Apabila pengetahuan itu tidak dikaitkan dengan tindakan ,
tidak diraih melalui tindakan , tidak akan ia tertuang menjadi kekuatan
dan tidak akan bermanfaat bagi manusia dalam menata kembali
lingkungannya.
Oleh karena itu Iqbal sangat skeptis terhadap ilmu yang semata-mata
bersifat akademis daan telah mengeras segala vitaalitas mahasiswa
namun tidak berhasil mempersenjatai mereka dengan memadai
bagi kehidupan aktif penuh juang dalam meraih nilai yang lebih tinggi.
Oleh karena itu Iqbal tidak menganggap ilmu pengetahuan sebagai
tujuan dari proses pendidikan :
"Murah bagiku nilai intelegensi dan ilmu
Yang melemparkan pedang dan tameng pejuang".
Pencarian yang tiada hentinya , damba akan pencapaian hasil,
membangkitkan vitalitas atau ghairah hidup bagi pengetahuan
dan menciptakan sayap bagi kehidupan.
Coba dengarkan percakapan antara kalaketu dan kutubuku :
Yang pertama penuh ghairah untuk bertindak , sedang yang lainnya
tenggelam dalam lautan aksara.
"Semalam telah kudengar keluh kutubuku
Kepada kalaketu di ruang kerjaku.
'Aku hidup di sela-sela karya Ibnu Sina,
'Telah kujelajah berjilid-jilid karya Farabi,
'Hari-hariku gelap-pengap , tak tertembus mentari'
Langsung menyahut kalaketu
yang hampir terbakar di cahaya lampu
'Tak 'kan kautemui rahasia hidup di sela buku
'sebab ia adalah damba
yang menggelorakan gelombang hati
'dan membekalinya dengan sayap
'tuk melejit membumbung tinggi !"
K.G.Saiyidain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar