KESERASIAN JASMANI DAN RUHANI.
Dengan tandas Iqbal menentang kaum mistikus semu,
kaum idealis yang memusatkan diri pada dunia lain dan
kaum seniman yang egosentris, dengan rasa puas diri mereka
hendak mengingkari dosa-dosa, ketidakadilan dan ketidaksempurnaan
dan kemudian hendak membuang jauh-jauh segala kegiatan
dalam rangka usaha membinanya kembali.
Dengan secara pengecut mereka mencari konpensasinya dalam bentuk
memupuk minatnya sendiri saja, baik dalam bidang intelektual,
dalam bentuk seni maupun dalam bentuk kegiatan ruhani lain,
dengan memencilkannya dari kegiatan-kegiatan lain.
Hal ini dijelaskan dalam "Lectures...."sebagai berikut :
"Makhluk yang bernama manusia itu harus menetap
dalam kehidupannya di dunia penuh hambatan, mereka tidak boleh
mengingkari kenyataan yang dihadapinya itu, dan segala hambatan
tersebut harus mereka tanggulangi daan atasi.
Al-Qur'an menyadarkan kita akan adanya perubahan
yang tidak dapat dipungkiri.
Hanya dengan jalan memahami, menghargai dan mengawasi
perubahan itulah, dapat dibina peradaban yang bertahan dan
berlangsung terus.
Jadi , kehidupan manusia di dunia serta segala usahanya
untuk mengendalikannya tidak hanya bertautan dengan
Yang Menetap dan Yang Tak berubah, melainkan secara aktif ,
ia sadar dan terlibat dalam dunia yang terus menerus berubah
dan menaampakkan perubahan itu.
Kita hanya dapat mencapai dan memenuhi tujuan hidup
dengan menerjunkan diri dalam kancah perjuangan hidup,
bukan dengan melarikan diri dari medan juang di bumi
dan kemudian menonggakkan kepala di awang-awang.
Cobalah dengar keluhan "Utusan India " kepada orang
yang dipandangnya keramat, yaitu Rumi :
"Fikiranku dengan rumit mengukir langit,
Padahal aku hidup di Bumi
menanggung nyeri daan rendah diri !
Akulah kegagalan di bumi,
Kakiku tersandung-sandung di lorong bertabur duri,
Mengapa tak kukelola kehidupan di Bumi ini ?
Mengapa ulama jadi terasing di Bumi ini ?
Terhadap keluhan yang mengharukan ini, Rumi
dengan penuh rahasia namun bijaksana menjawab :
"Barangsiapa mampu berkelana di ketinggian angkasa,
Tak 'kan sulit mengembara di Bumi nyata ."
Maksudnya ialah bahwa barangsiapa benar-benar berbakatkan
keaktifan intelektual dan kreativitas ruhani , pasti dan harus mampu
pula menghasilkan karya besar dalam kehidupan kini, disini.
"Jiwa" yang hanya dipenuhi ketidakadilan dan penurunan derajat
diri sendiri ataupun orang lain adalah jiwa yang lancung dan
memalukan.
Pemupukan serta penempaan individualitas secara sungguh-sungguh,
sama-sama diperlukan bagi penguasaan kedua dunia,
dunia jasmani dan dunia ruhani.
Demikianlah peringatan "Qalandar" sebagaimana dikutip dari Bab-i-Jibril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar