Senin, 23 November 2015

Beberapa Cara Dzikrullah

Ada beberapa cara Dzikrullah:

1. Dzikir anggota badan dan panca indera adalah mempergunakan anggota badan dan   
        panca indera untuk keta’atan beribadah semata-mata kepada Allah,
        untuk memperbanyak amar makruf dan menjauhi hal-hal yang munkar. 
        Ini sudah tercermin di dalam makna hakikinya bersuci dan sholat.

2. Dzikir lisan adalah dengan cara membaca Al Qur’an, 
        takbir, tahlil, tahmid, istigfar , do’a, wirid dsb. dengan suara 
        yang dapat didengar oleh telinga.

3. Dzikir qolbi adalah menghadirkan hati dengan penuh keyakinan 
        akan keberadaan Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Allah, 
        Dzat yang maha melihat, maha mendengar, maha mengetahui dan 
         maha kuasa atas segalanya. 

Dzikir qolbi dilakukan dalam hati tanpa bersuara. 
Semua panca indera dan seluruh tubuh ditutup (dimatikan). 
Dunia tidak tampak lagi, alam wadah tampak jelas, 
Ruhani yang berkomunikasi dengan Allah.
 Sejak semula memang hanya Ruhani yang bisa berkomunikasi dengan Allah. 
Ruhani berasal dari Nur Muhammad. 
Untuk mengenal Tuhan harus melalui Tuhan. 
Berarti bila kita hendak berkomunikasi dengan Tuhan harus melalui bahasa Ruhani, 
berarti jasmaninya harus diam, hening, harus bisa mati sebelum mati. 
Ruhaninya yang menjerit mengumandangkan Asma Dzat. 
Jeritan Ruhani akan menembus tujuh petala langit, mencapai Arasy. 

DAN SEBUTLAH NAMA TUHANMU DALAM HATIMU 
DENGAN MERENDAHKAN DIRI DAN RASA TAKUT, 
DAN DENGAN TIDAK MENGERASKAN SUARA…( AL A’RAF 7 : 205 )

4. Dzikir Haqq adalah dzikir di dalam sir, 
        sudah dalam keadaam fana, 
        AKU YANG BICARA, 
        suatu tingkatan dzikir yang paling tinggi,
        dzikir gerak rasa dari suara hati atau qolbu .. HU .. HU.. 
        atau dzikir apapun sesuai suara hati.

Dengan cara dzikrullah berarti kita sudah mulai melatih diri 
untuk melakukan shalat yang kekal, 
dimana kiblat yang terdekat adalah menghadapkan diri kepada diri kita sendiri. 

Pengertian Dzikrullah yang lebih luas adalah 
tidak hanya sekedar duduk tafakur sambil mengucapkan Asma Allah semata, 
akan tetapi mengingat Allah secara berkesinambungan, 
secara istiqomah, 
setiap gerak-gerik kita, 
tingkah laku kita senantiasa ingat kepada Allah 
yang mengawasi dan menyaksikan gerak-gerik perbuatan kita. 

Dengan demikian perilaku dan nafsu kita akan menjadi terkendali.

Bila dalam setiap perilaku kita senantiasa disertai ingat kepada Allah semata, 
benar-benar Lillahi Ta’ala, 
benar-benar ikhlas kepada Allah 
maka itulah yang sebenar-benarnya ibadah 
yang akan membawa keselamatan dunia akhirat 
bagi yang melaksanakannya. 

Hatinya bersih karena terisi Asma Allah, 
tidak terisi angan-angan kotor, 
tidak memper-Tuhan-kan hawa nafsunya 
yang merupakan dosa syirik tersembunyi. 

Oleh karena itu pengertian bersuci, shalat dan dzikrullah adalah 
merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lain, 
ketiga-tiganya harus dilaksanakan serempak, 
direalisasikan dan diterapkan makna haqiqinya di dalam kehidupan sehari-hari 
agar ibadah kita menjadi sempurna.

Al kisah : 
Setelah selesai perang Badar, Rosulullah bersabda : 
Kita baru saja kembali dari Jihad Kecil dan kini memasuki Jihad Besar. 
Salah seorang Sahabat bertanya : 
Ya Rosulullah apakah Jihad Besar itu ??
Rosulullah menjawab :
 Perang melawan hawa nafsu …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar