Kamis, 05 November 2015

IQBAL.

KESERASIAN JASMANI DENGAN ROHANI.

Salah satu masalah penting yang selalu merupakan  pembahasan 
para ahli filsafat ialah  persoalan pertautan 
antara idealita dan realita,
antara alam  cita dan alam nyata,
antara ruh dan materi,
antara kehidupan mental dengan fisik.
Apakah  masing-masing fihak dari pasangan itu saling tergantung
yang satu dengan yang lainnya ataukah merupakan dua hal
yang secara diametral bertentangan.

Masalah pertautan dan signifikansi kedua hal ini 
bagi dunia pendidikan pun merupakan permasalahan yang harus 
difahami dengan seksama , sebab permasalahan ini mempunyai 
implikasinya terhadap perumusan tujuan pendidikan 
yang hendak dicapai maupun terhadap proses pendidikan 
yang harus dilaksanakan.

Apabila kita mengikuti alam fikiran beberapa ahli fikir tradisional 
dan kaum moralis yang menganggap dunia aktual dari realita fisik ini
hanya sebagai ilusi atau maya ataupun sebagai sesuatu 
yang tidak esensial (hakiki) dan tidak penting, bahkan barangkali 
sebagai suatu penghambat terhadap perkembangan ruh ataupun jiwa,
kita harus mengembangkan pula suatu teori pendidikan yang sejalan
dengannya.
Sebaliknya, apabila kita hendak mengikuti alam fikiran materialisme
yang menafsirkan kehidupan dan kegiatan kreatif manusia 
hanya sebagai peristiwa biologis atau kimiawi serta menolak pandangan
bahwa rohani manusia memeliki pula kehidupannya sendiri, maka 
filsafat pendidikannya pun harus dijabarkan dari alam fikiran itu.

Disamping kedua aliran yang bertentangan ini 
didapatkan pandangan ketiga yang tidak menganggap 
realita dan idealita itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri ,
tidak pula memandang masing-masing lawannya 
sebagai sesuatu yang tidak mempunyai kedudukan yang esensial 
atau bahkan menghambat yang lainnya,
melainkan pandangan ketiga ini menganggap realita 
sebagai pangkal tolak dari idealita.

Dari posisi Iqbal dalam filsafat akan jelaslah bahwa ia termasuk 
golongan ketiga.
Dalam menganalisa perkembangan individu ia telah memberikan
sumbangan fikiran yang patut diperhitungkan .
Ia memberikan perhatian terhadap dualisme antara idea dan realita
yang secara tradisional telah mewarnai alam fikiran falsafi.

K.G. Saiyidain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar