Senin, 16 November 2015

IQBAL.

PERANAN INTELEK DAN INTUISI.

Intelek yang tidak diilhami Cinta serta ilmu pengetahuan yang tidak
dikendalikan oleh pengakuan akan prinsip-prinsip etik
- yang memang tidak dapat dijangkau oleh intelek - telah memberikan
kepada Eropa dan Amerika suatu sistem ekonomi yang lepas dari 
peri kemanusiaan serta suatu tata sosial yang tidak layak, bercirikan
jurang perbedaan yang luas lagi dalam antara berbagai kelompok 
dan kelas, ditambah lagi dengan sikap keranjingan akan perlengkapan
persenjataan dan dalam suasana kehidupan yang terus -menerus 
terancam bahaya peperangan yang dapat meletus setiap saat.

Suasana seperti itu telah menjadikan kehidupan modern ini 
dihinggapi sifat ketergesa-gesaan serta keresahan, yang tidak aman
dan frustasi yang menyatakan dirinya dalam ketidakmampuan atau
setidak-tidaknya ketiadaan selera untuk menikmati hasil kebudayaan
dalam artian yang sesungguhnya.

Kecenderungan untuk melakukan kegiatan serta pengorganisasian
yang berlebih-lebihan untuk mengejar kehidupan yang serba material,
disertai suatu semangat persaingan bebas yang tidak mengenal batas,
telah sedemikian mencekam , sehingga Bertrand Russel , salah seorang
ahli fikir yang paling tajam di abad ini, telah tergerak hatinya 
untuk menamai salah satu karya-nya : 
In Praise of Idleness ( " Dalam Memuja Kehampaan").

Iqbal bermaksud untuk mempertemukan kekuasaan lahir 
yang dibawakan ilmu pengetahuan , dengan pandangan atau tilikan
yang lahir dari Intuisi atau Cinta .
Sehubungan dengan ini Iqbal mengatakan :
"Visi tanpa kekuasaan memang menghasilkan peningkatan dalam 
  bidang moral , akan tetapi tidak dapat memberikan kebudayaan 
  yang permanen .
  Sedang sebaliknya, kekuasaan tanpa visi , cenderung 
  untuk menjadi destruktif dan hampa dari perikemanusiaan.
  Oleh karena itu keduanya harus berpadu secara kontinyu 
  dalam rangka memperluas ruhani insan".

K.G. Saiyidain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar