Semua Tarekat didunia ini apapun namanya,
bagaimanapun terorinya
pasti mengajarkan bentuk lafadz istighfar, shalawat, tasbih, tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz tsb menuntun manusia
untuk menempuh jalan menuju Allah.
Sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka.
Kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia,
yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatiNya, kemudian menghampiriNya dalam keabadian Baqa.
Sehingga zikir2 dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian Fana.
Saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh,
kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum menuju haribaan-Nya.
Jika penempuh jalan salikin berhasrat kuat untuk mengikuti jalan ini
maka yang wajib disadari pertama-tama adalah kenyataan yang terkait
dengan tata cara yang berbeda2 antara tarekat satu dengan lainnya.
Maksudnya,
ada tarekat yang mengharuskan melalui bimbingan Guru Mursyid
dan ada juga tarekat yang tidak mengenal adanya Guru Mursyid.
Mereka berpendapat karena yang disebut Mursyid,
menurut mereka berada dalam diri manusia itu sendiri.
Sementara keberadaan guru hanya terbatas
sebagai petunjuk atau penyampai atau penuntun untuk menuntun,
menunjukkan atau sekedar menyampaikan langkah awal seorang salik
dalam guru sejati yang ada didalam dirinya.
Oleh karena itu...
Hendaknya dipahami bahwa pada cara2 tsb mereka tidak mengenal
adanya wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia.
Satu-satunya wasilah dan rabhitah adalah Nur Muhammad,
yang ada didalam diri manusia.
Lewat Nur Muhammad itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber.
Semua tarekat itu benar,
hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda.
Justru cara2 itu akan menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi ,
terlalu hebat dan paling benar cara yang di ikutinya,
sehingga mereka menafikan cara2 tarekat yang lain atau kata lain Fanatik Thariqiyah.
Sebab...
Dengan itu sebenarnya
sang salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuannya
yang sebenarnya masih kerdil.
Berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak Allah.
Karena kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah mutlaq milikNya.
Itulah sebabnya,
dalil awal yang wajib dipatuhi oleh seorang salik tarekat adalah
meyakini jalan lurus/sabil Huda yang digelar oleh Allah
kepada hamba-hamba yang mencarinya tidaklah tunggal atau monoton.
"Wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana".
Hal yang paling penting yang harus di pahami lagi adalah
Tarekat hanyalah suatu cara untuk melewati jalan lurus.
Jadi kita jangan beranggapan bahwa cara yang kita lakukan adalah segala-galanya.
Artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan cara ini
dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat sampai kepadaNya.
Sebab...
Bagaimanapun cara dan usaha kita dalam pengamalan keputusan terakhir
ada di tangan-Nya juga.
Artinya sangat terbuka kemungkinan pengamal tarekat ini justru akan menemui
kesalahan jalan, jika Dia menghendaki
demikian.
Adapun sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara tarekat,
dapat di jelaskan sbb :
Pertama
Yang harus dipahami bahwa Allah tujuan akhir,
adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun
/ laisa kamitslihi syaiun.
Karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa untuk menuju Dia,
seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti Daud dan Sulaiman,
namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah kepadan-Nya.
Kedua
Hendaklah disadari bahwa perjalanan menuju Dia, Subhanahu Wa Ta’ala,
bukanlah perjalanan ajaib yang langsung secara gampang
dalam tempo satu hari atau satu pekan.
Perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan.
Karena harus melampui tujuh rintangan besar.
Tujuh lembah kasal .
Tujuh gunung riya’.
Tujuh rimba sum'ah.
Tujuh samudera ‘jub.
Tujuh benteng hajbun.
Semua rintangan itu berjumlah tujuh,
karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi,
Allah membentangkan Tujuh lapis langit .Qs. An-Naba’ 78:12.
Tujuh lapis bumi Qs. Ath-Thalaq 86:12.
Tujuh lapis samudera Qs. Luqman 31:2.
Tujuh lapis neraka Qs. Al-Hijr 15:44
Tujuh lapis Syurga.
Tujuh piranti ayat yang diulang Qs. al-Hijr 44:87 Qs. al-Hijr 15:87
Tujuh anggota sujud.
Tujuh tahap usia keberadaan manusia :
Radhi -
Fathim -
Shobiy -
Ghulam -
Syabb -
Kuhl - Syaikh.
Tujuh nafsu manusia :
Ammarah -
Musawwimah -
Hayawaniyah -
Lawwamah -
Mulhamah -
Muthma’inah -
Wahidah.
Sebab dengan menyadari adanya tujuh rintangan hijab tsb manusia akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang akan dilampui dalam perjalanan nya
menuju kepadan-Nya.
Dan sekali lagi perlu diingat bahwa perjalanan rohani bukan perjalanan ajaib
yang bisa tercapai dalam waktu singkat.
Rasulullah sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat
untuk mencapai tahap bertemu jibri AS di gua hira.
Dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan tekun dan istiqomah
hingga beliau mengalami isra’mi’raj menghadap ke hadirat Al-Khaliq.
Terkadang ada perbedaan pelaksanaan antara tarekat satu dengan tarekat yang lain.
Ada tarekat yang bersifat untuk khusus pribadi,
ada juga tarekat yang diajarkan untuk khalayak ramai.
Walau demikian yang disebut tarekat itu
pada dasarnya memiliki hakikat tujuan yang sama,
meski nama dan caranya seolah-olah berbeda.
Itu sebabnya,
jika diteliti benar keberadaan semua tarekat
maka akan didapati jalan lurus
dan cara yang mirip satu dengan yang lain.
Contoh dalam beberapa tarekat misalnya,
akan didapati pemaknaan inti
dari hakikat Istighfar, Shalawat, Tahlil dan Nafs Al-Haqq.
Yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan dzikir sirri.
Semua tarekat mengajarkan rahasia Muhammad
sebagai pintu dan kunci untuk membuka hijabnya.
Sekarang terserah anda
silahkan dipilih tarekat anda yang sesuai
dengan selera anda nas'alullahal afiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar