Kamis, 05 November 2015

PEMIKIRAN JALALUDIN RUMI SEBAGAI SISTEM FILSAFAT TERBUKA

Setiap jiwa senantiasa baru, 
dunia dan kita
Tak diketahui kebaruan itu dalam keabadian
Umur bagai arus, baru dan baru
Senantiasa berlangsung dalam jasad.
Jalaluddin Rumi

Salah satu hal yang menarik dalam pemikiran Rumi adalah 
tentang sistem filsafatnya yang diyakini sebagai sebuah sistem filsafat yang terbuka. 

Sistem filsafat, sebagaimana yang dipahami, 
ada yang dibangun dalam bentuk sistem yang tertutup dan ada pula dalam bentuk sistem yang terbuka. 
Pengertian sistem filsafat tertutup adalah sebuah sistem pemikiran yang dibangun 
dalam menafsirkan hakikat alam dan hakikat realitas lainnya melalui sistem tertentu.

Misalnya, filsafat Hikmah Muta’aliyah Sadra menafsirkan hakikat alam bersama realitasnya melalui teori fundamentalitas wujud, gradasi wujud, dan gerak substansi. 
Maksudnya penafsiran atas hakikat alam beserta hakikat yang ada di dalamnya tak kan mungkin terselesaikan kecuali dengan pendekatan teori-teori yang telah dibangunnya. 

Sebab itu hampir seluruh persoalan filsafat diselesaikan dengan fundamentalitas wujud 
oleh Sadra. 
Pemikiran Ibn Arabi dapat juga digolongkan sebagai sistem pemikiran yang tertutup 
karena seluruh pembahasannya diselesaikan dengan pendekatan wahdatul wujud 
(sebuah keyakinan bahwa yang ada hanya Tuhan) 
dan sistem tajalli (penampakan Ilahi dalam realitas).

Berbeda dengan Ibn Arabi dan Sadra, 
Maulana Jalaluddin Rumi membangun sistem pemikirannya dengan sistem filsafat 
yang terbuka. 
Namun perlu dipahami, sistem filsafat terbuka bukan dalam pengertian 
tak memiliki sistem filsafat yang khas, namun ada hal yang mendasari 
mengapa Rumi memilih sistem filsafat terbuka.

Dalam pandangan Rumi, ada dua hal yang tak terbatas, 
yaitu Tuhan dan hakikat alam. 

Hakikat alam juga tak terbatas dikarenakan alam ini bergantung secara totalitas 
kepada Tuhan. 
Dan oleh karena Tuhan tak terbatas maka ciptaan-Nya pun tak terbatas. 

Kita mengatakan alam ini terbatas, 
disaat kita membandingkan alam ini dengan Tuhan. 
Saat itulah kita mengatakan Tuhan tak terbatas dan alam ini terbatas. 
Namun 
jika kita melihat alam ini tanpa mengaitkannya dengan Tuhan, 
kita akan sadar bahwa alam ini senantiasa mengalami kebaruan 
yang tanpa kita tahu akhir dari kebaruan ini. 
Sebab itu tak ada satu pun manusia yang mampu mengetahui titik akhir alam ini. 

Berdasarkan hal ini pula, 
tak ada yang mampu meneropong dan memprediksi 
bagaimana bentuk akhir dari alam ini, kecuali berpegang pada teks-teks suci.

Latin : alhamdu lillaahi rabbil aalamiina
artinya : Segala puji {2} bagi Allah, Tuhan semesta alam. {3}

Maksud ayat kedua surat Al Fatihah adalah : 
{2} Alhamdu (segala puji). 
Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya 
dengan kemauan sendiri. 
Maka memuji Allah berarti: 
menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik. 

Lain halnya dengan syukur yang berarti: 
mengakui keutamaan seseorang terhadap ni’mat yang diberikannya. 
Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah 
karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

{3} Rabb (Tuhan) berarti: 
Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. 
Lafadz “rabb” tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 

‘Alamiin (semesta alam): 
semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, 
seperti: alam manusia,alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. 
Allah pencipta semua alam-alam itu.

Tuhan dan alam semesta bagi Rumi adalah dua hal yang tak terhingga. 
Pandangan ini sekaligus memberikan implikasi bahwa 
setiap definisi atas realitas eksternal dari seorang pemikir, 
pada hakikatnya definisi dia tentang realitas itu sendiri. 
Dalam kata lain, 
ia hanya menjelaskan sebagian saja dari realitas eksternal, 
tidak menjelaskan segala hakikat realitas eksternal.

Pandangan sistem filsafat yang terbuka ini bagi Rumi berasal dari kesadaran 
akan hakikat emanasi Tuhan yang tercurahkan terus-menerus tanpa batas. 
Maksudnya 
segala hal yang terjadi pada hakikat alam ini 
disebabkan oleh hakikat dibalik alam materi ini. 

Karena itu pondasi dari sistem filsafat terbuka dalam pandangan Rumi ialah ketidakterbatasan Tuhan, ketidakterbatasan alam 
karena alam bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, 
dan selanjutnya adalah emanasi serta tajalli Tuhan 
yang tercurahkan terus menerus dan tak terbatas.

Berdasarkan dari pemaparan sebelumnya,
maka tak kan kita temukan satu sistem yang tetap dalam pandangan Rumi. 
Maksudnya 
satu sistem yang dengan sistem tersebut dijadikan sebagai alat dalam meneropong 
segala realitas. 
Tak heran jika dalam syair-syair Rumi akan ditemukan berbagai pendekatan 
dalam menafsirkan realitas. 
Misalnya 
terkadang rumi menjelaskan determinis, 
terkadang kehendak bebas, dan 
terkadang diantara keduanya. 
Semuanya memiliki tempat dalam pandangan Rumi.

Kata Rumi;

Berabad-abad telah berlalu, 
ini abad baru
Bulannya, bulan itu juga, 
dan airnya, bukan air itu.

Adil, adil itu juga, 
dan kemuliaan, kemuliaan itu juga,

Meskipun abad ini telah berganti, 
juga ummatnya,
Abad telah menggantikan abad lain
Dan makna-makna ini tetap dan abadi

Air itu mengair 
dan telah berganti berkali-kali
Meksi gambar bulan dan bintang 
tak berubah

Jalaluddin Rumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar