Jakarta – Sekitar 100 ulama sufi dan praktisi pendidikan dari berbagai negara siang ini (08/11) menghadiri disksusi bertemakan ‘Peranan Tarekat Menghadapi Tantangan Jaman.’
Diskusi yang diselenggarakan di Universitas Teknologi Malaysia
adalah rangkaian kegiatan setelah peresmian Pertubuhan Tarekat Muktabar Malaysia (PERTAMA) di Masjid Agung Putrajaya Malaysia kemarin.
Ketua Mahasiswa Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (MATAN)
Dr. Hamdani Muin yang sedang berada di lokasi menyampaikan
jika peserta yang hadir adalah ulama dari berbagai negara
seperti Indonesia, Turki, Kanada, Brunei Darussalam, Yaman, Mesir, Sudan dan Syiria.
“Mereka membahas bagaimana mengembangkan tarekat
agar lebih berperan dalam tantangan dunia saat ini,” ujarnya.
Pembicara yang didaulat untuk memberikan paparan adalah
Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud,
Syaikh Abd. Kareem bin Said Khadaled,
Prof. Dr. Muhammad Zainiy Uthman,
Syaikh Rohimuddin al-Bantani,
Prof. Dr. Madya, serta
Dr. Wan Suhaimi Wan Abdullah.
Krisis moral,
hubungan antar manusia, dan
kesadaran amar ma’ruf nahi munkar
adalah isu awal dalam diskusi.
Hal ini semakin diperparah
dengan berkembangnya berbagai aliran keagamaan yang merusak konsep Islam
sebagai rahmatan lil ‘alamin.
“Umat Islam semakin mudah dipecah belah,” ujar dosen UIN Walisongo Semarang ini.
Dalam diskusi setidaknya ada tiga peran yang perlu dijalankan oleh tarekat.
Pertama sebagai edukator,
bagaimana nilai-nilai dan praktek tasawuf dapat diimplementasikan di dunia pendidikan.
Kedua sebagai integrator.
Tarekat perlu mempunyai jaringan yang luas lintas bidang
karena tantangan menyelesaikan konflik saat ini adalah trust communication.
Terakhir adalah peran sebagai reformer.
Tarekat harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan perubahan.
Saat ini diskusi masih berlangsung. Wakil Mudir Aam JATMAN,
Prof. Dr. Abdul Hadi diminta menjelaskan profil dan program JATMAN. (Idn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar