KESERASIAN JASMANI DENGAN RUHANI.
Pandangan baru dalam pembinaan kembali kurikulum ingin
memperkenalkan dan memasukkan kegiatan kehidupan sehari-hari
ke dunia persekolahan.
Diperkenalkanlah berbagai metode baru seperti metode proyek,
metode pemecahan masalah ("problem solving") .
Ini semua kiranya dapat ditafsirkan sebagai pengakuan dan penerapan
prinsip-prinsip yang selalu dikumandangkan Iqbal, dan upaya-upaya
pendidikan seperti itu niscaya akan sejalan pula dengan
pandangan Iqbal.
Dalam pada itu Iqbal mendapatkan kritik yang tajam pula dalam
hal-hal tertentu.
Pandangannya tentang Cita dan Ruh kadang dipandang sebagai
melambung di awang-awang, terleepas kaitannya dari dunia nyata
yang dihidupi manusia sehari-hari.
Demikian pula beberapa sanjaknya sering ditafsirkan mencakup
faham dualisme antara dunia cita dengan dunia nyata, dengan catatan
bahwa Iqbal dalam pada itu mendiskreditkan dunia nyata.
Dan bila beberapa sanjaknya ditelaah , kesan sedemikian
memang bukannya tidak mungkin.
Dalam Bal-i-Jibril , misalnya , ia dengan tandas membedakan
antara dunia jasmani dan dunia ruhani :
"Apakah dunia ruhani itu ?
Ruhani ialah damba, haru, khusyu', dan semangat !
Apakah dunia jasmani itu ?
Jasmani ialah keuntungan ,kerugian, kepura-puraan, intrik.
Sekali didapat,
Kekayaan ruhani tetap melekat.
Sedang kekayaan jasmani bagaikan bayang-bayang ;
Dia datang, dia lalang, dan menghilang !
Dunia ruhani pantang menyanjung orang asing ;
Tidak pada pendeta, tidak pada syeikh, tidak pula pada brahmana !
Dengan khidmat kuingat nasehat Qalandar :
"Pabila kau membungkuk pada seseorang,
Raga-jiwamu bukan lagi milikmu sendiri !".
Apabila karya-karya Iqbal dikaji secara menyeluruh ,
baik yang berbentuk puisi maupun kumpulan ceramahnya
yang telah dibukukan, ternyata kesan seperti didapatkan
dari sepihan-serpihan fikirannya itu tidaklah tepat.
K.G. Saiyidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar