”Anak-ku,
kamu tidak akan pernah bisa mendirikan shalat dengan khusuk,
sebelum Dia bertajali dalam shalat-mu,
karena khusuk itu sendiri adalah “kelakuan Allah”(tajali asma-Nya).
Kalau masih kamu yang shalat,
maka kamu tidak akan pernah khusuk dalam shalatmu,
kalau memang kamu bisa khusuk,
itu karena prasangkamu,
yang merupakan produk dari pikiran dan jiwamu.
Bagaimana supaya Allah bertajali dalam shalat kita (diri kita).!?.
Shalat itu adalah sebuah hidangan,
yang disuguhkan untuk dinikmati oleh para hamba-Nya,
dan kenikmatan serta keindahan dalam hidangan shalat itu tak terlukiskan dan terbayangkan rasanya,
dan kenikmataan rasa itu tidak pernah berkurang sedikitpun dari dulu sampai sekarang, seperti rasa nikmat dan keindahan yang telah dirasakan oleh Rasulullah dan para Wali-Nya.
Andaikata anak-ku,
mengetahui rahasaia dalam shalat itu,
maka anaku tidak akan pernah meninggalkan shalat,
walau sedetik lamanya.
Ketahuliah wahai anaku !!.
Shalat lima waktu dan shalat sunah yang lainya yang kau kerjakan itu,
adalah jalan untuk menuju “kematian” (fana),
setelah kamu fana dalam shalatmu,
maka selanjutnya kamu akan “baqa” bersama-Nya,
dengan begitu maka kamu akan mampu mendirikan shalat-mu,
sehingga setiap tarikan nafasmu,
detak jantungmu,
perkataanmu,
sikap dan perbuatan kamu adalah wujud dari shalat itu sendiri,
shalat yang sudah menyatu dalam darah dan dagingmu,
dan itu hanya mampu dan bisa kamu dapati
disaat kamu dalam keadaan fana dan baqa bersama-Nya.
Bila kamu telah fana dalam shalatmu,
maka ketahuilah anak-ku,
shalat itu adalah medan qadim (perjamuan agung oleh Allah kepada para hamba-Nya), dalam maqam fana itu,
telah menunggu ruh Rasul dan Nabimu Muhammad saw dan para kekasih-Nya,
beliau akan menjamu-mu dalam maqam itu,
sehingga rasa-mu (sirr, zauq) benar-benar merasakan kehadiran beliau semua
yang menjemputmu dalam maqam fana.
Engkau akan merasakan ketulusan,
cinta kasih dan kelembutan dari Rasulullah dan para Wali-Nya,
pada kondisi itu jasadmu akan terasa menggigil
(seakan tidak mampu menopang dirinya sendiri),
akal pikiranmu dan kesadaranmu tidak berpungsi,
karena tertawan oleh cahaya Rasulullah dan para Wali-Nya,
hatimu akan menyaksikan segala keindahan Allah yang nyata dalam diri Rasulullah
dan para Wali-Nya,
ruh kamu akan dipenuhi oleh rasa cinta kasih dari Rasulullah dan para Wali-Nya,
yang merupakan manefestasi dari diri-Nya,
sirr-mu (rasa, zauq) akan dibimbing oleh Rasulullah dan para Wali-Nya,
untuk menyaksikan “wajah” Allah.
Anak-ku,
apabila kamu di dalam mengerjakan shalatmu,
telah sampai pada maqam fana,
maka shalatmu akan masuk ke dalam maqam baqa’,
sehingga kamu bisa mendirikan dan menegakkan shalat dalam setiap tarikan nafas dan detak jantungmu,
inilah yang dinamakan shalat dhaim,
shalat yang tak berkesudahan.
Maka ketahuilah anaku,
begitu juga shalatnya Rasulullah dan para Wali-Nya,
bila kamu bisa sampai pada maqam itu,
maka kamu telah sampai pada maqam shalatnya beliau semua,
walau dengan kadar yang berbeda.
Bila sudah begitu,
maka kamu akan merasakan kenikmatan dan kelezatan
disaat mengerjakan shalat berjamaah dengan Rasulullah dan para Wali-Nya,
kamu akan merasakan nikmatnya shalat,
seperti yang dirasakan oleh Rasulullah dan para Wali-Nya,
dan nilai shalatmu sendiri lebih dari sesuatu yang bisa kau sebutkan dan lukiskan,
bahkan lebih dari hanya sekedar khusuk, itu sendiri.
Inilah yang disebut shalat dengan rasa (sirr, zauq),
yaitu sempurnanya shalat, antara syariat, tariqah, hakikat dan makrifat,
atau shalatnya semua anggota tubuh yang dhahir dan bathin kita,
shalatnya jasad, akal pikiran, hati, ruh dan sirr kita.
Dan inilah yang disebut hakikat dari shalat berjamaah”.
Apa-apa yang beliau sampaikan ini,
kami rangkum dalam kitab "Ma'rifatullah Fish-shalah.
Dan beliau berpesan kpd kami,
untuk tidak mengajarkan Ma'rifatullah Fish-Shalah
sebelum kami sendiri merasakan dan mengalami-nya.
Untuk pemesanan kitab Ma'rifatullah Fish-Shalah
bisa lewat Inbox atau SMS/WA 081331696964.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar