Minggu, 01 November 2015

IQBAL.

Pandangan agama kristen 
- demikian juga pandangan berbagai aliran agama dan filsafat tertentu-
memandang Bumi , tempat kediaman manusia itu , 
sebagai "tempat penyiksaan , tempat hukuman, bagi kemanusiaan,
bagi umat manusia ,karena leluhurnya telah melakukan pelanggaran
yang sangat fundamental.
Di Bumi itulah ia dipenjara , karena dosa asal yang telah diperbuat 
Adam dan Hawa dahulu.

Pandangan Iqbal, yang digalinya dari ajaran Islam , 
berlainan sama sekali.
Bumi- menurut pandangannya- merupakan tahapan 
dalam kelangsungan kehidupan umat manusia.

Manusia telah dibekali dengan akal dan pilihan.
Dan dengan perlengkapan itulah, ia di Bumi 
hingga secara berkelanjutan dan terus menerus 
melakukan eksperimen dalam kehidupannya.

Kebebasan untuk memilih ini merupakan suatu karunia
yang hanya diperuntukkan bagi manusia.
Karena manusia dikarunia kebebasan inilah, maka
individualitas manusia harus mendalam dan mengembang
menjadi Kepribadian atau Personalitas.

Adapun individualitas itu pada organisme-hidup lain pun 
telah dimiliki,walaupun masih dalam bentuk purba , 
belum berkembang.
Karena kebebasan untuk memilih yang dimilikinya itu,
manusia 'pada satu pihak mampu berbuat selaras dengan 
Ridha Ilahi , akan tetapi di lain pihak ia mungkin pula 
mengingkarinya.

Akan tetapi Kebenaran ini bukanlah sesuatu yang sederhana,
sebuah kebebasan mengandung suatu resiko yang besar.
Kebebasan memilih yang baik mencakup pula kebebasan memilih 
yang jahat.
Bahwa Allah telah mengambil resiko ini, 
menunjukkan betapa besar Ia menumpahkan kepercayaan-Nya
kepada umat manusia.

Adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan 
kepercayaan-Nya itu dengan jalan memanfaatkan karunia 
berupa Kebebasan tersebut secara bijaksana dan konstruktif.

Karunia Allah yang berupa Kepribadian yang Bebas, 
dalam Al-Qur'an dilukiskan sebagai suatu kepercayaan 
yang pernah pula ditawarkan kepada Langit dan Bumi.
Namun beban ini oleh mereka telah ditolak.
Hanya manusialah yang memliki keberanian memikul
tanggung jawab yang istimewa ini.

K.G. Saiyidain.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar