Senin, 23 November 2015

IQBAL.

TATA KEHIDUPAN SOSIAL ISLAM.

Kiranya perlu ditandaskan sekali lagi bahwa - berbeda 
dengan pandangan beberapa pihak mengenai tata kehidupan sosial
menurut ajaran Kristen - ajaran Islam tidak mengenal 
tata kehidupan sosial yang ditujukan kepada dunia lain, 
semacam dunia yang serba keramat yang memandang 
keselamatan dan ketentraman jiwa harus dicapai 
melalui tirakat ataupun cara lain yang sifatnya irrasional.

Islam tidaklah bersifat acuh terhadap dunia kebendaan .
Seperti telah diungkapkan di beberapa tempat di muka , 
Islam justru menganjurkan untuk mengeksploitasinya 
dengan penuh semangat.
Hal itu perlu dilakukan guna mencapai maksud-maksud tertentu
yang berharga untuk diraihnya.

Baik ajaran Islam maupun Kristen mengakui adanya momen spiritual
atau ruhaniah pada diri manusia.
Perbedaannya ialah bahwa ajaran Kristen menganjurkan 
pemalingan diri dari dunia bendawi, agar dapat tersingkap 
suatu dunia baru dalam jiwa manusia.
Sebaliknya Islam mengatakan , "Ya" terhadap dunia bendawi,
Islam menerima dunia bendawi dengan segala keterbatasan 
dan resikonya.

Islam  tidak memandang dunia cita dan dunia nyata 
sebagai dua kekuatan yang saling berhadapan atau bertentangan 
yang tidak mungkin dipertemukan sama sekali .
Kata Iqbal, 

"Sentuhan cita yang secara misterius menjiwai  dan mendukung
  dunia nyata, dan hanya dengan sentuhan itulah , 
  kita dapat menemukan dan menerima dunia cita.

  Kehidupan cita atau idea tidak dengan jalan memutuskan sama sekali 
  pertautannya dengan dunia nyata yang cenderung berlindung 
  di balik keseluruhan kehidupan dunia organis, melainkan 
  melalui upaya dunia cita untuk mengatasi dunia nyata,
  bahkan bila memang diperlukan , dengan jalan 
  menembus-mengisapnya dan mengubahnya sekaligus 
  menjadi serba - cita serta menguapkan seluruh keberadaannya ".

Demikian Iqbal dalam Lectures on the Reconstruction of 
Religous Thought in Islam.

Perbedaan yang menonjol di antara kedua corak 
tata kehidupan sosial ini ,
ditemukan pula pada sikap masing-masing corak 
terhadap ilmu pengetahuan.

K.G. Saiyidain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar