Manusia itu mempunyai dua wujud.
Yaitu wujud ruhani dan jasmani;
wujud jiwa dan raga;
wujudnya yang fana dan yang baqa;
wujudnya yang tetap dan yang berubah;
wujudnya yang bisa mati dan yang tidak bisa mati;
wujudnya yang tidak kekal dengan wujudnya yang kekal;
wujudnya yang terbatas dengan wujudnya yang tidak terbatas;
wujudnya yang nisbi dan wujudnya yang mutlak (wujud asalnya);
wujudnya yang tidak mempunyai kekuatan dan
wujudnya yang mempunyai kekuatan tak terbatas.
Orang yang hanya memahami manusia sebagai wujud yang terbatas,
hanya memahami manusia sebagai
wujud yang tidak berdaya,
bisa mati, dan
tidak kekal abadi,
berarti mereka telah mengabaikan
kenyataan wujudnya yang tidak terbatas,
yang mempunyai kekuatan, dan
yang kekal abadi.
Akibatnya,
mereka pun tidak menyadari
keistimewaan, keunggulan, keagungan, dan ketinggian derajatnya.
Mereka terkurung dalam pengetahuannya yang terbatas,
terbelenggu oleh angan-angannya yang tidak berdasar pada kenyataan,
terjebak dalam timbunan benda-benda,
kemudian hanyut, dan tenggelam di alam bendawi.
Manusia yang mau memahami wujudnya yang tidak bisa mati dan kekal abadi
(wujud ruhnya), ia pasti bisa menyadari, merasakan, dan
mengalami wujudnya yang kekal abadi dan yang tidak terbatas,
karena memang tidak ada sesuatu pun yang bisa berada di luar yang tak terbatas.
Karena wujud yang tak terbatas itu sekaligus juga merupakan wujud yang tidak terbagi, maka dengan sendirinya,
manusia tidak pernah bisa terlepas dan terpisah dari yang mutlak, yaitu Allah.
Manusia bisa berada dalam yang mutlak, yaitu Allah,
tanpa harus kehilangan individualitasnya, dan
juga bisa bersama makhluk tanpa harus berpisah dari yang mutlak.
Terpaksa atau tidak,
manusia harus bisa menerima kenyataan bahwa
wujudnya hanyalah wujud ciptaan,
wujud pinjaman,
wujud yang bergantung dan
tidak bisa berdiri sendiri,
seperti wujud bayang-bayang yang tidak pernah bisa berdiri sendiri dan
terpisah dari pemilik bayang-bayang,
yang tiada lain adalah Sang Pencipta alam semesta, yaitu
Allah Rabbul ‘aalamin.
Kesimpulannya,
manusia itu mempunyai dua wujud,
yaitu wujud aku jasmani dan wujud aku ruhani,
yang dengannya ia bisa
memahami,
menyadari,
merasakan, dan
mengalami keterbatasan dan
ketakterbatasannya, serta
kefanaan dan
keabadiannya.
Manusia adalah hamba Allah (abdi dan pelayan-Nya) dan
khalifah-Nya (wakil-Nya di muka bumi),
yang harus melaksanakan tugas,
kewajiban, dan
tanggungjawab yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar