“Jika Allah membukakan untukmu pintu makrifat,
jangan engkau mempertanyakan amalmu yang hanya sedikit.
Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat,
kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu.
Tahukah engkau bahwa makrifat merupakan anugerah-Nya untukmu,
sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-Nya.
Tentu, persembahanmu tak akan sebanding dengan anugerah-Nya.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam
Syekh Abdullah Asy-Asyarqawi menjelaskan:
“Dalam perjalanan menuju kepada Allah,
seorang salik harus memperbanyak amal untuk menekan
dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingga ia dapat sampai kepada Allah.
Di sisi lain, seorang salik dituntut juga untuk ber-mujahadah dalam waktu lama.
Namun, tidak menutup kemungkinan di sela-sela itu dia merasa malas
melakukan sebagian ibadah dan wirid yang seharusnya.
Sehingga dia pun diterpa kegalauan dan frustasi,
bahkan mungkin pula bergerak untuk meninggalkan semuanya.
Padahal, di saat yang sama,
dia telah sampai pada satu tahapan makrifatullah.
Maka, Syekh Ibnu Atha’illah memberi nasehat bahwa
jika Allah membukakan untuknya satu dari sekian pintu makrifat
—seperti merasakan kehadiran dan pengawasan Allah atau menyadari bahwa
pelaku ibadah sesungguhnya adalah Allah
dan menyadari dirinya hanyalah objek penampakkan (mazhhar) perbuatan-Nya—
maka saat itu dia tidak perlu lagi merasa heran dan bertanya-tanya
mengapa hal itu bisa terjadi sementara amal yang dilakukannya baru sedikit?
Karena, tujuan dari semua amal adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dibukakannya pintu makrifat adalah bukti bahwa Allah mengasihi dan menyayanginya. Boleh jadi, seseorang sedikit melakukan amal, karena memang dia sedang sakit.
Jika orang tersebut mendapatkan makrifat,
misalnya dengan mengetahui bahwa sakit baginya lebih baik daripada sehat
dan Allah Maha Melakukan apa yang dikehendaki-Nya,
saat itu dia tak perlu lagi mempertanyakan amalnya yang sedikit itu.
Allah SWT membukakan untuk pintu makrifat,
karena Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu,
ingin memberimu karunia-Nya,
mendekatkanmu kepada-Nya,
dan menampakkan sifat-sifat dan asma-Nya untukmu.
Maka,
tentu saja makrifat adalah karunia yang lebih besar dan agung untukmu
dibandingkan amal-amalan lahirmu untuk-Nya.
Hadiah dari seorang budak, walaupun bernilai tinggi, tetap hina dan dianggap kecil dibandingkan hadiah dari seorang tuan walaupun sedikit.
Hadiah dari seorang budak manfaatnya hanya akan dirasakan oleh dirinya sendiri,
bukan tuannya.”
--Syekh Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam,
dengan syarah oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi
~TasawufUnderground❤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar