Bismillahirrahmanirrahim
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Pembagian akal :
~ Akal Ghorizi , yaitu akal yang mempunyai kekuatan untuk makrifat kepada Allah swt.
~ Akal Thobi’i , yaitu akal yang mempunyai kemampuan untuk mengerti
namun tidak mampu makrifat kepada Allah swt.
Seandainya manusia yang mempunyai akal ghorizi
tapi tidak bisa menggunakan akalnya untuk mengenal Allah swt ,
pasti turun derajatnya melebihi hewan. Yang hanya mempunyai akal thobi’i.
Dalam Alquran dijelaskan :
Dan Kami menjadikan isi neraka jahanam dari bangsa jin dan manusia ,
mereka mempunyai akal tapi tidak di pakai untuk memahami ayat – ayat Allah ,
dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipakai melihat ( tanda – tanda kekuasaan Allah ) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipakai untuk mendengar
( ayat - ayat Allah ).
Mereka laksana hewan ,
bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka yaitu orang – orang yang lalai.
2. Fungsi akal menurut Al-Qur’an
Dalam agama islam menerima keyakinan agama harus lewat pemikiran dan perenungan akal, dan Al-Qur’an dalam hal ini senantiasa mengajak untuk berpikir, bertadabbur, dan menjauhi taqlid buta dalam berbagai masalah akidah dan keyakinan,
serta memandang sangat buruk orang-orang yang tidak menggunakan akalnya
(Q.S : Yunus :100).
Akal juga dalam riwayat merupakan maujud yang paling dicintai Tuhan dan
menjadi parameter untuk pahala dan dosa anak-anak Adam,
serta merupakan hujjah bathin bagi manusia.
Abu Abdillah As berkata:
“Ketika Tuhan menciptakan akal, Tuhan berkata padanya:
menghadaplah,
maka akal menghadap,
kemudian berkata padanya:
membelakanglah,
maka akal membelakang,
kemudian Tuhan berkata:
“Demi kemuliaanku dan keagunganku,
tidak aku ciptakan makhluk yang lebih aku cintai darimu,
denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi, dan
denganmu Aku mengumpulkan (membangkitkan) (Bihâr al-Anwâr Juz 1\96)
Demikian pentingnya fungsi akal bagi manusia,
maka Al-Qur’an menekankan pada manusia untuk memanpaatkan nikmat besar Tuhan ini dengan cara mengajak manusia menghilangkan dan menghancurkan berhala-berhala
yang menjadi penghalang penggunaan akal supaya akal mampu mengutarakan
argumen-argumen rasional.
Dalam agama Islam menerima keyakinan agama harus lewat pemikiran dan perenungan akal, dan Al-Qur’an dalam hal ini senantiasa mengajak untuk berpikir, bertadabbur, dan menjauhi taqlid buta dalam berbagai masalah akidah dan keyakinan, serta memandang sangat buruk orang-orang yang tidak menggunakan akalnya (Q.S : Yunus :100).
Akal juga dalam riwayat merupakan maujud yang paling dicintai Tuhan dan
menjadi parameter untuk pahala dan dosa anak-anak Adam,
serta merupakan hujjah bathin bagi manusia.
Abu Abdillah As berkata: “Ketika Tuhan menciptakan akal, Tuhan berkata padanya: menghadaplah, maka akal menghadap, kemudian berkata padanya: membelakanglah, maka akal membelakang, kemudian Tuhan berkata: “Demi kemuliaanku dan keagunganku, tidak aku ciptakan makhluk yang lebih aku cintai darimu, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi, dan denganmu Aku mengumpulkan (membangkitkan) (Bihâr al-Anwâr Juz 1\96)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar