Minggu, 08 November 2015

IQBAL.

KESERASIAN JASMANI DAN RUHANI.

Dengan tandas Iqbal menentang kaum mistikus semu, 
kaum idealis yang memusatkan diri pada dunia lain dan 
kaum seniman yang egosentris, dengan rasa puas diri mereka
hendak mengingkari dosa-dosa, ketidakadilan dan ketidaksempurnaan
dan kemudian hendak membuang jauh-jauh segala kegiatan 
dalam rangka usaha membinanya kembali.
Dengan secara pengecut mereka mencari konpensasinya dalam bentuk
memupuk minatnya sendiri saja, baik dalam bidang intelektual,
dalam bentuk seni maupun dalam bentuk kegiatan ruhani lain, 
dengan memencilkannya dari kegiatan-kegiatan lain.
Hal ini dijelaskan dalam "Lectures...."sebagai berikut :

"Makhluk yang bernama manusia itu harus menetap 
 dalam kehidupannya di dunia penuh hambatan, mereka tidak boleh
 mengingkari kenyataan yang dihadapinya itu, dan segala hambatan
 tersebut harus mereka tanggulangi daan atasi.
 Al-Qur'an menyadarkan kita akan adanya perubahan 
 yang tidak dapat dipungkiri.
 Hanya dengan jalan memahami, menghargai dan mengawasi 
 perubahan itulah, dapat dibina peradaban yang bertahan dan 
 berlangsung terus.

Jadi , kehidupan manusia di dunia serta segala usahanya 
untuk mengendalikannya tidak hanya bertautan dengan 
Yang Menetap dan Yang Tak berubah, melainkan secara aktif ,
ia sadar dan terlibat dalam dunia yang terus menerus berubah 
dan menaampakkan perubahan itu.

Kita hanya dapat mencapai  dan memenuhi tujuan hidup 
dengan menerjunkan diri dalam kancah perjuangan hidup,
bukan dengan melarikan diri dari medan juang di bumi 
dan kemudian menonggakkan kepala di awang-awang.

Cobalah dengar keluhan "Utusan India " kepada orang 
yang dipandangnya keramat, yaitu Rumi :

"Fikiranku dengan rumit mengukir langit,
 Padahal aku hidup di Bumi
 menanggung nyeri daan rendah diri !
 Akulah kegagalan di bumi,
 Kakiku tersandung-sandung di lorong bertabur duri,
 Mengapa tak  kukelola kehidupan di Bumi ini ?
 Mengapa ulama jadi terasing di Bumi ini ?

Terhadap keluhan yang mengharukan ini, Rumi 
dengan penuh rahasia namun bijaksana menjawab :

"Barangsiapa mampu berkelana di ketinggian angkasa,
 Tak 'kan sulit mengembara di Bumi nyata ."

Maksudnya ialah bahwa barangsiapa benar-benar berbakatkan 
keaktifan intelektual dan kreativitas ruhani , pasti dan harus mampu
pula menghasilkan karya besar dalam kehidupan kini, disini.

"Jiwa" yang hanya dipenuhi ketidakadilan dan penurunan derajat 
 diri sendiri ataupun orang lain adalah jiwa yang lancung dan 
 memalukan.
 Pemupukan serta penempaan individualitas secara sungguh-sungguh,
 sama-sama diperlukan bagi penguasaan kedua dunia, 
 dunia jasmani dan dunia ruhani. 
 Demikianlah peringatan "Qalandar" sebagaimana dikutip dari Bab-i-Jibril.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar