MANUSIA UNIVERSAL.
Dalam Tasawuf klasik , jawaban untuk pertanyaan,
"apa artinya menjadi manusia "? terkandung sepenuhnya
di dalam doktrin tentang apa yang biasanya diterjemahkan sebagai
Manusia Universal atau Sempurna (al-insan al-kamil), yang pemaparan
terperincinya dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan tokoh terkemuka
seperti Ibn-'Arabi dan guru Persia abad keempat belas
yang tinggal di Yaman, 'Abd al-Karim al-Jilli , pengarang karya
paling terkenal dalam bahasa Arab yag mengambil judul ini.
Ide tentang Manusia Universal , yang oleh sebagian orang juga disebut
Manusia Sempurna , sangat sentral bagi Tasawuf sehingga salah seorang
akademisi Tasawuf di Barat , Louis Massignon , menyebutnya
"mitos yang distimewakan Islam".
Kita menemukan dalam falsafah Yunani ide tentang anthropos teleios,
yang dapat dipahami sebagai "manusia sempurna", dan sebagian orang
telah melacak formulasi filosofis ide ini oleh kaum Sufi
kepada sumber-sumber Yunani dan lebih khusus Neoplatonik.
Tetapi bahkan jika kaum Sufi menggunakan formulasi teoritis tertentu
yang diambil dari sumber-sumber seperti itu,
realitas yang mereka jelaskan
tidak berasal dari teks-teks falsafah yang terdahulu.
Manusia Universal adalah suatu realitas yang independen
dari gambaran filosofis mengenainya.
Berdasarkan Al-Qur'an dan ajaran Nabi ,
kaum Sufi mampu mengalami realitas Manusia Universal,
yang setelah beberapa abad kemudian akan dijelaskan
dalam cara doktrinal oleh Ibn 'Arabi dan lain-lain.
Singkatnya , menurut kaum Sufi,
Manusia Universal adalah kenyataan
yang berisi semua tingkat eksistensi selain Allah.
Termasuk semua kemungkinan terpendam di setiap tingkat itu -
sebuah kenyataan yang, pada orang-orang yang telah
mengaktualisasikannya di dalam diri mereka baik laki-laki
maupun perempuan, telah terwujud dengan sepenuhnya.
Manusia Universal adalah prototipe androginik dari keadaan manusia,
baik laki-laki maupun perempuan , dan juga prototipe dan kosmos .
Itulah sebabnya kenapa ada korespodensi antara
mikrokosmos dan makrokosmos.
Manusia Universal seperti cermin di hadapan Allah ,
memantulkan semua Nama dan Sifat-Nya,
dan juga mampu merenungkan Allah
melalui mata yang dicerahkan oleh cahaya Allah.
Dia mentafakuri ciptaan Allah melalui mata Allah.
Manusia Universal memiliki kesempurnaan aktif maupun pasif,
dan simbol-simbol religius terkenal semacam Bintang Daud
(Star of David) dan Bulan Sabit melambangkan perkawinan
antara dua kesempurnaan ini di dalam diri laki-laki maupun perempuan.
Dalam kehidupan di dunia contoh teladan Manusia Universal
ditemukan pada diri nabi-nabi dan orang suci agung.
Fungsinya adalah sebagai penyingkapan sekaligus inisiasi.
Menjadi manusia yang sebenarnya berarti mewujudkan ,
dengan bantuan orang-orang yang telah merealisasikan
keadaan Manusia Universal hingga ke satu atau lain tingkat.
Merealisasikan keadaan Manusia Universal
pada gilirannya berarti menjadi hamba Allah yang setia,
menyadari keadaan utama diri kita di dunia ini
sebagai wakil-Nya (khalifah) , mewujudkan kefanaan kita,
dan akhirnya , melalui peniadaan ego,
mencapai bersama cahaya akal di dalam diri kita Zat Tertinggi,
yang pada akhirnya haanya Dialah yang nyata.
SHN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar