep trimurti.
Dalam agama Budha, Tuhan tidak bisa dikonsepkan.

Dalam agama Islam, 
Tuhan tidak boleh diwujudkan dalam bentuk apapun, 
karena Tuhan tidak berwujud. 
Seorang muslim mengakui konsep Tuhan dalam imajinasi (bukan khayalan..!).

# Alam semesta hanya mengenal satu hukum: 'hukum keseimbangan'.
Dan kalau tidak ada keseimbangan, 
alam akan berusaha mengembalikan kepada keseimbangan itu.

Kasus: Adanya lumpur lapindo, banjir, itu adalah akibat kesalahan manusia.

# Intelektualitas itu perlu, tapi bukan satu-satunya yang diperlukan.
Kesadaran rasional harus diimbangi dengan kesadaran qalbu.

# Peristiwa kematian adalah peristiwa biasa. 
Yang kembali kepada Allah adalah jiwa manusia, tubuh fisik hanya sementara. 
Kehidupan ini hanya 'sebentar'.

# Seseorang memeluk agama tertentu bukan karena kebetulan. 
Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. 
Jadikan ini sebagai dasar untuk tidak mudah menilai seseorang atau sesuatu.

# Keesaan adalah simbol. 
Kita akan kembali kepada Allah dalam keadaan sendiri.

# Takdir itu dipilih oleh manusia itu sendiri. 
Allah adalah pemegang grand design. 
Allah berkata, 
silakan kamu memilih, 
ketika kamu salah memilih, 
itu tanggung jawab kamu sendiri.

Hidup harus bernilai bagi jiwamu.
Untuk belajar, 
jiwamu tidak boleh takut untuk salah (belajar)
dan tidak boleh angkuh terhadap kebenaran.
Sekarangmu adalah tempatmu untuk belajar.
Belajarlah sebaik-baiknya,
agar jiwamu mencapai kemajuan evolusi yang diharapkan Tuhan.
[

Tidak ada komentar:

Posting Komentar