Selasa, 17 November 2015

IQBAL.

PENDIDIKAN WATAK.

Orang yang baik hendaknya belajar menerapkan intelegensinya 
secara meningkat terus dalam rangka penjelajahan dan pengendalian
daya dan kekuatan alam, sambil mengembangkan dan menambah 
pengetahuan dan kekuatannya sendiri.

Tanpa pengembangan inteleknya secara optimal, 
ia akan tetap menjadi permainan berbagai kekuatan lingkungan sekitar 
dan oleh karena itu kegiatannya hanya akan terbatas sekali 
dan tidak menunjukkan dan sikap yang konsekuen.

"Intelek memerintah segala makhluk 
  yang terbuat dari cahaya maupun dari tanah liat
  dan tiada yang tak terjangkau Karunia Ilahi ini

  Seluruh jagat tunduk merunduk ,
  pada keagungannya yang abadi

  Hanya hati yang berani ...
  menghadapi setiap derap langkahnya yang tegap !"

Baris terakhir menunjukkan kepada semangat ,
yang hendaknya menjiwai pemanfaatan intelek 
sebagai alat dalam melayani segala kegiatan kita.

Intelek memang memberikan kekuatan bagi kita 
dalam perbuatan dan kesibukan sehari-hari.
Namun kekuatan ini hanya dapat dimanfaatkan secara konstruktif 
bagi peningkatan martabat umat manusia, apabila intelek dikontrol
dan dibimbing oleh Cinta.

Dengan catatan bahwa Cinta di sini bukan dalam arti sentimen insani
yang kabur tanpa bentuk; 
Cinta disini diartikan sebagai suatu daya aktif ,
yang memungkinkan individu memiliki daya penggerak yang meluap,
manakala ia dihadapkan kepada maksud-maksud yang bermanfaat.

Cinta dalam artian ini mengaitkan manusia sebagai makhluk 
kepada Pencipta dan Khaliqnya.
Dalam artian ini , 
manusia bertindak sejalan dengan ridha dan perkenan-Nya.

Dalam peristilahan teknis-religius , daya penggerak atau motivasi 
perbuatan seorang Mukmin didapatkan manakala ia melaksanakan 
kehidupannya dengan didasarkan pada "taqwa" , yaitu 
melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan
apa yang dilarang Ilahi, mempersembahkan segala dayanya 
dalam rangka mewujudkan maksud penciptaan manusia di bumi, 
yaitu meningkatkan martabat dirinya dalam rangka mengemban 
tugasnya sebagai "Khalifah fil Ardhi" (pemimpin di bumi).

K.G. Saiyidain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar