Minggu, 08 November 2015

Berakal...

Bismillahirrahmanirrahim
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pembagian akal :
~ Akal Ghorizi , yaitu akal yang mempunyai kekuatan untuk makrifat kepada Allah swt.
~ Akal Thobi’i , yaitu akal yang mempunyai kemampuan untuk mengerti 
    namun tidak mampu makrifat kepada Allah swt.

Seandainya manusia yang mempunyai akal ghorizi 
tapi tidak bisa menggunakan akalnya untuk mengenal Allah swt , 
pasti turun derajatnya melebihi hewan. Yang hanya mempunyai akal thobi’i.

Dalam Alquran dijelaskan :

Dan Kami menjadikan isi neraka jahanam dari bangsa jin dan manusia ,
mereka mempunyai akal tapi tidak di pakai untuk memahami ayat – ayat Allah , 
dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipakai melihat ( tanda – tanda kekuasaan Allah ) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipakai untuk mendengar 
( ayat - ayat Allah ).
Mereka laksana hewan , 
bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka yaitu orang – orang yang lalai.

2. Fungsi akal menurut Al-Qur’an
Dalam agama islam menerima keyakinan agama harus lewat pemikiran dan perenungan akal, dan Al-Qur’an dalam hal ini senantiasa mengajak untuk berpikir, bertadabbur, dan menjauhi taqlid buta dalam berbagai masalah akidah dan keyakinan, 
serta memandang sangat buruk orang-orang yang tidak menggunakan akalnya 
(Q.S : Yunus :100).

Akal juga dalam riwayat merupakan maujud yang paling dicintai Tuhan dan 
menjadi parameter untuk pahala dan dosa anak-anak Adam, 
serta merupakan hujjah bathin bagi manusia. 

Abu Abdillah As berkata:
 “Ketika Tuhan menciptakan akal, Tuhan berkata padanya: 
menghadaplah, 
maka akal menghadap, 
kemudian berkata padanya: 
membelakanglah, 
maka akal membelakang, 
kemudian Tuhan berkata: 
“Demi kemuliaanku dan keagunganku, 
tidak aku ciptakan makhluk yang lebih aku cintai darimu, 
denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi, dan 
denganmu Aku mengumpulkan (membangkitkan) (Bihâr al-Anwâr Juz 1\96)

Demikian pentingnya fungsi akal bagi manusia, 
maka Al-Qur’an menekankan pada manusia untuk memanpaatkan nikmat besar Tuhan ini dengan cara mengajak manusia menghilangkan dan menghancurkan berhala-berhala 
yang menjadi penghalang penggunaan akal supaya akal mampu mengutarakan 
argumen-argumen rasional.

Dalam agama Islam menerima keyakinan agama harus lewat pemikiran dan perenungan akal, dan Al-Qur’an dalam hal ini senantiasa mengajak untuk berpikir, bertadabbur, dan menjauhi taqlid buta dalam berbagai masalah akidah dan keyakinan, serta memandang sangat buruk orang-orang yang tidak menggunakan akalnya (Q.S : Yunus :100).

Akal juga dalam riwayat merupakan maujud yang paling dicintai Tuhan dan 
menjadi parameter untuk pahala dan dosa anak-anak Adam, 
serta merupakan hujjah bathin bagi manusia. 

Abu Abdillah As berkata: “Ketika Tuhan menciptakan akal, Tuhan berkata padanya: menghadaplah, maka akal menghadap, kemudian berkata padanya: membelakanglah, maka akal membelakang, kemudian Tuhan berkata: “Demi kemuliaanku dan keagunganku, tidak aku ciptakan makhluk yang lebih aku cintai darimu, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi, dan denganmu Aku mengumpulkan (membangkitkan) (Bihâr al-Anwâr Juz 1\96)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar