Minggu, 08 November 2015

IQBAL.

KESERASIAN JASMANI DENGAN RUHANI.

Pandangan baru dalam pembinaan kembali kurikulum ingin
memperkenalkan dan memasukkan kegiatan kehidupan sehari-hari
ke dunia persekolahan.
Diperkenalkanlah berbagai metode baru seperti metode proyek,
metode pemecahan masalah ("problem solving") .
Ini semua kiranya dapat ditafsirkan sebagai pengakuan dan penerapan
prinsip-prinsip yang selalu dikumandangkan Iqbal, dan upaya-upaya 
pendidikan seperti itu niscaya akan sejalan pula dengan 
pandangan Iqbal.

Dalam pada itu Iqbal mendapatkan kritik yang tajam pula dalam 
hal-hal tertentu.
Pandangannya tentang Cita dan Ruh kadang dipandang sebagai 
melambung di awang-awang, terleepas kaitannya dari dunia nyata
yang dihidupi manusia sehari-hari.
Demikian pula beberapa sanjaknya sering ditafsirkan mencakup 
faham dualisme antara dunia cita dengan dunia nyata, dengan catatan 
bahwa Iqbal dalam pada itu mendiskreditkan dunia nyata.
Dan bila beberapa sanjaknya ditelaah , kesan sedemikian 
memang bukannya tidak mungkin.
Dalam Bal-i-Jibril , misalnya , ia dengan tandas membedakan 
antara dunia jasmani dan dunia ruhani :

"Apakah dunia ruhani itu ?
 Ruhani ialah damba, haru, khusyu', dan semangat !

 Apakah dunia jasmani itu ?
 Jasmani ialah keuntungan ,kerugian, kepura-puraan, intrik.

 Sekali didapat,
 Kekayaan ruhani tetap melekat.
 Sedang kekayaan jasmani bagaikan bayang-bayang ;
 Dia datang, dia lalang, dan menghilang !

 Dunia ruhani pantang menyanjung orang asing ;
 Tidak pada pendeta, tidak pada syeikh, tidak pula pada brahmana !

 Dengan khidmat kuingat nasehat Qalandar :
"Pabila kau membungkuk pada seseorang,
 Raga-jiwamu bukan lagi milikmu sendiri !".

Apabila karya-karya Iqbal dikaji secara menyeluruh ,
baik yang berbentuk puisi maupun kumpulan ceramahnya
yang telah dibukukan, ternyata kesan seperti  didapatkan 
dari sepihan-serpihan fikirannya itu tidaklah tepat.

K.G. Saiyidain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar