Kebebasan itulah yang diibaratkan udara yang dihirup nafas kehidupan
yang penuh elan :
"Bila dikekang ketat dan diperbudak,
Hidup itu menciut mengerdil
Bagaikan selokan kecil
Bila dilepas bebas
Ia meriak menggejolak
Bagaikan gelombang dahsyat samudera luas.
Iqbal mendorong kita untuk merenggutkan diri dari rantai belenggu
yang menjerat kaku sehingga kita tak dapat bergerak berkutik.
Dan hanya dengan jalan demikian kita dapat menghirup udara bebas,
lahir maupun batin :
"Berapa lama lagikah
kau akan tetap menggelepar
menggantung di sayap orang ?
Kembangkanlah sayapmu sendiri
dan terbanglah lepas
sambil menghirup bebas
di taman luas".
Sejalan dengan pandangan Bergson ,
dalam drama evolusi umat manusia yang kolosal itu,
Iqbal menemukan kecenderungan tumbuh-kembangnya
kebebasan manusia yang makin meyakinkan,
dengan segala kemungkinannya,
segala keuntungan serta resikonya.
Dalam mendiskusikan masalah ini Iqbal meyajikan suatu interpretasi
ang orisinil dan menarik sekali mengenai riwayat
"kejatuhan Adam dari Surga".
"Turunnya Adam dari Surga"- demikian Iqbal- "merupakan suatu
petunjuk tentang kebangkitan manusia dari alam primitif-instinktif
ke arah penyadaran diri yang bebas, mampu untuk ragu dan
mampu untuk menolak".
Menurut Iqbal, Surga("Jannat") yang pernah didiami Adam
- sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur'an menegenai riwayat
turunnya Adam ke Bumi -" melukiskan alam primitif yang praktis
lepas dari rasa keterikatan kepada lingkungan , dan oleh karena itu
tidak pernah merasakan betapa mencuat-merasuknya keinginan
manusia .
Hanya dengan penyadaran akan lingkungannya lah ,
kebudayaan insani dapat tumbuh dan berkembang.
Setelah diturunkan dari Surga , manusia kemudian tinggal di Bumi.
Baik bagi failasuf maupun bagi pendidik , peristiwa ini
mengundang pertanyaan yang sangat mendalam yaitu :
Kemana Hidup dan Kehidupan di Bumi ini harus diarahkan ?
Apakah tujuan hidup manusia di Bumi ini ?
K.G.Saiyadain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar